Pukul tujuh pagi Aguero sudah sampai di depan rumah Cherise. Rapi dengan setelan kaos dan celana hitam juga mantel biru. Membawa satu keranjang penuh cookies dan permen buatan Agnis di tangan kanan. Sedangkan tangan kirinya membawa satu kotak strawberry yang dibeli Ran tadi malam saat mereka pergi berbelanja.
Bermula dari dia yang berlagak menjadi jin dan mengatakan akan mengabulkan apapun permintaan Cherise selama gadis itu masih sakit. Berakhir dengan mereka akan bersama seharian penuh hari ini setelah demam sang gadis putih benar-benar hilang.
“Aku ingin Aguero,”
Aguero tidak pernah berpikir jika kalimat yang sempat membuatnya terkejut setengah mati kala itu keluar dari mulut sang gadis putih. Terlalu mendadak dan ambigu hingga dia sempat berpikiran yang tidak-tidak.
“Aku ingin bersama Aguero seharian penuh,”
Begitulah sambung Cherise saat itu. Jika pemuda biru ini mengartikannya sebagai kencan, bukankah tidak salah? Ya, meskipun hanya di rumah. Tapi, tetap saja mereka hanya berdua, kan?
Ting Tong!
Tidak seperti waktu itu, kali ini Aguero menekan bel. Lalu, sama seperti waktu itu, langkah kaki yang mendekat terdengar tak sampai lima detik kemudian.
Kriek.
Pintu terbuka. Menampilkan sosok berambut putih dalam balutan dress warna biru muda. Mata merahnya menyorot datar seperti biasa, namun terasa menenangkan.
“Kenapa kau sangat rapi?”
Bukan sambutan yang didapat, melainkan pertanyaan. Cherise menatapnya dari ujung kepala hingga ujung kaki. Jujur saja Aguero menjadi gugup karena ditatap seperti itu.
Mata merah sang gadis berpindah melihat kedua tangannya yang penuh. Tampak irisnya sedikit membulat sesaat.
“Aguero, bawaanmu banyak sekali,” ucap Cherise dengan kedua mata mengerjap. Tangan gadis itu kemudian terjulur untuk mengambil satu kotak strawberry di tangan kiri Aguero.
“Sudah kuduga kau akan mengambil buah asam menyebalkan itu,” gumam Aguero saat melangkah masuk. Mengikuti Cherise yang berjalan lebih dulu menuju dapur.
Helaan napas pelan terdengar, “Strawberry!” Cherise mengucapkan penuh penekanan.
Aguero terkekeh. Melihat Cherise kesal adalah sesuatu yang langka. Sepertinya hari ini dia harus melakukan banyak hal menyebalkan jika ingin melihat sang gadis lebih ekspresif.
Diletakkannya leranjang berisi cookies dan permen di meja dapur. Pemuda berambut biru yang kini mengikat rambutnya ini lalu duduk di kursi dan menopang dagu. Matanya tak lepas dari punggung Cherise yang sedang membelakangi.
“Tante Thalia sudah pergi lagi?” tanya Aguero memulai pembicaraan.
“Hm. Setengah jam yang lalu,” jawab Cherise yang masih sibuk memindahkan sebagian strawberry ke piring dan sebagian lagi ke dalam kulkas.
Ibu Cherise, Thalia, memang sangat sibuk. Tidak jarang wanita paruh baya itu pulang hanya untuk mengambil baju ganti. Pekerjaannya sebagai dokter membuatnya tak memiliki banyak waktu untuk bersantai-santai. Ditambah dengan reputasi sebagai dokter terbaik di kota, Thalia memiliki jam yang super padat.
“Apa kau tidak apa-apa terus sendirian di sini?”
Kepala Cherise menggeleng. Gadis itu berbalik dan mendudukkan diri di kursi depan Aguero. Meletakkan sepiring strawberry segar.
“Tidak apa-apa. Aku sudah terbiasa,”
Aguero mendengus. Sudah menduga akan mendapatkan jawaban seperti itu dari Cherise.
Entahlah. Berapa kali pun Aguero, Bam, atau bahkan Hoaqin meminta Cherise untuk tinggal di kediaman Arie agar tidak kesepian, gadis itu selalu menolak. Tak ada yang ingin menanyakan apa alasannya karena mereka tidak ingin membuat Cherise tidak nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐒𝐄𝐐𝐔𝐎𝐈𝐀 ✦ ᴋʜᴜɴ ᴀɢᴜᴇʀᴏ ᴀɢɴɪs ✔
Fiksi Penggemar- ', 𝐊𝐇𝐔𝐍 𝐀𝐆𝐔𝐄𝐑𝐎 𝐀𝐆𝐍𝐈𝐒 ꒱ ↷🖇 ೃ⁀➷ Kenapa Aguero menyukainya? Sederhana. Karena Cherise adalah gadis yang tenang. ────────── ● ᴄᴏᴍᴘʟᴇᴛᴇᴅ ────────── ・❥・ 𝐓𝐎𝐖𝐄𝐑 𝐎𝐅...
