Kebencian Surya Khara

86 8 1
                                    


Surya khara hampir tidak percaya dengan apa yang didengarnya, resi Alokapala memberitahukan jika kinanti telah kembali ke Medang, bagai petir yang menyambar di siang bolong di telinganya.

Hati Surya khara bagi teriris iris, dia belum bisa menerima kenyataan yang terasa pahit bagi dirinya.

Kepergian Ayu kinanti untuk kembali ke Medang terasa membawa sakit hati yang teramat mendalam bagi dirinya.

Bukan perkara kembalinya Ayu kinanti ke Medang, tapi jawaban dari Ayu kinanti yang dia harapkan.

" apa yang dia katakan sebelum pergi resi guru? "

Resi Alokapala terdiam sejenak, dia mencoba mengingat kembali percakapan dirinya dengan kinanti.

" tidak ada yang dikatakan Surya "

Surya khara terdiam, cukup besar harapannya kepada kinanti, tapi sepertinya jauh panggang dari api.

" ada apa Surya khara? "

" tidak ada apa apa resi guru "

Mulutnya berkata seolah olah semuanya baik baik saja, padahal apa yang Surya khara rasakan saat ini tidak baik baik saja.

Kinanti pergi tanpa memberi jawaban, menerima cintanya atau menolaknya.

" kinanti tidak mengatakan apapun sebelum pergi Wasesa ? "

"tidak Surya "

Kinanti pergi tanpa ada berita kepadanya, tentu ini menjadi tanda tanya bagi dirinya.

Timbul pertanyaan pada dirinya, jika kinanti mencintainya, pasti dia akan diberitahu perihal kepergiannya.

Sepenting apapun itu, jika benar kinanti mencintainya, pastilah dia orang pertama yang akan mendapatkan kabar kepulangannya ke Medang.

Mulai muncul fikiran fikiran buruk Surya khara tentang Kinanti, dia mulai merasa jika dirinya tidak ada harganya.

" kesetiaan "

" pengorbanan "

" kebaikan "

Itu semua adalah omong kosong, jika untuk bisa mendapatkan cinta harus berkorban, aku sudah berkorban,
tapi apa yang aku dapatkan, dia malah pergi tanpa meninggalkan pesan.

Jika yang diminta adalah kesetiaan, aku juga sudah sangat setia menemani kemanapun kaki dia melangkah.

Jika yang diminta adalah kebaikan, dan ketulusan, maka aku sudah mencintainya dengan sepenuh hatiku.

Cintaku sebesar dan setinggi gunung mahameru, cintaku juga selebar lautan yang luas, dan cintaku sedalam samudra.

Jika terluka akibat pukulan dan sabetan pedang, meskipun sakit masih bisa aku tahan.

Tapi sakit di hati yang kau berikan, tidak menimbulkan luka yang mengeluarkan darah, tapi luka yang mengeluarkan air mata.

Hatiku terasa tertusuk sepuluh pedang, yang menimbulkan luka teramat sangat dalam.

Aku bersumpah, akan aku balas semua perbuatan burukmu yang tidak menghargai apapun yang telah aku berikan kepadamu.

Pukulan Naga ApiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang