38. Kenapa aku melakukannya?

4.8K 683 138
                                    

Hyewon menatap kasihan sosok yang pernah menjadi adik kelasnya dahulu. Dengan hidung yang dilapisi dua plester, bahu yang berbekas ditambah dengan badan dan pipi yang biru-biru.

"Kalau memang kamu ngga pantas buat kembali lagi, kamu boleh nginep dirumah saya dek. Orang tua saya juga gapapa kok kalau ada kamu..."

Wonyoung menggeleng pelan. "Ngga perlu kak, aku udah cukup sadar diri tiba-tiba lari kesini sambil nangis-nangis kok."

Hyewon menghela nafas. Adik kelasnya ini kenapa batu sekali sih? Padahal sudah sedari tiga bulan yang lalu pulang ke rumahnya sendiri lalu pulang lagi kerumahnya dengan wajah babak belur.

"Haruto tau kamu begini?"

Wonyoung mencoba memaksakan senyumnya walau wajahnya sakit. "Kami sudah putus."

"Loh, kok bisa? Bukannya kalian sudah pacaran lama banget?"

Setau Hyewon sih begitu, dulu kan Haruto dan Wonyoung sudah dijodoh-jodohkan semenjak sma dulu. Eh malah pacarannya pas udah saling gede dong? 

"Ternyata pas pacaran kemarin, Haruto sudah punya istri dan istrinya hamil kak."

"Serius? Kenapa dia ngga bilang dari dulu...?"

Entahlah, Wonyoung juga tidak tau.

"Kalau ngga salah, katanya dia takut aku berbuat sesuatu yang macam-macam, padahal ngga. Aku hanya ngga suka dia menyembunyikannya dari aku."

Bohong, aku berbohong.

"Mungkin memang sulit. Tapi kalau memang tidak bisa bersama lagi, bukannya kalian masih bisa menjadi teman? Saya tau kamu ngga bisa hidup tanpa Haruto dek."

Setetes air mata jatuh. Benar, Hyewon benar.

"Aku gatau, aku malu, aku marah kalau aku harus kesana meminta diri aku buat jadi teman dia. Rasanya ngga pantas kak."

"Kenapa malu? Kalian bisa menjadi teman yang baik. Percaya sama saya."

"Bagaimana cara bicaranya kak?"

Hyewon mengulas senyumnya. Tangannya ia bawa untuk mengusap kepala Wonyoung secara perlahan.

"Kamu tinggal jujur, jika memang tidak berpacaran apa boleh kita menjadi teman?"

Wonyoung mengangguk paham walau merasa sedikit aneh dengan perkataan Hyewon barusan.

"Anu... kenapa menatapku seperti itu ya kak?" tanya Wonyoung ketika Hyewon menatapnya secara terus-terusan.

"Kamu tuh cantik, sayang aja kalau selalu ditutupi luka-luka yang dibuat ayah kamu."

"Ya mau bagaimana lagi kak, kalau aku tidak pulang pasti papa akan mencariku seperti orang gila. Lalu kalau pulang juga pasti selalu ribut."

Wonyoung menggenggam pelang ujung bajunya. Tidak tau kenapa setiap membicarakan atau membawa nama sang papa pasti tangannya akan selalu bergetar hebat.

Apa benar ia trauma?

"Jadi kapan kamu mau menemui Haruto?"

"Hah? Untuk?"

Hyewon tertawa, padahal baru saja dibicarakan masa sudah lupa sih?

"Menemui Haruto, bilang lebih baik kalian berteman. Daripada seperti ini, tidak baik kan? Satu tahun berpacaran lalu putus dan sekarang seperti orang yang saling tidak mengenal..."

Wonyoung mengangguk paham lalu menunggu Hyewon kembali melanjutkan perkataannya.

"Malah bagiku daripada pacaran lalu putus seperti tidak saling mengenal. Lebih baik kalian berteman, hubungan yang lebih baik dari segalanya."

[1] terpaksa nikah | harukyu ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang