"Halo, Mbak. Saya Abimayu Jinendra Adsy,"
───── dimulai.
Tidak ada yang lebih pandai mengelak dari diri sendiri melebihi kita.
Aku mengetukkan jariku ke kata-kata berstabilo di buku yang dipinjamkan Anisa. Semalam ketika akhirnya kami berjumpa setelah sekian lama terpisah, aku banyak mengobrol dengan kekasih Calvin Antares itu. Bias dan prekonsepsi negatif tentangnya sudah banyak hilang setelahnya.
Mataku terpejam. Mengingat kembali ketika semalam aku harus menerima kenyataan sekali lagi bahwa sahabatku sudah akan menikah beberapa bulan lagi. Calvin Antares yang dingin itu ternyata bisa berubah menjadi terlampau hangat ketika jatuh cinta.
"Fanya, kamu gak pulang?" tanya seorang senior ketika melihatku masih duduk di meja kerjaku.
Aku menggeleng lemah. "Masih banyak Kak," jawabku sedikit menendang kubikel kerjaku yang dipenuhi tumpukan-tumpukan kertas yang harus segera aku selesaikan.
"Jangan lupa istirahat, masih ada besok,"
Bibirku melengkung tersenyum. Setidaknya ini lebih baik daripada lembur kerja di kafe seperti zaman dulu. Aku menaikkan letak kacamata bacaku yang sedikit melorot.
Oke, mari buktikan perkataanmu sendiri soal kamu hebat dalam berusaha, Fan.
─────
Nyatanya, pekerjaanku baru selesai pukul 1. Tidak terlalu berbeda dengan apa yang selama ini aku kerjakan sebelum lulus. Hanya digantikan oleh huruf-huruf yang rumit saja.
Aku mengetikkan pesan kepada Mama, mengabari kalau aku sudah sampai kos dengan selamat. Mama wanita kuat, tapi ia begitu khawatir dengan anak perempuannya yang tinggal jauh darinya.
fan
samlekummmm
fanya dah di kos nich
mama gimana ini kok gak kabar-kabar?Mungkin beliau masih tidur, batinku sembari mengenakan baju tidurku. Kota ini dingin ketika malam--sebetulnya pagi dan siang juga--sehingga baju dan celana panjang sudah menjadi keseharianku.
Sebuah notifikasi dari aplikasi pesan bergambar telepon masuk ke ponselku ketika aku selesai mencuci wajahku dan merebahkan badanku di tempat paling nyaman sedunia--kasurku. Aku buru-buru membukanya barangkali dari Mama. Aku ingin menanyakan ada apa gerangan ibu tunggal itu belum tertidur jam segini. Juga ada perasaan gembira kalau misal memang itu Mama. Beberapa hari ini beliau sering tidak menjawab pesanku, membuatku sedikit merasa kesepian.
Naasnya, nomor tak dikenal. Aku menghela napasku kecewa, membuka ruang percakapan itu.
+6280000000pip
sariroti gandum rasa pepaya
assalamualaikum neng fanyaAku hanya mengetikan balasan seperlunya, malas berurusan. Beberapa rekan kerjaku sering mengkritik aksiku yang satu ini, sebenarnya. Katanya aku terlalu dingin, sombong, apapun itu. Aku tidak peduli. Jam kerjaku yang resmi hanya dari pukul delapan hingga pukul empat. Setelahnya, itu urusanku.
Lagipula, ini siapa sih malam-malam malah pantun?
calvin
AHAHAHAHHAHAHAHAHAHAHAHAHAHHAHAHA CIEfan
?calvin
CIE
(read)Aku memejamkan mataku. Hari ini cukup melelahkan.
─────
notes :
imma drop it here lol. selamat tahun baru. semoga kita semua mendapat 2021 yang lebih baik dari 2020!
![](https://img.wattpad.com/cover/247217056-288-k891759.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
ii. praduga terduga
Fanfictionhanya perihal jatuh hati yang sama sekali tidak terprediksi published on jan 1, 2021