Cherise demam. Aguero panik dibuatnya.
Pagi buta sang pemuda biru mengobrak-abrik kotak obat di dapur. Mencari obat yang dipikirnya bisa menyembuhkan demam. Tapi, nihil. Obat-obatan di dalam kotak adalah obat batuk, diare, dan beberapa vitamin.
Aguero segera ingat jika beberapa hari yang lalu sang Ibu terkena demam. Obat demam di kotak obat mereka pasti habis karena itu dan belum ada satu pun orang di rumah yang membeli lagi.
Jika sudah begini, tidak ada pilihan lain selain membeli obat demam di apotik. Masalahnya, adakah apotik yang sudah buka dini hari begini?
Helaan napas kasar keluar. Kesal. Setelah tiba-tiba saja mendapat pesan dari Cherise yang berisi 'Aku demam.' di tengah kegiatan menonton bolanya, Aguero benar-benar panik.
Urek Thalia sudah pasti belum pulang ke rumah, karena itu Cherise mengabarinya. Cherise bukan tipe orang yang suka merepotkan orang lain, Aguero tahu betul. Jika sang gadis putih sampai mengiriminya pesan di dini hari seperti ini artinya demam yang menyerang cukup parah. Cherise tak bisa melakukan beberapa hal sendirian dan membutuhkan bantuan.
Kenapa mengirim pesan pada Aguero dan bukan pada Endorsi atau pada Albelda? Entahlah. Aguero sempat memikirkan itu juga tapi hanya sesaat karena lebih memikirkan obat demam.
"Apa yang kau lakukan jam segini, Aguero?"
Kaget. Aguero tersentak karena suara Hachuling yang mendadak terdengar.
"Mencari obat demam," jawab Aguero cuek. Dia mengabaikan sang Kakak yang sedang meminum jus di dekat kulkas dan mulai merapikan obat-obat yang berserakan.
Langkah kaki terdengar samar setelah suara pintu kulkas tertutup. Mendekat ke arah Aguero cepat. Sebuah telapak tangan melingkupi dahinya kemudian. Telapak tangan Hachuling.
"Kau tidak demam, untuk apa cari obatnya?" tanya sang Kakak.
"Bukan aku yang demam!" Aguero menyingkirkan tangan Hachuling paksa. Merapikan poni lalu menaruh kotak obat ke tempat semula.
Anak kedua Khun Eduan beranjak ke depan kulkas setelahnya. Mengambil satu kaleng kopi rasa cappucino dan meneguk rakus.
"Aku akan pakai mobil," ujarnya pada Hachuling.
"Hah? Kau mau kemana? Matahari bahkan belum terbit sayang!" Hachuling beranjak mendekati sang Adik. Laki-laki dengan setelan piyama pink bergambar beruang itu lalu merangkul Aguero. Rangkulan yang sangat erat, nyaris mencekik.
"Lepaskan aku sialan!" Aguero berontak. Dicengkeramnya tangan Hachuling yang mencekik leher dan ditarik. Namun, Hachuling tak mau mengalah dan justru memperkuat cekikannya.
"Jawab dulu pertanyaanku! Kau mau kemana? Jangan-jangan kau mau ke club?" Hachuling bertanya bertubi-tubi. Dia tak mempedulikan lengannya yang kini digigit oleh Aguero.
"Untuk apa aku ke club, hah? Aku mau ke rumah Cherise!" jawab Aguero marah. Tak terima dituduh yang bukan-bukan oleh sang Kakak. Meskipun secara umur sudah legal, Aguero tidak pernah menginjakkan kaki ke club.
Seketika Hachuling melepaskan cekikannya dan melangkah mundur. Memberi jarak antara mereka berdua.
"Hachuling bodoh! Kau mencekikku terlalu keras!" maki Aguero setelah batuk-batuk selama beberapa detik.
Ditatapnya tajam Hachuling yang sedang terdiam beberapa langkah di depan. Raut muka laki-laki pecinta warna pink itu, entah mengapa terlihat sedih dan mengenaskan.
"A-aku tidak menyangka kalian sudah sejauh itu," gumam Hachuling.
Aguero mengernyit, "Apa maksudmu? Dia sedang demam," tanyanya. Bingung dengan arti perkataan yang dilontarkan Hachuling.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐄𝐐𝐔𝐎𝐈𝐀 ✦ ᴋʜᴜɴ ᴀɢᴜᴇʀᴏ ᴀɢɴɪs ✔
Fanfiction- ', 𝐊𝐇𝐔𝐍 𝐀𝐆𝐔𝐄𝐑𝐎 𝐀𝐆𝐍𝐈𝐒 ꒱ ↷🖇 ೃ⁀➷ Kenapa Aguero menyukainya? Sederhana. Karena Cherise adalah gadis yang tenang. ────────── ● ᴄᴏᴍᴘʟᴇᴛᴇᴅ ────────── ・❥・ 𝐓𝐎𝐖𝐄𝐑 𝐎𝐅...