15 (Malam Pertama)

31 8 0
                                    

Mereka sudah sampai di tempat tujuan. Yaitu Buper Nesva.

Rama langsung menuju tempat administrasi untuk daftar ulang karena sekarang dia, Alya, Yanti, dkk. Telah menjadi siswa kelas 11 dan mengemban tugas sebagai dewan saka di Polseknya. Sedangkan anggotanya menunggu di lapangan sambil menurunkan bawaan dari mobil.

Beberapa menit berlalu tersisa sedikit lagi barang untuk diturunkan dari mobil sehingga hanya laki-laki saja yang bekerja sedangkan perempuan duduk menjaga barang yang ada di samping mereka. Barang yang masih di mobil berupa tongkat beserta barang berat lainnya.

Akbar tampak kesusahan membawa seikat tongkat dengan panjang 160 cm khas tongkat milik pramuka. Lelaki itu belum menyimpan ransel beserta tas selempang yang ia sampirkan di bahunya. Ia meletakkan tongkat itu di samping Alya.

Yanti yang melihat Akbar kesusahan lantas terkekeh kemudian berujar, "Akbar, itu tasnya simpan dulu aja. Titip di Alya dulu baru lanjut lagi bawa barangnya."

Alya yang baru sadar Akbar kesusahan langsung memandang ke arah lelaki itu. "Iya sini, ranselnya simpan dulu aja sama tas-tas lainnya. Kalau tas kecil kamu bisa aku bawa kok."

Akbar tersenyum, "Yaudah ini titip dulu ya. Oh iya, di tas kecil ini isinya ada beberapa smartphone sama yang lainnya. Jagain ya! maaf ngerepotin kamu." Akbar memberikan kedua tas miliknya pada Alya.

"Oke siap," sahut Alya

"Nah, gitu kan enak gak keliatan kesusahan kayak tadi banyak barang dibawa di badan, hahaha," ucap Yanti.

Alya tersenyum kemudian Akbar mengangguk setelah itu ia melanjutkan kembali kegiatannya yang sempat terjeda.

Setelah selesai menurunkan barang mereka semua berkumpul atas perintah Rama. Mereka melingkar di tengah lapangan.

"Jadi gini, karena kita jadi peserta terakhir yang datang kita kebagian tempat di ujung dekat batas buper. Tapi karena situasi sekarang hujan dan kondisi tanah di sana gak lurus, kita di saranin untuk bikin tenda di depan gerbang masuk area tenda karena di situ masih cukup buat 2 tenda. Jadi kita akan buat dua tenda besar untuk peserta sedangkan dewan bagaimana nanti saja. Sekarang kita langsung saja buat tenda ya. Dapat dipahami?" Tanya Ramadhan setelah menjelaskan panjang lebar.

"Siap paham," jawab semuanya dengan tegas.

Kemudian mereka mulai mendirikan tenda. Akhirnya dua tenda terpasang dengan gagah dilengkapi dengan gapura berupa kipas yang dibuat dari gabungan beberapa tongkat.

Semuanya berkumpul di samping tenda dekat pagar. Wawan datang membawa sebuah drum. Otomatis semuanya duduk melingkar lantas bernyanyi bersama. Malam ini kegiatan masih bebas karena esok hari adalah pembukaan perkemahannya.

Lagu yang mereka nyanyikan berjudul "Secawan Madu."

Secawan Madu / Via Vallen

Secawan madu yang kau berikan
Tapi mengapa kau tumpahkan?
Kau bangun cinta yang menjanjikan Dirimu pula yang menghancurkan
Tega-teganya ketulusanku
Kau balas dengan kecuranganmu
Pandainya engkau bersilat lidah
Cinta bagimu hanyalah senjata
Semula 'ku mengagumi Sikap dan ketulusanmu
Hingga diriku jatuh terbuai Dalam bujuk dan rayumu
Setelah pintu hatiku
Telah terbuka untukmu
Ternyata aku engkau jadikan
Hanya koleksi cintamu
Perih sungguh perih
Bagai tertusuk seribu duri
Pandainya engkau bersilat lidah
Cinta bagimu hanyalah senjata
Semula 'ku mengagumi
Sikap dan ketulusanmu
Hingga diriku jatuh terbuai
Dalam bujuk dan rayumu
Setelah pintu hatiku
Telah terbuka untukmu
Ternyata aku engkau jadikan
Hanya koleksi cintamu
Perih sungguh perih
Bagai tertusuk seribu duri

Setelah selesai satu lagu, tiba-tiba panitia mendatangi mereka. "Maaf kak, jangan berisik ya. Ini sudah malam dan kami sedang rapat."

Semua saling berpandangan lalu menjawab bersamaan, "Siap kak."

Setelah mengamankan peralatan, lalu makan. Peserta kelas 10 dari Polsek 8 langsung menuju tenda untuk tidur. Alya dan Akbar adalah kelas 11 yang double job yaitu menjadi Panitia polsek sekaligus peserta sebagai ketua/koordinator.

Panitia polsek 8 menggelar tikar di tanah mereka duduk sambil berbincang-bincang.

April menguap lalu menutup mulut dengan sebelah tangannya, "Duh ngantuk. Tidur di mana ya?"

"Yang perempuan tidur aja pake tenda dum. Kan bawa dua, tapi yang dipasang kayaknya cuman 1 aja. Cowok di bawah bintang aja tidurnya oke!" Saran kak Dian

"Oke kak!" April, Alya dan Yanti memasang tenda dum lalu tidur di dalamnya. Mereka tidur berempat di tambah Wati.

Medan yang ada di bawah mereka tidaklah lurus. Dari kepala sampai perut di medan menurun  sedangkan kaki mereka jelas di bawah. Medan miring ini memungkin mereka ketika bangun akan berubah posisi.

Alya mengerjapkan matanya namun tak nampak apa-apa. Ketika di raba ternyata di depannya adalah kain dari tenda. Ketika berbalik ia langsung dihadapkan dengan banyak kaki. Gadis itu mencari ponselnya lalu menyalakan senternya. Ternyata waktu menunjukkan pukul 02.30 sedangkan mereka tidur pukul 11.41.

Alya mengarahkan cahaya ponselnya ke sampingnya ternyata banyak kaki. Ia duduk kemudian melihat siapa saja yang ada di sana ternyata orangnya bertambah. Ada kak Dian, Kak Audi, Kak Sari, dan Kak Nurul. Pantas saja tenda jadi sesak seperti ini. Bahkan mereka semua tidur menyamping agar tempatnya cukup. Semua tidur berbanjar sedangkan Alya tidur bershaf di bawah kaki mereka semua. Pantas saja ketika terbangun tadi yang ia lihat kain tenda bukan teman-temannya.

Karena masih mengantuk Alya mematikan cahaya ponselnya dan kembali menghadap tenda untuk tidur lagi.

****

Jangan lupa, tungguin kelanjutannya ya!!
See you in next chapter.
Salam Pramuka!

****

a/n :

Tenda dum yang muat 5 orang ini diisi 8 orang. Sesak-sesak anget, wkwkwk. Gak tau kalo Alya, dia kan ditemenin kaki sama kain tenda.

...

SEMENTARA (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang