7. Jalan Merpati

203 23 12
                                    

Saat ini kantin tengah ramai oleh para siswa-siswi, karena setelah upacara selesai mereka tak langsung memasuki kelas, termasuk triple K.

Memang di SMA Nusa setiap hari senin dan sesudah upacara ada setengah jam untuk kita bisa ke kantin terlebih dahulu.

"Eh Kal, lo pulang jangan lewat ke jalan merpati ya." ujar Keisha yang sedang mengetuk-ngetuk meja dengan jari nya.

Kalita yang sedang memakan bakso pun menoleh ke arah Keisha. "Lah napa?"

"Gue dapet info, nanti sore geng Chlaros mau tawuran sama geng Erebos di jalan merpati." jawab Keisha.

"Lah, geng sekolah mana tuh?" tanya Kalita sambil menyuapkan baksonya kedalam mulut.

"Yaampun Kal lo kudet banget sih, geng Chlaros itu SMA Trijaya kalo geng Erebos itu SMA Pahatma. Sekolah tetangga yang musuhan itu." ujar Kaila memutar bola matanya malas.

Kalita mengangkat bahunya acuh. "Biasanya gue pulang jalan situ, nggak ada apa-apa tuh. So tau kalian."

"Biasanya mereka kalo tawuran suka malem Kal, jadi lo gak tau." ujar Keisha.

Kalita mengerutkan keningnya. "Kenapa sekarang gak malem aja?"

"Katanya geng Erebos ngeroyok salah satu anak geng Chlaros." jelas Keisha.

"Ko lo tau banget sih?" tanya Kalita heran.

"Lo lupa kalo pacar Keisha kan anak SMA Trijaya termasuk geng Chlaros juga. Pastilah dia tau." ujar Kaila. Kalita hanya ber oh ria.

"Dah yu, ke kelas." ajak Kalita setelah selesai dengan makanannya.

Kaila dan Keisha menggangguk, lalu mereka memutuskan untuk memasuki kelas, lagi pula sebentar lagi jam pembelajaran akan di mulai.

Sekarang keadaan kelas sedang tidak kondusif. Jangan salah, walau mereka anak IPA mereka gak semuanya kutu buka kayak yang kalian sering pikirkan.

"Guys, Parah datang." ujar Bobi sedikit berteriak. Saat Parah atau Pak Rahman guru sejarah lintas minat di jurusan IPA ingin memasuki kelas.

"Parah-Parah, jangan gitu sama guru gak ngalir lho ntar ilmu nya. Kalo Pak Rahman tau bisa-bisa lo di ceramahin." sahut Keisha, Bobi hanya cengengesan sambil duduk di kursinya.

Tak lama Pak Rahman pun memasuki kelas dengan membawa setumpuk kenangan, eh salah maksudnya dengan membawa setumpuk buku di tangannya.

"Selamat siang." ujar Pak Rahman.

"Siang Pak." jawab semuanya.

"Sebelum pembelajaran di mulai, apakah ada yang ingin di tanyakan sebelum masuk ke pembahasan." ujar Pak Rahman.

Marsa mengangkat tangannya pertandan ingin bertanya. "Silakan, ada yang ingin di tanyan Marsa?" tanya Pak Rahman.

"Pak kenapa kita harus membahas masa lalu sih, kan itu menyakitkan." ujar Marsa sambil memegang dadanya.

"Halah bucin lo." ujar Bobi.

"Bodo amat gue ini, wle." jawab Marsa memeletkan lidahnya.

"Sejarah bukan masa lalu Marsa." tegas Pak Rahman.

Kalita mengernyitkan dahinya bingung. "Apa bedanya Pak? Kan sama-sama dari masa lalu?" tanya Kalita, mereka yang ada di dalam kelas pun mengangguk menyetujui pertanyaan Kalita.

"Ya jelas beda dong. Kalo sejarah kita membahas para pahlawan kalo masa lalu kita membahas kenangan para mantan yang telah memberi janji lalu pergi tanpa alasan." jawab Pak Rahman.

Satu kelas berteriak histeris mendengar jawaban Pak Rahman, guru terbucin pikir mereka.

"Bisa aee Pak." celetuk Kaila.

KalitaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang