Aku sungguh tidak ingin datang ke acara pernikahan Sehun. Terlebih lagi mengingat tadi malam dia menghinaku seperti itu. Tapi ini demi dia. Karena biar bagaimanapun Sehun berstatus sebagai adiku.
Setelah aku bersiap dengan memakai jasku aku keluar dari kamarku dan melihat Seulgi sudah sangat cantik dengan memakai gaun. Bagiku itu kali pertama Seulgi memaki gaun seperti itu. Biasanya ia kan sangat tomboy.
"bagaimana aku?" tanya nya ketika melihatku.
"cantik" gumanku.
"kalau saja aku tidak ingat ini pernihakan adikmu. Aku tidak akan datang. Bagaimana kau masih bisa datang di saat keluargamu bersikap begitu padamu Chan" ketus Seulgi.
"jangan bicara begitu. Biar bagaimanapun ini pernikahan adik ipramu kan" kata Ayah Yeonseok yang sedari tadi sedang membaca koran di ruang tamu.
"yah. Baiklah. Demi adik iparku" kata Seulgi pasrah.
..
Jam 9 dan aku sudah berada di ball room hotel. Di sana aku melihat Ayah Junmyeon yang sedang menyambut tamu. Aku sebenarnya enggan menyapanya tapi Seulgi menatapku seolah memberiku kekuatan. Aku mendekat ke arahnya lalu menyapanya.
Ayah menatapku sinis sampai dan bersbisik padaku.
"kau datang sebagai tamu kan? Bukan sebagai keluarga?" tanya nya. Entah aku sudauh tidak sakit hati dengan perkataannya. Lalu aku menatap ayah.
"Iya. Aku adalah tamu" kataku dengan penuh penekanan. Tidak lama Ibuku datang dengan wajah paniknya.
"Sehun belum juga datang. Dan acara sudah mau di mulai" katanya pada Ayah. Aku melirik jam tanganku. 10 menit lagi acara mau di mulai. Aku ingat bahwa tadi malam Sehun minum sendiri mungkin dia mabuk dan belum bangun.
"hubungi dia" kata Ayah.
"sudah. Tapi dia tidak menjawab telponku" kata Ibu.
"di mana Sehun?" aku memberanikan diri bertanya.
"tadi kami berangkat ke sini duluan dan dia masih dirumah" jawab Ibu.
"baiklah. Aku akan kerumah dan memeriksanya" kataku.
Ayah seperti tidak ingin aku melakukanya tetapi karena keadaan terdesak Ibu akhirnya setuju. Ayah dan Ibu memberitahu agar menunda sebentar dimulainya acara selagi aku memeriksa Sehun dirumah. Aku dan Seulgi segera menuju kerumah Ayah dan Ibu. Seulgi masih sibuk menelpon Sehun sementara aku fokus mengemudi. Sampai dirumah aku melihat mobil Sehun yang terparkir di garasi. Aku segera masuk kerumah dan tidak di kunci.
"Sehun!" panggilku mencarinya di seluruh ruangan. Dan aku naik ke lantai 2 menuju kamarnya.
"Sehun!" panggilku lalu aku membuka pintu kamarnya yang memang tidak di kunci. Kamarnya kosong tapi aku melihat jas yang akan di pakainya di letakan di atas kasur. Lalu aku juga mendengar suara air dari kamar mandi. Aku menduga Sehun ini pasti baru saja bangun. Mengingat dia mabuk berat tadi malam.
"dimana sehun?" tanya Seulgi yang berdiri di belakangku.
"ku fikir dia sedang mandi" kataku.
"coba kau ketuk pintunya dan suruh dia cepat" kata Seulgi. Aku mengangguk.
"Hun. Cepatlah. Acara pernikahanmu sudah mau dimulai" kata ku seraya mengetuk pintu kamar mandi. Tetapi tidak ada jawaban.
"Hun! Kau dengar aku? Cepatlah!" kataku lagi dengan nada suara yang agak keras. Namun tidak ada jawaban. Aku mencoba membuka pintu kamar mandi yang tidak terkunci lalu...
"Sehun!" pekikku ketika melihat Sehun sudah tergeletak di lantai dengan darah yang keluar dari pergelangan tangnya.
Seulgi yang mendengar teriakanku masuk dan melihat Sehun. Dia mencegahku untuk masuk lalu mendekat ke arah Sehun yang tidak sadarkan diri. Ia mengecek nadi Sehun di bagian leher. Dan setelahnya Seulgi menatapku dengan tatapan yang sulit di aratikan dan dia menggeleng.
Aku syok. Apa artinya Sehun sudah tidak ada? Aku berusaha mendekat lalu Seulgi mencegahku.
"jangan Chan" kata Seulgi menahanku. Aku tetap berusaha mendekatinya.
"jangan! Kau akan merusak TKP! Sehun sudah tidak ada Chan!" bentak Seulgi, lalu aku hanya bisa terduduk lemas di depan pintu kamar mandi. Aku samar-samar mendengar Seulgi menghubungi polisi dan ambulance aku hanya bisa menangis dan terdiam.
...
Seulgi dan tim kepolisian yang lain mengindentifikasi kematin Sehun. Jenazah Sehun kita di bawa ke rumah sakit. Setelah penyelidikan di lakukan tidak ada tanda-tanda pembunuhan tetapi Sehun bunuh diri. Aku masih duduk di rumah sakit menunggu jenazah Sehun yang sedang di urus. Ibu hanya menangis sejak tadi dan Ayah terus memeluk Ibu. Aku pun hanya bisa diam. Setelahnya jenazah Sehun di bawa kerumah duka. Banyak rekan-rekan ayah dan ibu dan kerabat yang datang menghadri pemakamanya. Lalu Seulgi yang telah berganti baju juga memberikan pengormatan terakhirnya untuk sehun. Setelah itu Seulgi meghampiriku.
"Chanyeol. Aku ingin bicara" katanya serius. Aku mengikuti Seulgi keluar.
Seulgi menyerahkan sebuah amplop padaku. Aku menatapnya bingung.
"kurasa. Sehun meninggalkan ini untukmu Chan. Ini di temukan di kamarnya ketika kami melakukan investigasi. Dan surat ini sepertinya di tujukan untukmu" kata Seulgi pelan.
aku membuka surat itu dan membacanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Justice
FanfictionMeskipun Chanyeol sudah menjadi seorang Jaksa, tapi semboyan anak haram dan pembawa sial masih selalu diucapkan oleh Ayahnya. Tekanan demi tekanan selalu di rasakanya. Belum lagi Sehun, adiknya selalu menjadi yang terbaik di mata Ayah dan Ibunya. Ch...