Rak, Shibisu, Hatz, dan Bam asyik bermain game di ponsel. Begitu riuh karena pertandingan mereka melawan monster sangat sengit. Beberapa kali Rak dan Shibisu berteriak dan mengumpat saat terkena serangan musuh. Begitu pula dengan Bam dan Hatz meski tak sekeras Rak dan Shibisu. Tak peduli meski mereka sedang berada di lorong kampus yang ramai.
Aguero tak bergabung dengan keempat temannya. Pemuda berambut biru ini memilih untuk membaca komik di ponselnya. Tak merasa terganggu dengan pekikan heboh Rak dan Shibisu karena telah tenggelam dalam dunianya sendiri.
"Kura-kura hitam! Cepat habisi bosnya!" Rak berujar. Pemuda pecinta buaya itu bahkan sampai berdiri dari duduknya karena terlalu bersemangat.
"Aku akan menyerang bosnya! Lindungi aku Hatz!" Bam menggerakkan tangannya selincah mungkin. Manik emasnya terpaku pada layar ponsel, begitu serius menatap jalannya permainan.
"Oke! Shibisu dan Rak urus musuh yang kecil-kecil!" Hatz pun sangat semangat. Dia bergerak cepat melindungi Bam.
"Rak! Kau dengar kata Hatz, kan? Bantu aku!" Shibisu kesal karena Rak tidak membantu. Pemuda berbaju ungu ini menginjak kaki Rak yang duduk di sebelah.
"Beraninya kalian memerintahku, kura-kura! Aku ketua kalian!"
Ucapan Rak mendapat dengusan malas dari Bam, Hatz, dan Shibisu. Mereka bertiga memilih untuk melanjutkan game dan tidak lagi mempedulikan Rak yang tengah marah-marah.
Ah, jangan tanya kenapa Rak memanggil mereka dengan sebutan kura-kura. Hanya pemuda itu yang tahu alasannya.
"Kita menang!" seru Shibisu sembari berdiri. Tampak senang dengan kemenangan yang mereka berempat dapatkan setelah lima belas menit bermain.
"Yeay! Tuan Rak memang hebat!" puji Rak pada dirinya sendiri. Kedua tangannya diangkat, menunjukkan seberapa senang dirinya saat ini.
Shibisu dan Rak berpegangan tangan lalu berputar sambil menyanyi 'we are the champion' dengan wajah bahagia.
Aguero yang sibuk dengan komik online-nya pun memalingkan pandangan sejenak karena mendengar keributan dari dua temannya.
"Tidak bisakah kalian bertingkah sedikit elit?" tanya Hatz yang kini memakan pocky bersama Bam. Seperti biasa pemuda pecinta pedang itu nampak bosan dan kesal.
"Hatz, sudah biarkan saja!" Bam tersenyum di akhir ucapan.
Selalu saja begitu. Aguero tidak mengerti kenapa Bam, sahabatnya sejak dalam kandungan, terlalu baik kepada orang lain.
Mata biru Aguero kembali menatap Rak dan Shibisu. Dua temannya itu masih saja melakukan hal bodoh. Dia hanya mendengus geli sebagai respon, tidak berniat untuk menghujat mereka seperti biasa.
"Kalian tidak ada kelas?"
Baru saja Aguero kembali menatap layar ponsel untuk lanjut membaca komik, suara yang sangat familiar menginterupsinya. Suara Cherise.
Gadis itu berdiri di depannya dengan wajah tanpa ekspresi yang khas. Mata merah Cherise bergulir menatap keempat temannya sebelum akhirnya berhenti pada mata birunya. Menatap dalam hingga Aguero merasakan jantungnya berdetak semakin cepat.
"Pak Kallavan tidak masuk," jawab Bam yang masih memakan pocky.
"Benarkah? Jarang sekali Pak Kallavan tidak masuk,"
Setelah mendengar suara Endorsi, Aguero baru menyadari keberadaan gadis berambut cokelat pendek di belakang Cherise. Tubuh Cherise lebih tinggi dari Endorsi membuat Aguero tidak melihat anak sulung keluarga Zahard sebelumnya.
"Ibuku membuat banyak donat. Kalian mau?" tawar Endorsi sembari duduk di antara Bam dan Hatz. Memisahkan dua pemuda yang sedang berbagi pocky. Membuat Hatz mendecih kesal karena kegiatan makannya diganggu.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐄𝐐𝐔𝐎𝐈𝐀 ✦ ᴋʜᴜɴ ᴀɢᴜᴇʀᴏ ᴀɢɴɪs ✔
Fanfiction- ', 𝐊𝐇𝐔𝐍 𝐀𝐆𝐔𝐄𝐑𝐎 𝐀𝐆𝐍𝐈𝐒 ꒱ ↷🖇 ೃ⁀➷ Kenapa Aguero menyukainya? Sederhana. Karena Cherise adalah gadis yang tenang. ────────── ● ᴄᴏᴍᴘʟᴇᴛᴇᴅ ────────── ・❥・ 𝐓𝐎𝐖𝐄𝐑 𝐎𝐅...