Hembusan angin kebahagiaan dari istana Medang berhembus seantero pulau Jawa, kidung kidung nyanyian sukacita acap terdengar di setiap sudut kota raja.Kota raja Medang pada saat ini bagai bunga yang mekar, dan menyebarkan keharuman yang akan tercium oleh siapa saja.
Keharuman itu membuat kumbang kumbang berterbangan untuk hinggap, dan menghisap sarinya.
Wajah wajah ceria terlihat tiap sudut kota raja, mereka terlihat seolah olah ikut bahagia atas pernikahan pangeran Airlangga dan putri prabhu Darmawangsa.
Suasana pendopo istana Medang cukup ramai pada hari ini, semua pembesar istana hadir di tempat tersebut.
Sang prabhu Dharmawangsa terlihat wajahnya begitu ceria, sama halnya dengan para pembesar istana, mereka juga terlihat ceria pada hari ini.
" siapa yang menjaga tapal batas kota raja kang mas Lembu jaya? "
" Saktian bayu aji, kenapa kinanti? "
" banyak orang memasuki kota raja "
" tenang..., tidak akan ada apa apa di hari bahagia ini "
" aku akan ke tempatnya bayu aji "
" untuk apa kinanti? "
" kang mas Lembu jaya? "
" tidak "
Lembu jaya dalam hatinya sangat yakin, jika kinanti tidak akan pergi ke tapal batas kota.
Ditatapnya Lembu jaya dalam dalam, kinanti dalam hatinya dia berharap kekasihnya tersebut mau untuk menemaninya.
Ternyata keinginan keduanya tidak sejalan, Ayu kinanti melangkah keluar meninggalkan pendopo istana.
Dia mencoba memperlambat langkah kakinya, dengan harapan Lembu jaya berubah fikiran, dan mau menemaninya.
Tapi ternyata hal itu tidak terjadi, Lembu jaya cuma diam mematung menatap dirinya pergi.
Ayu kinanti langsung memacu kudanya menembus keramaian orang orang di kota raja.
" kinanti..."
" bagaimana keadaannya bayu aji? "
" aman aman saja, mana Lembu jaya?"
Ayu kinanti tidak menjawab pertanyaan bayu aji, justru dia langsung memeriksa keadaan sekitarnya.
Tiba tiba kinanti tersentak kaget, dan tidak percaya dengan apa yang dia lihat.
Dia mengusap usap matanya, seolah olah ada yang salah dalam penglihatan dirinya.
Ternyata pandangannya tidak salah, sebuah anak panah api melesat membelah angkasa,
ini adalah tanda isyarat dimulainya sebuah penyerangan," bayu Aji....., lihat itu "
" oh.....tidak, ini gawat "
" cepat...bayu aji "
Saktian bayu aji bagai orang kebingungan, dia tidak tahu harus berbuat apa, tapi yang terpenting saat ini adalah menyiapkan prajurit yang ada.
" kita hadapi mereka bayu aji "
" prajurit, pergilah ke istana "
Dengan rasa cemas, dan penuh kekhawatiran, bayu aji dan Ayu kinanti menanti datangnya serangan dari musuh yang tidak mereka kenal.
" bersiap bayu aji, itu mereka datang "
" kita kalah jumlah kinanti "
" hadapi saja, dan jangan mengeluh "
Ternyata ada hal yang lebih mengejutkan lagi datang pada mereka, seorang prajurit dengan penuh luka, dengan menunggang kuda sangat cepat mendatangi mereka.
" ada apa prajurit..? "
" istana diserang "
" apa....."
ucap kinanti dan bayu aji secara bersamaan.
" ini tidak mungkin "
" ini mungkin kinanti, musuh sudah ada didepan kita "
Jumlah mereka sangat besar, lebih besar dari prajurit Medang yang bersama bayu aji dan kinanti.
" aduh...kamu lagi "
" lama kita tidak bertemu bayu aji "
Walaupun ada rasa takut, bayu aji mencoba untuk menutupinya di hadapan para musuhnya tersebut.
Ternyata para musuh yang datang itu adalah prajurit Wura wuri yang dipimpin oleh Arya lodaya.
" terakhir kamu dan wanita itu bisa lolos dariku bayu aji, tapi hari ini tidak "
" tidak perlu banyak bicara bayu aji, prajurit....serang....."
" kinanti jangan gegabah "
KAMU SEDANG MEMBACA
Pukulan Naga Api
Ficção HistóricaBerlatar belakang pada masa akan terjadinya peperangan antara kerajaan Kediri dan kerajaan Jenggala. Masing masing kerajaan tersebut mencari dukungan kepada para akuwu dan Adipati di sekitaran wilayah mereka