Melihat sorot mata yang tajam dari Singo ludoyo terlihat jelas, jika dia bemar benar ingin menghabisi Narajaya." aku masih ingin hidup, aku masih ingin hidup "
Mencoba untuk menyemangati dirinya sendiri, Narajaya mencoba untuk bisa bangkit kembali dengan sisa sisa tenaga yang dia miliki.
" tapi rasanya aku tidak sanggup, tapi aku tidak ingin mati saat ini "
Singo ludoyo cukup menendangnya sekali, tapi hal itu sudah cukup untuk membuat Narajaya tidak berdaya.
Sekilas dia melihat tatapan tajam Singo ludoyo yang langsung membuatnya pasrah akan keadaan ini.
Tidak ada lagi yang bisa dia harapkan, karena yang ada dalam pikirannya semua teman temannya tidak akan mampu menandingi kesaktian Singo ludoyo.
" mati kau anak ingusan.... "
Teriakan Singo ludoyo itu bagai lonceng kematian bagi Narajaya.
Dia memejamkan mata, saat ujung keris berwarna hitam itu mengarah lurus kepada dirinya." lelaki goblok..., harusnya melawan, bukan pasrah menanti kematian.. "
Suara gadis itu terdengar begitu keras di telinga Narajaya, dia cuma bisa berucap dalam hati.
" aku juga tidak ingin menyerah, tapi apalah daya, aku sudah tidak bisa berbuat apa apa "Telinga Narajaya mendengar dengan jelas, ada bagian tubuh yang terhamtam sebuah pukulan atau tendangan.
Dengan cepat dia membuka kedua matanya, dan melihat tubuh Singo ludoyo sudah terhempas ke tanah.
" pemuda goblok, harusnya melawan.., bukan cuma menanti datangnya kematian "
" terima kasih Kinanti "
Singo ludoyo secara perlahan mulai bangkit, dia sama sekali tidak menyangka jika gadis ini mampu menandingi dirinya.
" aku tidak pernah meragukan kesaktian Ayu kinanti, tapi aku tidak menyangka, jika dia mampu mengalahkan Singo ludoyo "
Ujar Narajaya dalam hati.
" bangkitlah lelaki tua.., kita lanjutkan pertarungan "
Walau tanpa Ayu kinanti berteriak seperti itu, Singo ludoyo pastilah akan bangkit untuk melanjutkan pertarungan.
Dari telapak tangan Surya khara keluar sebuah benda berwarna merah berbentuk cambuk kecil.
" ha.....ha....., kau kira dengan cambuk kecil itu aku takut manusia "
" kau belum merasakannya mahkluk jelek, sekarang rasakanlah "
Dalam sekejap, cambuk yang ada dalam genggaman Surya khara berubah bentuk menjadi besar dengan kobaran api yang menyala nyala.
" mati kau mahkluk jelek..... "
Ada sedikit rasa takut pada diri mahkluk itu, kala Surya khara melompat dan mencambukkan pada dirinya.
Hempasan cambuk Surya khara terasa sangat menakutkan bagi siapa saja yang melihatnya, bunyinya begitu menggelegar bagai petir.
Kini keadaan mulai berbalik, mahkluk hitam itu cuma bisa bertahan menghadapi serangan Surya khara.
Surya khara bergerak kesana kemari sambil melepaskan cambukkan kearah mahkluk itu, tapi seolah olah ada perisai yang dia keluarkan, sehingga cambukkan Surya khara tidak menembus tubuhnya.
" gila...., dia memiliki ajian apa, cambukkanku berkali kali belum mampu mengalahkannya "
Surya khara terdiam sejenak, tak lama kemudian dia melompat kembali dan melesakkan cambuknya.
Gelagat suara kali ini cukup besar, dan bersamaan dengan itu, terdengar jerit mahluk hitam tersebut, dan langsung lenyap dari muka bumi.
Ayu kinanti sontak langsung terbangun dari tidurnya, dia langsung bergegas pada Surya khara.
" ada apa Surya, apa yang telah terjadi? "
"tidurlah, tidak ada apa apa "
Ayu kinanti tidak percaya begitu saja, pandangan batinnya melihat baru saja Surya khara bertarung dengan seseorang ataupun apa itu.
" kenapa kau tidak membangunkan aku? "
Surya khara tidak menjawab, dia langsung membaringkan tubuhnya.
Ditatapnya dalam dalam Surya khara, timbul pertanyaan dalam diri Ayu kinanti.
" mungkin aku tidak akan mampu membalas semua apa yang telah kau lakukan kepadaku Surya khara "
Suasana pagi begitu cerah, matahari bersinar tanpa awan yang menutupi, suara burung burung saling bersahutan mengisi datangnya pagi.
Embun pagi mulai berguliran jatuh ke tanah, pohon pohon mulai mengeluarkan hawa kesejukan.
Keceriaan pagi ini membawa semangat bagi mereka berdua untuk terus mencari keberadaan keris cakra sukma.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pukulan Naga Api
Historical FictionBerlatar belakang pada masa akan terjadinya peperangan antara kerajaan Kediri dan kerajaan Jenggala. Masing masing kerajaan tersebut mencari dukungan kepada para akuwu dan Adipati di sekitaran wilayah mereka