Rejection

14 4 0
                                    

Aku sudah menyelesaikan pekerjaanku yang menumpuk. Sampai membuatku harus lembur malam ini. Aku sedikit terkejut karena ponselku berbunyi. Itu Sehun.

"ada apa?" jawabku.

"Kak ayo bertemu" kata Sehun.

Aku segera memutuskan sambungan telpon ketika Sehun memberitahuku dimana aku harus menemuinya. Aku tidak tau mengapa ia ingin bertemu denganku.

Sehun mengajaku untuk bertemu di sebuah kedai dipinggir jalan. Aku melihatnya sudah datang dan duduk menungguku. Aku mendekatinya dan duduk di hadapanya.

"minumlah kak" katanya seraya menyodorkan gelas padaku. Lalu menuangkanya sebotol soju ke dalam gelasku.

"ada apa?" tanyaku langsung.

Sehun diam dan meneguk Sojunya hingga habis.

"tolong 2 botol soju lagi" kata Sehun pada penjual yang ada di sana. Aku menatapnya.

"Hun. Kau gila. Besok hari pernikahanmu dengan Soojung. Lebih baik kau pulang" kataku mulai jengkel. Sehun menatapku.

"kau tidak ingin minum bersamaku?" tanyanya. Entah aku merasa dia seperti sedang menghinaku.

"Sehun!" bentaku.

Sehun menatapku lalu tertawa.

"kau tidak suka padaku? Boleh ku tau apa alasanya?" tanyanya. Pertanyaan itu sungguh membuatku jengkel.

"Park Sehun dengar ya. Aku tidak-" belum selesai aku berbicara Sehun memotong pembicaraanku.

"bahkan kita tidak pernah meinum bersama selama kita menjadi saudara" kata Sehun lirih.

Ya ku akui kami tidak pernah minum bersama selama ini. Tapi hari ini bukan waktu yang tepat untuk minum-minum karena besok dia akan menikah.

"lebih baik kau pulang. Ayah dan Ibu pasti khawatir denganmu. Besok kau menikah dan jika kau minum maka besok kau akan tidak enak badan" kataku.

"aku iri padamu Kak. Kau punya orang yang menyangimu dengan tulus seperti wanita itu" katanya dan aku yakin yang di maksudnya dalah Seulgi.

Aku tersneyum sinis.

"kau mau menghinaku? Kau bilang kau iri? Kau di sayang ayah dan ibu bahkan keluarga-keluaga yang lain bangga padamu. Orang di luar sana ingin sepertimu Park Sehun. Lalu kau sengaja membandingkan dirimu denganku dan kau bilang kau iri denganku? Kau sedang bercanda? Aku tidak ada waktu untuk ini Park Sehun!." ketusku.

"aku berbeda" lirihnya pelan tapi aku masih bisa mendengar apa yang di katakanya.

"aku berbeda" ulangnya pelan.

"Ya aku tau kau berbeda dariku. Kau lebih baik dariku Sehun" ketusku. Sehun terkekeh.

"jadi kakak merasa aku lebih baik?" Lirih Sehun. Aku menatapnya tajam.

"kakak fikir kenapa ayah menyayangiku di banding kan dirimu?" emosiku meulai memuncak ketika medengar pertanyaan itu dari mulut Sehun. Bukanya sudah jelas alasanya karena aku bukan anak kandung ayah.

"Park Sehun!" geramku.

"baiklah. Aku memang anak kesayangan ayah. Dan aku bukan anak haram sepertimu kak. Aku banyak di sukai oleh banyak orang. Aku pebisnis muda yang sukses. Dan aku selalu membuat Ayah dan Ibu bangga. Bukanya kau satu-satunya orang yang tidak suka denganku? Mangkanya kau tidak pernah mau dekat denganku? Atau mungkin kau sengaja menghindariku karena kau mnganggap aku lebih baik sehingga kau kehilangan kepercayaan diri? Atau mungkin kau merasa tidak pantas berada di sebelahku karena status kita berbeda?"

Rasanya aku ingin menampar wajahnya. Sungguh Sehun mengajaku kesini hanya untuk menghinaku.

"kalau hanya ini yang mau katakan. Aku permisi Sehun!" kataku. Lalu sebelum aku pergi Sehun memberiku sebuah foto yang diletakanya di atas meja.

"baik kalau kakak tidak mau minum denganku. Tapi bawalah foto itu" aku sempat melirik foto itu tapi aku bahkan sudah tidak mau mengambilnya. Aku memutuskan pergi tanpa membawa foto itu dan meninggalkan Sehun.



Please Vote,

JusticeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang