⚡️RIBUT BESAR

89 3 0
                                    

Tuk... Tuk...

Tuk... Tuk...

Suara dari sepatu Alan yang berbenturan dengan lantai ketika ia turun dari tangga untuk menemui orang rumahnya yang sedang sarapan.

"Pagi ma, loh kok tumben sih sepi banget. Udah pada jalan semua ya?" Tanya Alan pada Dena yang sedang duduk di sofa ruang tamu

Sambil menunggu jawaban Dena, Alan sedikit berjalan ke meja makan untuk mengambil sepotong roti yang sudah dibakar dan berselai ovomaltine.

"Iya, papa sama Ezran udah jalan dari jam 6 tadi. Oh iya, kamu masuk jam berapa? Ini udah siang loh, gak telat emangnya jam segini baru jalan?" Ucap Dena pada Alan menjawab pertanyaannya tadi mengapa rumah sudah sangat sepi sambil menanyakan apakah putranya itu tidak telat

"Oh gitu, enggak dong ma. Tenang aja, yaudah Alan jalan dulu ya. Assalamualaikum ma." Jawab Alan ketika ia menjawab pertanyaan Dena, kemudian salim pada mamanya sambil mengunyah sisa roti yang belum ia habiskan.

"Waalaikumsalam, hati - hati Lan! Jangan ngebut - ngebut bawa motornya." Pesan Dena pada Alan untuk berhati - hati ketika mengendarai motor menuju sekolahnya.

Setelah berpamitan dan mendengarkan pesan dari mamanya untuk hati - hati. Alan berjalan ke garasi untuk mengambil motornya, dan bersiap untuk ke sekolah.

Brem... Brem...

BREM.....

"Pagi mang adin! Alan berangkat dulu ya, assalamualaikum." Ucap Alan pada mamang yang menjaga rumahnya sambil menjalankan motornya.

"Waalaikumsalam oke den, hati - hati ya!" Jawab mang Adin pada Alan.

Suasana pagi ini cukup cerah berawan, seperti biasa Alan lebih suka berangkat ke sekolah lebih awal. Selain lebih santai, ia tak ingin terulang lagi insiden seperti kemarin. Jalanan hari ini cukup lengang, Sambil ia mengendarai motor, mata hazel-nya pun ikut melihat sekeliling hingga menangkap seorang perempuan di depan jalan komplek rumahnya yang ia yakini itu adalah Alyn.

Cewek yang tidak sengaja ia tabrak kemarin, awalnya tak berniat untuk menghampiri. Tetapi rasa penasaran Alan begitu besar, sehingga ia melajukan motornya mendekati perempuan itu.

TIN...

Alyn merasa bingung dan sejenak berpikir sambil mengernyitkan dahinya menatap ke arah laki - laki yang baru saja datang di depan matanya, ia tak mengenali siapa cowok itu.

"Lo Alyn kan? Cewek yang kemarin gue anter balik?" Tanya Alan ketika sudah membuka kaca helm full face-nya.

"Lo kan yang... ke...maren nyerempet gueee, nah inget nih sekarang! Ngapain lo? Jawab Alyn dengan ekspresi galak.

"Heh! galak banget dih, gue cuman mau nanya lo anak Gemintang Indah?" Ucap Alan ketika melihat badge lambang sekolah di saku seragam Alyn.

"LAH AHAHAHA... kepo banget lo, gak usah liat - liat! Gue tampol baru tau rasa." Jawab Alyn dengan nada kesal.

"Ck, lo udah sembuh emang? Katanya kemaren masih pusing, Itu juga plaster di kaki lo aja belum hilang. Sok - sokan mau sekolah lagi." Tanya Alan dengan sedikit nada menyela.

Alyn yang mendengar hanya menjawab dengan anggukan kepala sambil memutar bola matanya malas. Jujur saja, ia sedang tak ingin berdebat sekarang. Karena ia rasa tubuhnya sudah sehat dan bisa kembali pergi ke sekolah. Ya, meskipun ia akui rasanya ketika berjalan masih sedikit nyeri. Tapi kalau soal pusing itu sudah hilang, gara - gara hari ini ia tahu sekolah tidak mengadakan kegiatan belajar seperti biasa.

Alan yang melihat jawaban tersurat seperti itu hanya menggelengkan kepala saja, kemudian ia kembali menyalakan motornya dan pergi meninggalkan Alyn tanpa menawarkan bantuan untuk nebeng.

Konstelasi Patah Hati {On Going}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang