3 : Pembullyan

454 85 19
                                    

Setelah mengantri dan mendapatkan makanannya. Sabito dan (Name) duduk di bangku yang terletak dekat ujung kantin. (Name) yang memilih. Sabito menurut saja.

Ada beberapa orang yang memandang (Name). Gadis berambut panjang itu mulai risih. Pasti karena mereka baru melihatnya maka dari itu ia dipandangi terus. Seperti (Name) seorang buronan yang dicari-cari.

"Biarkan saja." Ucap Sabito seolah mengerti kalau gadis di sampingnya sedang merasa terganggu.

"Umn." (Name) mengangguk.

Mereka makan dengan khidmat tanpa ada pembicaraan. Lagipun (Name) bukan tipe orang yang banyak bicara. Dan Sabito tidak suka berbicara ketika makan. Beruntung kali ini trio pembuat masalah tidak ada di kantin. Jadi Sabito merasa aman setidaknya untuk satu hari.

Sabito coba mengingat. Ah benar, Muzan-sensei mengajar di kelas mereka hari ini. Pasti waktu istirahat mereka telat seperti yang sudah-sudah. Kasihan sekali.

"Jangan kau coba-coba mendekati Tomioka-senpai!"

Perhatian (Name) teralih pada ujung kantin yang lain. Beberapa orang gadis sedang melabrak gadis lain yang duduk di sana. Mata (Name) memicing.

"Ano, saya tidak mencoba untuk mendekati-"

Byuurr.

Belum lagi gadis itu menjawab dengan lengkap, ia malah disiram dengan air minumnya sendiri.

'Pembullyan.' Batin (Name).

Namun yang (Name) lihat murid lain tidak ada yang mencoba untuk menghentikan. Mereka terlihat acuh seperti pemandangan itu sudah biasa bagi mereka.

(Name) meneguk ludahnya. Di sini pun ternyata tidak beda jauh dengan yang di sekolah lamanya. Menyebalkan.

"Kenapa tidak ada yang peduli?"

"Apa?"

Sabito yang baru saja menghabiskan makanannya melihat arah jari (Name) menunjuk. Beberapa orang gadis tengah membully seorang gadis. Dari yang Sabito lihat, gadis yang terbully sepertinya seorang adik kelas. Lalu yang membully adalah teman seangkatan Sabito.

"Sudah sering terjadi." Sabito menopang dagu. Ia menyaksikan aksi pembullyan itu.

"Maksudmu?"

"Para gadis akan membully gadis lain yang mereka anggap sebagai ancaman untuk mendapatkan idola mereka."

(Name) meneguk minumannya yang terakhir. Kembali ia perhatikan gadis malang yang jadi korban bully. Menyedihkan. Padahal (Name) yakin gadis itu pasti merasa ketakutan sekarang. Tapi tidak ada satu orang pun yang menolongnya.

Benar. Kenapa ia tidak menolong gadis itu saja?

Sebentar. Jika ia menolongnya, apakah ia akan ikut terbully juga? Bukannya ia tidak mau membuat masalah? Tetapi, membantu orang lain bukanlah sebuah masalah.

"Apa yang kau lakukan?"

(Name) mengabaikan pertanyaan Sabito. Ia berjalan ke tempat keributan di kantin. Sabito dan semua orang memperhatikannya.

"Hentikan."

Gadis-gadis yang sedang asyik membully pun menoleh. "Kenapa?" Mereka bertanya dengan nada kurang senang.

(Name) tersenyum dalam hati. Akhirnya si gadis yang dibully mereka lepaskan. (Name) memberi isyarat lewat matanya. Isyarat agar gadis itu segera pergi selagi fokus gadis lain teralihkan padanya.

"Arigatou." Gadis itu berkata tanpa suara dan pergi keluar kantin.

"Tidak baik membully orang lain." (Name) menekankan setiap kata yang ia ucapkan.

"Memang apa urusannya denganmu?!"

Kerah baju seragam (Name) ditarik. Ini konsekuensi yang harus ia hadapi. Menolong orang lain maka ia harus siap jadi target pengganti. (Name) sudah sangat siap sebelum ia memutuskan untuk melakukannya.

"Tidak ada. Hanya saja apa kalian tidak merasa kasihan?"

(Name) bersuara dengan tenang. Dan itu malah memancing kemarahan mereka.

Sebelum tangan mereka meraih rambut (Name), Sabito sudah datang dan mencekal dua diantaranya dengan kuat. Baik (Name) dan para gadis itu terkejut.

"Dia hanya mengingati. Jadi kalian tidak perlu membalas."

Kemudian Sabito melepaskan cekalannya. Tanpa berkata lagi para gadis itu pergi. Mereka sangat kesal. Pasalnya Sabito juga salah satu orang yang mereka idolakan.

"Dasar fans gila." Sabito menggeleng heran.

Semua orang yang semula memperhatikan kejadian tadi kembali fokus pada kegiatan mereka.

SECRET ; Sabito x Reader (Modern AU)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang