Words bleed

17 6 0
                                    


Ketika aku pulang ternyata keadaan rumah masih gelap. Tidak ada tanda-tanda orang dirumah ini. Mereka pasti pergi ke luar kota atau semacamnya. Aku masuk menyalakan lampu dan naik ke kamarku. Setelah berganti mandi dan berganti aku memutuskan untuk tidur. Aku juga kembali mengambil obat tidurku. Aku meminum 1 butir. Lalu aku teringat bahwa aku tidak mati ketika meminum 4. lalu aku mengambil 7 butir obat yang akan ku teguk sekaligus. Namun aku teringat bahwa aku punya janji untuk makan siang bersama Seulgi dan Ayahnya besok. lalu ku urungkan niatku dan memasukan semua obat todur itu kedalam botolnya lagi.

"tidak malam ini" kataku yang lalu menarik selimut dan berusaha memejamkan mataku.

...

Aku sangat kenyang malam ini. Seulgi dan ayahnya benar-benar memberiku makanan yang sangat banyak. Bahkan Ayahnya juga membuatkan beberapa makanan yang bisa ku bawa pulang. Setelah makan siang aku mengobrol bersama Seulgi dan Ayahnya hingga menjelang sore hari. Ayah Yeonseok memiliki kedai kopi jadi dirinya memiliki waktu luang untuk memasak dirumah karena anak buahnya pasti akan mengurus kedai jika dirinya sedang tidak berada di sana. Lalu ayah yeonseok menyuruhku untuk ikut makan malam. Saat ini pukul 9 malam dan aku baru saja memarkirkan mobilku di pekarang rumah. Aku melihat lampu rumah sudah menyala. Artinya ayah, ibu, dan Sehun sudah pulang. Aku membawa beberapa kotak lauk yang di berikan oleh ayah Seulgi masuk ke dalam rumah. Aku membuka pintu dan melihat Ayahku sedang menonton TV. Lalu aku segera masuk dan menutup pintu. Ayah sempat melihat ke arahku lalu kembali fokus pada layar TV nya seolah-olah tidak perduli padaku atau menganggap aku tidak ada. lalu aku berjalan ke arah dapur. Aku melihat adiku, Sehun sedang duduk di meja makan sambil menikmati sekaleng bir dingin. Aku meletakan lauk yang ku bawa di atas meja karena aku berniat memasukanya ke dalam kulkas setelah aku menyusunya terlebih dahulu.

"ini apa?" tanya Sehun dengan nada datar seraya menunjuk ke arah kotak yang ku taruh.

"asam manis cumi-cumi dan udang" kataku. Dengan cepat Sehun membuka lauk-lauk itu dan mencicipinya.

Aku mengambilkan piring dan meletakan di hadapan Sehun. Dengan cepat Dia memindahkan lauk-lauk itu ke dalam piring dan memakannya. Aku memasukan sisa lauk tadi ke dalam kulkas.

Ketika aku hendak pergi menuju kemaraku, Ibuku datang dan masuk kedapur untuk mengambil air minum. Ia melihatku dan sempat menatapku tetapi tidak berbicara apapun.

"Sehun, ingat ya besok ajak Soojung makan siang bersama di rumah" aku mendengar ibuku berbicara pada Sehun. aku tahu bahwa Soojung adalah anak teman Ibuku yang di jodohkan dengan Sehun sejak dari lama. Aku sempat bertemu dengannya dua kali. aku pun tidak mau ambil pusing lalu aku masuk ke kamarku dan tidur.

...

Sudah beberpa hari ini aku sibuk di kantor. Beberapa kasus benar-benar menyita waktuku. Di tambah ada beberapa kasus-kasus lama yang di buka kembali. Akhir-akhir ini aku mengurus sebuah kasus pembunuhan. Kasus ini sebenarnya kasus besar yang masih belum terpecahkan. Oleh karena itu aku harus bekerja sangat keras. Aku melirik jam tanganku sekilas yang sudah menunjukan pukul 9 malam. Lalu aku dengan segera menutup file-file ku dan bersiap pulang kerumah. Aku tiba dirumah dan aku melihat lampu rumah masih menyala. Artinya orang rumah belum tidur. Ketika aku masuk aku melihat ayah dan Ibuku yang sedang menonton TV. Aku menutup pintu dengan perlahan lalu ketika aku hendak masuk ke sebuah suara mengintrupsiku.

"kau pulang malam akhir-akhir ini" itu suara ibu. Aku menoleh lalu mengangguk.

"ada banyak kasus" jawabku.

Ayahku menoleh ke arahku dan menatapku. "kau bekerja sampai larut malam tapi uang yang kau hasilkan dengan menjadi jaksa tidak seberapa" gumanya dingin. Aku saat ini benar-benar lelah. Setiap hari aku berusaha untuk tidak menimbulkan keributan tetapi mereka lah yang selalu mencari gara-gara agar bisa menghinaku. Tidak hanya tentang siapa diriku tetapi sampai ke perkerjaanku. Di luar sana banyak orang tua yang menginginkan anaknya menajdi jaksa. Mereka berusaha keras. Dan aku salah satu orang yang beruntung. Tapi orang tuaku tidak pernah bangga akan hal ini. Mereka terus menghina pekerjaaku. Mereka terus membandingkanku dengan Sehun. Sehun lebih baik dariku. Sehun lebih hebat. Semua hanya tentang Sehun, Sehun, dan Sehun. Sehun bekerja di perusahaan besar menjadi wakil CEO dan Sehun juga menjalankan bisnisnya sendiri di usia yang cukup muda. Tentu saja tidak ada apa-apanya aku di banding Sehun. Sehun memiliki mobil berharga mahal keluaran luar negri. Aku? Mobilku hanya mobil biasa yang aku beli dengan menyicil dari gajiku.

"Aku istrihat dulu" kataku

"minggu depan Sehun dan Soojung akan bertunangan. Pastikan kalau kau tidak sibuk" kata Ibu.

Aku hanya mengangguk dan berjalan menuju ke kamarku.

....

Pagi ini aku sarapan seperti biasa dengan secangkir kopi dan roti tawar. Ayah, Ibu, dan Sehun juga sedang sarapan bersamaku.

"jadi bagaimana kabar perusahaan Hun? Ayah dengar kamu bekerjasama dengan mitra dari Jepang?" tanya ayahku.

"iya. Kami akan mengadakan rapat untuk tanda tangan kontrak hari ini. Doakan semoga mereka mau ya ayah." Sehun.

"wah ayah benar-benar bangga padamu. Itu baru anak ayah. Pasti-pasti ayah doakan."

Entah sudah yang ke berapa ratus kali aku mendengar hal semacam itu. Ayah yang selalu membangakan Sehun di hadapanku tanpa memperdulikan aku seolah-olah aku tidak ada.

"hari ini bukanya kamu ada sidang ya kak?" Sehun bertanya.

"iya" jawabku.

"semoga lancar ya" kata Sehun.

"terimakasih" kataku seraya tersenyum kecil.

Setelah aku menyelesaikan sarapanku aku segera berpamitan pada ayah dan ibuku. Aku memiliki kebiasaan. Jika aku akan sidang pasti aku akan sarapan dirumah dan pamit kepada ayah dan ibuku walaupun kadang respon mereka biasa saja. Aku hanya merasa di persidangan itu semua hal bisa terjadi. Aku hanya ingin semua lancar. Jadi aku selalu melakukan ini dari dulu.

"ayah ibu aku pamit dulu. Dan doakan aku supaya sidang hari ini lancar" kataku.

Ibuku hanya mengangguk tanpa berkata apapun dan ayahku melirik ke arahku.

"kenapa kau butuh doa?" tanya ayah dengan nada dingin. Aku menatap ayah .

"karena ini persidangan" kataku.

"bukanya tugas jaksa memang melakukan persidangan? Itu sudah tugasmu jadi lakukan saja yang terbaik karena kau yang memilih pekerjaan itu" sinis ayah.

"aku hanya minta doa restu saja agar semua lancar" kataku.

"sidang tidaklah sulit. Kau hanya tinggal berbicara berdasarkan bukti-bukti saja. Jauh lebih sulit Sehun. Dia harus meyakinkan para investor agar mau menamam saham diperusahaan tempatnya bekerja. Kau jangan manja dan mengangap pekerjaanmu lah yang paling baik disini" aku hanya bisa menahan diriku. Ini masih pagi dan aku tidak mau emosi.

"aku pergi dulu" kataku langsung pergi dari rumah. Benar-benar menyakitkan. Apa yang salah dari hanya meminta doa restu. Aku selalu salah di mata mereka tidak ada benarnya. Aku berusaha mengontrol emosiku agar tidak mempengaruhi moodku.


Vote Please, 

JusticeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang