Aku pulang lebih awal tetapi aku malas pulang kerumah. Aku masih mengingat kejadian tadi pagi. Aku duduk sendiri di cafe dekat tempatku bekerja untuk menikmati segelas kopi dan sepotong cheese cake. Aku melirik ponselku. Sebenarnya aku tidak tau harus bagaimana sehingga aku mengundang Seulgi datang. Tidak lama Seulgi masuk ke cafe dan segera duduk di hadapanku.
"bagaimana sidangnya? Lancar?" tanya Seulgi. Aku mengangguk.
"kau sudah makan?" tanyanya.
"aku sedang makan" kataku menunjuk cheese cake yang sedang ku makan.
"bukan. Apa kau sudah makan nasi? Kau bisa sakit kalau makanmu tidak teratur" protesnya. Aku memang belum ada makan nasi sejak tadi pagi. Hanya makan roti saja untuk menganjal perutku sejak tadi siang.
"habiskan cheese cake itu lalu ikut aku" kata Seulgi. Aku menatapnya.
"kemana?" tanyaku. Tapi dia tidak menjawab dan hanya diam saja.
Akhirnya di sinilah kami. Di sebuah kedai kecil di pinggir jalan. Seulgi memesan 2 ramen dan beberapa lauk pauk.
"makan lah sayang. Makan yang banyak." kata Seulgi menyodorkan beberapa lauk kepadaku. Bahkan sesekali ia mencoba menyuapiku yanglangsung ku tolak. Aku hanya malu dia melakukanya di tempat umum.
"Sehun akan bertungan di hari minggu ini." kataku memberitahunya. Tapi dia tampak tidak antusias dan tidak menjawab ku.
"padahal aku ingin mengajakmu jalan-jalan ke taman bermain di hari minggu" katanya sewot.
Aku tersenyum. Ternyata agendanya untuk hari minggu adalah itu.
"kita bisa jalan-jalan setelah acara pertunganya selesai" kataku.
"bukanya kau akan seharian di acara itu?" tanya Seulgi.
Aku menggelengkan kepalaku. "untuk apa? Mereka toh juga tidak membutuhkanku" kataku. Seulgi menatapku.
"iya. Kau terlalu berharga untuk menjadi bagian dari mereka. Harusnya kau cepat-cepat menikah denganku saja Chan dan tinggalkan keluargamu yang menyeramkan itu. Aku sudah tidak tahan dengan mereka" kata Seulgi.
"mereka keluargaku bagaimanapun juga" kataku.
"iya secara garis keturunan adalah mereka keluargamu, tapi tidak secara kekeluargaan. Keluarga adalah orang yang menyayangimu Chan. Bahkan orang lain bisa seperti keluarga mu dan keluarga bisa seperti orang lain. Statusnya adalah mereka keluargamu. Tapi mereka selalu memperlakukanmu dengan buruk. Tinggalkan mereka dan hiduplah dengan aku dan ayahku. Ayahku pasti akan sangat senang jika dia tahu kau menerima lamaranku." aku hanya tersenyum kecil mendengarkan perkataannya.
"arggg! Sebegitu susahkan menerima lamaranku Chan. Kau tinggal bilang iya saja. Apa susahnya" kata Seulgi lagi. Aku menatapnya. Gadis ini benar-benar. Entahlah semakin dia memaksuku untuk menerima lamaranya aku semakin jatuh cinta padanya.
"makanan ini aku yang traktir" kataku.
"jangan mengalihkan pembicaraan Park Chanyeol. Jawab saja!" protesnya. Tapi aku tidak menjawab.
"bagaimana pekerjaanmu?" kataku berusaha mengalihkan pembicraanya.
"Channnnn" protesnya.
"bagaimana kalau ku antar pulang setelah makan?" kataku lagi.
"Chanyeol!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Justice
FanfictionMeskipun Chanyeol sudah menjadi seorang Jaksa, tapi semboyan anak haram dan pembawa sial masih selalu diucapkan oleh Ayahnya. Tekanan demi tekanan selalu di rasakanya. Belum lagi Sehun, adiknya selalu menjadi yang terbaik di mata Ayah dan Ibunya. Ch...