05

113 24 5
                                    

Alunan lagu galau menemani semua orang yang berada di dalam suatu kedai kopi. Salah duanya aku dan satu laki-laki di hadapanku.

Hening berjubelan di antara kami padahal ruangan ini ramai penuh konversasi. Aku lebih fokus memperhatikan bagaimana Abimayu Jinendra Adsy menyesap kopinya sambil mengerjakan sesuatu yang tidak kupahami di tabletnya.

"Istirahat dulu kalau capek, Ji," ujarku pada akhirnya ketika ia secara berkala memijat bahunya.

"Ah lo bener-bener gak peka. Ini tuh kode," timpalnya blak-blakan.

Aku memilih untuk menoleh ke arah lain. Jantungku sedang tidak sehat sepertinya.

Calvin pernah mengabariku soal sesuatu. Saat itu sore hari ketika ia masih di Bandung, beberapa hari setelah aku mengenal teman-temannya.

"Sebenernya hukumnya harom buat gue bilang ini," ujarnya, napasnya tersendat sedikit karena menahan tawa. Keningku berkerut penasaran.

"Kenapa?" tanyaku ketika ia akhirnya tertawa tanpa tedeng aling-aling. "Apasih?"

"Temen gue ada yang suka sama lo. Hahahahahahhahahahahah parah!"

Aku mencibir. "Separah apasih aku sampai-sampai kamu ketawa waktu ada yang suka aku? Gini-gini aku punya mantan ya walaupun cuma satu,"

Setelah tawanya mereda, Calvin membalas perkataanku. "Bukan elonya, Fan. Tapi orang yang suka sama elo!"

"Siapasih emangnya?! Separah itu ya dia?"

Calvin menggeleng, tertawa lagi.

"Apasih? Receh banget!" sebalku, menyentil keningnya.

"Anjing, sakit woi!" rintihnya memegangi jidatnya. "Ya... nanti juga lo kenal sendiri sama orangnya. Tiati random banget calon doi lo,"

Andai saja Calvin ini masih belum ada yang punya, mungkin sudah kutendang tulang keringnya dari tadi. Atau menjitak kepalanya seperti yang sudah sering kulakukan ketika ia mengeluh soal tesisnya yang terlampau sulit dikerjakan.

"Neng? Yang?"

Yang kudengar setelahnya ada aduhan dari laki-laki di depanku ketika aku menginjak kakinya. "Rasain."

"Sakit tahu..." sungutnya, kembali menaruh fokus pada tabletnya.

Jinendra, apa itu kamu yang Calvin maksud? Kalau bukan, apakah tujuanmu datang kepadaku akan sama seperti temanmu yang sama dinginnya denganku itu? Aku... mulai merasa takut, lagi.

─────

anisa
jd bener yg dibilang ical
kalo km sm aji

Aku menatap layar ponselku lama. Memikirkan kenapa aku semakin lama menjadi manusia tukang ragu.

fan
tadi iya

Mataku teralih ke berkas-berkas pekerjaan yang tidak ada habisnya. Aku menghela napas panjang. Kelihatannya, aku harus lembur hari ini seperti biasanya.

anisa
asu
bukan itu maksudku

fan
ck
aku sm dia cuma temenan
beneran.-.

Ah, nanti dulu urusan tentang cinta--kalau bisa disebut begitu. Sekarang, pekerjaan nomor satu. Ingat, first thing first.

anisa
halah ngibul

fanya
jan
yowes nek ra percoyo (ck, yaudah kalau gak percaya)

─────

notes :

happy weekend everyone. aku gatau... hari ini rasanya muales banget. kalian kalau lagi burnout ngapain? saran dong biar gak jenuh

ii. praduga terdugaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang