1 : Tertarik

928 105 19
                                    

Sabito membawa tumpukan buku tulis dengan susah payah. Saking banyaknya, buku-buku itu sampai menghalang penglihatan Sabito. Sabito jadi harus menelengkan kepala agar bisa melihat jalan di depannya. Belum lagi buku-bukunya lumayan berat.

Buku yang Sabito bawa ini bukan hanya milik murid-murid dari kelasnya. Dari kelas lain juga ada. Kalau tidak salah tadi ada tiga kelas termasuk kelas Sabito.

Tapi tenang saja. Sabito itu laki-laki yang kuat. Jika cuma segini belum apa-apa bagi Sabito. Masih masalah kecil. Tentu saja Sabito sanggup membawanya sampai ke ruang guru walau harus menuruni tangga dua kali.

Ya, Sabito sanggup kalau saja seorang gadis yang tidak Sabito kenal mengambil alih setengah tumpukan buku dari tangan Sabito.

"Sepertinya kau sedang kesulitan."

Kaki Sabito terhenti. Ia menoleh pada gadis yang berdiri di sampingnya. Dengan santai gadis itu lanjut jalan sambil membawa buku-buku yang ia ambil.

"Hei!" Sabito menyusul si gadis dan mensejajarkan posisi mereka.

"Kau ingin membawa semua buku ini kemana? Apa kau tahu dimana letak ruang guru?" Gadis tak dikenal itu bertanya. Tatapannya lurus ke depan tanpa menoleh sedikitpun pada Sabito yang berjalan di sampingnya.

"Kebetulan sekali." Sabito menjeda kalimatnya. "Buku ini akan dibawa ke ruang guru."

"Souka." Balasan yang terkesan dingin menurut Sabito.

Selama perjalanan si gadis hanya diam dan terus memandang ke depan. Sedangkan Sabito sesekali mencuri pandang pada si gadis.

Sabito baru pertama kali melihat gadis ini di sekolah. Sebelumnya Sabito tidak pernah melihatnya. Sabito yakin pasti murid baru. Ia saja tidak tahu dimana letak ruang guru.

Mereka sudah sampai. Sabito dan gadis itu meletakkan buku-buku tadi pada salah satu meja guru yang ada di ruangan tersebut. Menyusunnya sesuai nama kelas seperti yang Sabito arahkan.

Setelah itu gadis tersebut seperti sedang mencari seseorang melalui papan nama yang terletak pada masing-masing meja. Sambil menggumam ia menelusuri satu persatu meja yang ada di ruangan guru itu. Daripada berdiam diri Sabito ingin membantu si gadis.

"Kau ingin mencari siapa?" Tanya Sabito.

Tanpa menoleh gadis itu menjawab sambil melihat kertas di tangannya. Entah sejak kapan ia mengeluarkan kertas tersebut.

"Ubuyashiki Kagaya-sensei." Jawabnya.

"Oh, ruangan Kagaya-sensei tidak di sini."

Barulah si gadis menoleh. Ia memiringkan kepalanya. "Lalu?"

"Akan aku tunjukkan."

Mereka keluar dari ruangan guru menuju ruangan lain yang ada di sekolah. Tanpa banyak bertanya gadis itu mengikuti Sabito kemana mereka akan pergi. Tipe orang yang pendiam.

Sabito merasa tertarik. Sabito baru kali ini berurusan dengan orang yang tidak banyak mengoceh. Terlihat seperti sifat sahabatnya saja.

Karena sebenarnya Sabito itu selalu dikelilingi oleh orang-orang energik yang penuh dengan ocehan disetiap harinya. Adik kelas bar-bar yang suaranya sebesar toa. Adik kelas penakut yang suka merengek tidak jelas. Adik kelas penyabar yang tiap saat selalu memberi ceramah pada dua sahabatnya. Benar-benar penuh keributan kalau mereka bersama Sabito.

"Kita sudah sampai."

Mereka berhenti di depan ruangan berhiaskan pintu besar dari kayu jati. Si gadis mendongakkan kepala. Ia melihat papan kayu berukuran sedang yang terpaku pada tembok samping pintu. Di papan itu tertulis 'Ruangan Kepala Sekolah'. Dan juga ada nama orang yang gadis itu cari.

"Memang di sini?" Sabito mengangguk. Dalam hati membatin, 'Singkat sekali pertanyaannya.'

"Arigatou."

Kemudian gadis itu melenggang masuk ke dalam. Sabito terdiam. Ia bahkan belum sempat mengucapkan terimakasih padanya karena telah membantu Sabito.

Sabito menghela nafas. Ia kembali ke kelas. Jika memang murid baru pasti Sabito bisa bertemu gadis itu lagi. Dan pada pertemuan mereka nanti, Sabito tidak akan lupa untuk berterimakasih.

***
Hai. Kembali lagi dengan cerita yang didedikasikan untuk penggemar Sabito.

Semoga kalian suka dengan cerita baruku ini ya.

SECRET ; Sabito x Reader (Modern AU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang