14. [Khitbah untuk Aluna]

10 7 0
                                    

"Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, untuk Kami menguji mereka, siapakah di antaranya yang terbaik perbuatannya."

                             🌻🌻🌻


Kini Aluna berada di samping Mas Miftah, menunggu Ummi Zahra yang sedang diperjalanan ke kediaman Aluna Dwi Alfarizi.  Miftah menggantikan sang ayah sebagai wali nikah.

Aluna yang melihat disekelilingnya yang tak ada sosok ayah sedih. Dulu ia berharap Ayahlah yang berada disini disamping Aluna. Namun tidak untuk sekarang dan nantinya. Aluna berdoa semoga ini jalan Alloh yang terbaik untuk Aluna.

Ibunya dan Resti sedang berlibur dikota Bandung, padahal Aluna sudah mengatakan bahwa hari ini Aluna akan dikhitbah dengan seseorang dan memohon pada ibu agar bisa pulang untuk hari ini. Dengan jawaban ibu seperti itu Aluna hanya pasrah dan tidak memaksakan ibu. Aluna tak ingin jika dirinya durhaka.

Aluna yang komat-kamit tak henti mengucap dzikir sampai suara deru mobil menggema didepan pekarangan rumahnya.

Minuman dan Makanan cemilan yang sudah tersaji rapi dan kulihat Bi Inah berjalan untuk membuka Pintu Depan.

"Dek, mau kemana?"

"Sebentar, Mas. Aluna kekamar kecil dulu, nggak tahan soalnya" ujar Aluna sambil memegang perut. Aluna yang tiba tiba ingin buang hajat dan izin sebentar ke kamar mandi bawah.

"Assalamualaikum" ucap wanita bercadar berpakaian serba hitam.

"Waa'alaikumsalam warahmatullahi wabarokatuh" balas Miftah dan Bi Inah bebarengan. Miftah menebak bahwa yang mengucap salam itu adalah ibu dari putranya yang baru muncul dibalik pintu bersama seorang laki laki paru baya.

"Assalamualaikum, maaf saya telat" Ucap Rizal dengan senyuman yang dipaksakan.

"Waa'alaikumsalam warahmatullahi wabarokatuh, iya tidak apa apa. Saya Miftah kakak kandung dari Aluna Dwi Alfarizi.
Ucapnya sambil mengulurkan tangan untuk menjabat tangan Rizal dan Rizal pun membalasnya.

"Saya Rizal, ini ibu saya dan ini paman saya pak Alif kakak kandung ibu saya" ucapnya sambil memperkenalkan ibu dan pamannya.

"Iya" jawab Miftah sambil menjabat pak Alif dan menangkupkan kedua tangan kepada Zahra.

"Mana, Luna nak Miftah?" Tanya Zahra sambil mengedarkan kepenjuru ruangan.

"Luna sedang dibelakang sebentar lagi akan kemari."

"Mari Bu, pak, Mas Rizal silahkan diminum dulu dan diicip icip kue buatan luna. Kuenya enak lohh" tawar Bi Inah sambil  menyodorkan kue Brownies kukus dan potongan kue Mandarin

"Masya Allah, ini buatan aluna. Wah ummi nggak salah pilih Luna sebagai calon mantu saya, udah baik juga bisa pinter masak bikin kue lagi" puji Zahra. Miftahpun hanya mengiyakan dan tersenyum lebar.

"Mbak Luna emang mandiri bu ketimbang kakanya ini" canda Bi Inah.

"Apaan sih bi, bisa aja deh" balasnya sambil terkekeh.

Rizal yang sedari tadi hanya diam mendengarkan ucapan mereka hanya bisa tersenyum paksa.

Tanpa sengaja Rizal memandang dari kamar bawah seorang wanita dengan bergamis marron hijab coklat susu keluar kamar membawa sebuah keranjang yang berisi pakaian kotor menuju arah samping dapur yaitu tempat pencucian dan meletakkan keranjang tersebut.

Senja Yang Terlukis Di Doamu [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang