Tepat 1 minggu aku keluar dari rumah sakit. Aku tinggal dirumah Seulgi sementara waktu. Seulgi dan ayahnya bergantian menjagaku seolah takut aku melakukan hal-hal yang buruk. Setiap Seulgi bekeja Ayahnya akan memperhatikanku dan menjagaku.
"besok kau akan pergi bekerja? Kau sudah Sehat?" tanya Seulgi yang tengah duduk di sampingku.
Aku menangguk.
Setidaknya aku merasa lebih baik. Aku merasa masih ada orang yang memperhatikanku. Seulgi dan ayahnya.
"tidurlah. Aku akan menemanimu sampai kau tertidur. Dan besok aku akan membangunkanmu. Aku juga akan mengantarkanmu kekantor Chan" kata Seulgi mengelus kepalaku yang kini tengah berbaring di ranjang.
"kau tidurlah. Aku bisa tidur sendiri. Tidak perlu menemainku" kataku.
"tidak! Aku akan di sini sampai kapanpun. Pokoknya Park Chanyeol sekarang tidur ya." katanya lembut. Jujur hatiku merasa tenang. Semenjak kejadian aku ingin membunuh diriku. Seulgi tidak pernah mau meninggalkanku sendiri. Bahkan dia akan tidur di lantai untuk memastikan aku tidak berbuat aneh-aneh. Dia akan bangun setiap beberapa jam untuk mmeriksa keadaanku. Jujur aku merasa tidak enak karena membuatnya dan ayahnya khawatir.
Pagi ini ayah Yeonseok memasak sarapan untuku.
"Setelah sarapan Seulgi akan mengantarmu bekerja. Nanti sore Ayah yang akan menjemputmu Chan. Jadi tunggu Ayah di depan kantor kejaksan ya" kata Ayah Yeonseok.
"tidak perlu Yah. Aku bisa pulang sendiri" kataku. Aku sedari dulu memang memanggil Yeonseok dengan sebuatan Ayah karena ia yang memaksaku.
"Tidak, tanganmu masih sakit. Nanti jika di dalam bis kau tersenggol orang bagaimana?" kini Seulgi angkat bicara.
"pokoknya tunggu Ayah tepat jam 5 Ayah akan menjemputmu. Setelah itu Ayah akan membeli bahan-bahan untuk membuat cumi asam manis kesukaanmu Chan" Ayah Yeonseok.
Aku hanya tersenyun dan mengangguk. Aku beruntung memiliki Seulgi dan Ayahynya.
......
Hari ini aku pulang agak terlambat. Ayah Yeonseok sudah tidak menjemputku lagi ketika aku sudah melepas perban di tanganku sejak 2 hari yang lalu. Aku meyakinkanya kalau aku baik-baik saja. Aku terus memperhatikan pergelangan tanganku. Bekas luka sayatan yang ku buat tidak bisa hilang dan mungkin tidak akan pernah hilang. Lalu aku tersadar dari lamunanku ketika ponselku berdering.
Sehun
Untuk apa di menelpon? Jujur aku masih enggan untuk berhubungan dengan keluargaku sejak kejadian itu. Aku tidak menjawab telponya tetapi dia terus menghubungiku.
"apa?" tanyaku.
"aku ingin bertemu kak" kata Sehun.
"aku sibuk" bohongku.
...
Pagi ini aku memakan sarapanku yang dimakaskan oleh ayah Yeonseok. Seulgi sedang sibuk membuatkan ku teh madu.
"kau ada sidang kan Chan hari ini. Jadi aku buatkan teh madu agar kau sehat" katanya meletakan Teh madu itu di hadapanku. Aku tersenyum lalu melihatnya.
"jangan melamun. Minumlah!" kata Seulgi lalu mengambil nasi dan lauk pauk yang ada di hadapanya.
"mana ayah?" tanyaku ketika tidak melihat ayah Yeonseok.
"sedang berolahraga di taman dengan teman-temanya. Kau tau ayahku itu kan" katanya. Aku tahu. Ayah Seulgi memang sangat berjiwa muda meskipun usianya tidak lagi muda. Dia adalah ayah yang cukup baik karena merupakan ayah yang hebat mesikpun single parent. Ayah dan Ibu Seulgi bercerai ketika Seulgi masih sangat kecil. Dan saat ini ibunya menikah lagi dan tinggal di lar kota.
"besok kau libur? Tanyaku.
Seulgi mengangguk.
"mau jalan-jalan?" tanyaku lagi. Seulgi menatapku. Wajahnya berubah ceria.
"kemana?"
"terserah kau. Aku akan mengikutimu kemanapun" kataku.
"bagaimana kalau nonton! Ada film yang sangat ingin ku tonton" katanya. Aku mengangguk setuju.
...
Jam menunjukan pukul 6 sore ketika aku dan Seulgi sudah selesai nonton. Akhirnya aku mengajaknya makan malam di sebuah restoran Italia.
"apa ayah baik-baik saja kalau kita tidak makan dirumah?" tanyaku.
Seulgi yang sedang asik membaca menu kemudian menatapku.
"ini malam minggu. Lagi pula jika malam minggu dan aku sedang pergi denganmu. Maka ayah tidak akan memasak. Dan biasanya Ayah akan menghabiskan waktunya di kedai kopi." katanya.
Kami memesan pasta dan wine. Sambil menunggu Seulgi asik melihat-lihat sesuatu di ponselnya. Aku yang penasaran pun mengambil ponselnya. Seulgi tampak sedang melihat sebuah cincin.
"kau ingin beli cincin?" tanya ku.
"iya" jawabnya seraya merebut kembali ponselnya.
"tapi tidak biasanya kau menggunakan perhiasan" kataku. Memang Seulgi tidak terlalu suka memakai perhiasan di tubuhnya.
"bukan untuku!" katanya. Aku menatapnya. Lalu untuk siapa?" tanyaku.
"untukumu" jawabnya.
Aku semakin bingung.
"cincin untuku?" tanyaku.
Seulgi menatapku. "iya. Cincin untuk melamarmu" katanya.
Aku tertawa. Baru kali ini aku melihat jika wanita yang memberikan cincin pada pria. Seulgi melihatku tidak suka.
"kau selalu menolak lamaranku mungkin karena aku tidak memberimu cincin. Jadi aku berniat memberikan satu untukmu" katanya. Aku menatap Seulgi.
"tidak usah dengan cincin" kataku. Seulgi kemudian meletakan ponselnya dan menatapku.
"maksudnya?"
"aku tidak mau cincin untuk menerima lamaranmu" kataku.
"lalu dengan apa? Katakan" kata Seulgi antusias.
"hmm.. aku pun masih memirikanya" kataku.
"ah! Chanyeol. Apa susahnya sih menjawab lamaranku. Tinggal bilang iya saja susah" ketusnya.
Aku hanya memperhatikanya.
"Harusnya ketika ku bilang maukah kau menjadi suamiku harusnya kau bilang-" belum selesai Seulgi berbicara aku memotongnya.
"iya!"kataku cepat.
Seulgi terdiam sebentar. "apa kau bilang?" tanya Seulgi.
"aku bilang Iya" kataku santai.
"ya maksudku harusnya kau bilang seperti itu dari dulu" Seulgi masih terlihat bingung.
"Seulgi. Lihat aku" kau membuatnya menatap mataku.
"aku bilang. Aku mau jadi suamimu" kataku pelan dan penuh penekanan.
Seulgi butuh beberapa detik sampai ia bisa mengerti maksudku dan aku melihat perubahan ekpresi wajahnya.
"Chan! Apa kau baru saja menerima lamaranku?" tanya nya.
"iya" kataku.
Senyuman mengembang di wajah Seulgi. Lalu dengan cepat dia bangkit dari kursinya dan memeluku. Dia memeluku sangat erat. Aku bisa merasakan kehangatan di sana. Sampai pelayan mengantarkan pesana kami dan membuat Seulgi melepas pelukanya.
"makan dulu:" kataku. Namun aku melihat Seulgi terus tersenyum sepanjang acara makan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Justice
FanfictionMeskipun Chanyeol sudah menjadi seorang Jaksa, tapi semboyan anak haram dan pembawa sial masih selalu diucapkan oleh Ayahnya. Tekanan demi tekanan selalu di rasakanya. Belum lagi Sehun, adiknya selalu menjadi yang terbaik di mata Ayah dan Ibunya. Ch...