02 - Novel

659 102 57
                                    

Jam di tangan kiri Aguero menunjukkan pukul 17.00. Sudah hampir malam. Langit di luar terlihat kemerahan dari jendela kaca. Matahari akan terbenam sebentar lagi.

"Kak, aku belum menemukan buku kumpulan soal matematika!"

Seruan dari adiknya, Khun Ran, mengalihkan perhatian Aguero dari langit sore. Adiknya yang berusia enam belas tahun itu mendekap lima buah buku tebal di depan dada. Ekspresi Ran tampak sedikit masam.

Manik biru Aguero menatap sekeliling. Mencari tulisan 'matematika' di rak buku yang biasanya ditulis besar-besar.

Saat ini kakak beradik Khun tengah berada di toko buku. Ran meminta Aguero untuk menemaninya membeli beberapa buku kumpulan soal berbagai mata pelajaran untuk persiapan ujian. Tentu saja sebagai kakak yang baik Aguero bersedia menemani sang adik.

"Di sebelah sana!" ujar Aguero setelah menangkap tulisan 'matematika' di salah satu rak yang terletak di sebelah kanan mereka.

Ran dengan cepat melangkah. Menuju rak yang dimaksud Aguero. Tak lama setelah melihat-lihat, Ran segera berjinjit kecil. Berusaha mengambil buku di deretan rak paling atas.

Aguero mendengus geli melihat tingkah adiknya. Ran memang belum terlalu tinggi. Tak jarang adiknya itu mengeluh masalah tinggi badan padanya dan Aguero akan selalu memberi jawaban jika itu hanya masalah waktu. Lagi pula Ran masih dalam masa puber.

Anak kedua Khun Eduan ini pun menghampiri lalu mengambil buku yang diinginkan Ran. Buku berjudul 'Kumpulan Latihan Soal Matematika Kelas 1 Highschool'. Sangat tebal, mungkin ada sekitar tiga ratus halaman.

"Ini!" ujarnya sembari menyodorkan buku itu ke hadapan Ran.

Wajah dengan pipi bulat itu merengut, "Terima kasih," ucap Ran lirih. Ekspresinya menjadi semakin masam.

Aguero mendengus pelan. Dia lalu tersenyum dan mengusap-usap kepala Ran dengan tangan kanan, "Sudah selesai, kan? Sekarang temani aku ke bagian novel!" ajaknya.

Bungsu Khun langsung mengangguk. Menuruti ucapan sang kakak.

Mendapat persetujuan Ran, Aguero pun segera menuju sisi lain ruangan dimana rak novel berada. Adiknya berjalan di samping kiri dengan enam buku tebal dalam dekapan.

"Mau kubawakan sebagian?" tanya Aguero karena tak tega melihat Ran membawa buku sebanyak itu.

Kepala biru Ran menggeleng pelan, "Tidak. Aku bisa bawa sendiri." jawabnya.

Jika Ran sudah berkata seperti itu, Aguero tidak bisa lagi memaksanya. Adiknya itu memang sangat keras kepala. Well, sebenarnya semua Khun juga sangat keras kepala.

"Ingin beli novel apa?" Ran bertanya ketika mereka sampai di depan rak novel fantasi yang didominasi sampul berwarna biru, hijau, dan merah.

"Menara Tuhan," jawab Aguero. Pemuda berambut biru yang kini mengikat rambutnya itu sibuk menelusuri rak novel dari atas sampai bawah. Membaca setiap judul dengan hati-hati untuk menemukan novel yang dia cari.

"Menara Tuhan? Karya Hansung Yu?" tanya Ran lagi. Kini dia ikut membantu Aguero untuk mencari novel itu.

Aguero mengangguk meski tidak tahu Ran akan melihat atau tidak.

Kedua mata Ran mengerjap, "Tidak biasanya Kakak mencari novel fantasi. Kakak akan memberikan novel itu untuk siapa?"

Terus ditanyai sang adik, Aguero dengan sedikit kesal menoleh dan menatap Ran, "Ssst! Jangan banyak tanya!" ujarnya.

Ran lagi-lagi merengut. Sangat tidak suka jika kakaknya satu ini menyimpan rahasia.

"Dasar pel—eh? Kak Cherise?"

𝐒𝐄𝐐𝐔𝐎𝐈𝐀 ✦ ᴋʜᴜɴ ᴀɢᴜᴇʀᴏ ᴀɢɴɪs ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang