01 - Café

1.4K 138 94
                                    

Menurut ramalan cuaca hari ini tidak akan turun hujan dan sepertinya ramalan itu benar. Tidak ada awan sama sekali di langit dan matahari bersinar begitu terang. Benar-benar hari minggu yang cerah.

Rasanya akan sayang sekali jika hari minggu yang indah ini dihabiskan untuk menemani Ayahnya pergi memancing. Maka, Khun Aguero Agnis mengatakan kepada Khun Eduan -ayahnya-, jika dia ingin pergi ke tempat latihan taekwondo Urek Mazino yang berada di pusat kota.

"Itu hanya alasanmu saja, kan? Aguero?" Eduan merangkul Aguero yang baru saja selesai menyisir rambut di depan cermin.

"Ah! Lepaskan! Ayah membuat rambutku berantakan!" Aguero tanpa dosa mendorong Ayahnya menjauh dan memberi tatapan tajam.

Pemuda berambut biru ini kembali melihat ke cermin dan mendecih ketika mendapati rambutnya sedikit kusut akibat rangkulan Eduan.

Eduan, laki-laki paruh baya berambut biru panjang beranjak mendekati sang anak lagi. Kali ini tidak merangkul, hanya berdiri di samping Aguero dan ikut melihat ke cermin, "Kenapa kau ingin pergi kesana? Kau kan tidak tertarik dengan taekwondo," tanyanya ingin tahu.

Tentu Eduan sangat penasaran dengan alasan Aguero yang ingin pergi ke tempat latihan taekwondo Urek Mazino. Mengingat sang anak sangat tidak menyukai hal-hal berbau olahraga. Rasanya ada yang mencurigakan.

"Ayah lupa? Bam murid Urek Mazino. Aku kesana untuk melihatnya berlatih. Ada Rak dan Hatz juga," Aguero menjawab sambil memasang dasi hitam.

Eduan mengangguk-anggukkan kepala dengan tangan kanan yang memegang dagu. Jue Viole Grace atau lebih sering dipanggil Bam adalah anak dari sahabatnya, V dan Arlene Grace. Kepala keluarga Khun ini tentu saja tahu jika Bam merupakan murid Urek Mazino, atlit taekwondo kebanggaan kota SIU. Tapi, tetap saja rasanya aneh melihat Aguero tiba-tiba ingin datang kesana.

Mata biru Aguero melirik Ayahnya melalui cermin. Pemuda berambut biru ini lalu mengernyit ketika melihat Ayahnya diam saja dengan wajah bingung.

Saat mata Ayahnya menatap cermin, Aguero dengan cepat memalingkan pandangan dan berpura-pura sedang merapikan baju. Tidak ingin Eduan tahu jika beberapa waktu yang lalu dia melihat dari cermin.

"Aguero, jangan bilang kau masih mengejar Urek Cherise?"

Kedua pupil Aguero membulat. Sangat terkejut dengan perkataan sepihak Eduan. Rona merah tipis kemudian muncul di sepanjang pipi. Pemuda berambut biru ini mengangkat tangan kanan untuk menutupi wajah lalu berjalan menjauhi cermin.

Urek Cherise adalah anak dari Urek Thalia, kakak perempuan Urek Mazino. Ayahnya adalah Arie Hon, namun karena alasan yang tidak diketahui gadis itu memakai marga ibunya.

Sudah tiga tahun berlalu sejak Aguero mengaku pada Eduan jika dia jatuh cinta pada Cherise, dan sampai detik ini sama sekali tidak ada kemajuan pada hubungan romansa mereka. Eduan sebagai ahli pemikat perempuan tentu merasa malu karena anaknya tak kunjung bisa menaklukkan sang gadis pujaan.

Setiap orang rumah menyebut nama Cherise, Aguero selalu salah tingkah. Wajahnya bahkan merona merah. Seperti saat ini.

Eduan menyeringai. Melihat anak sombongnya satu ini bertingkah malu-malu adalah hal yang sangat langka.

"Mau Ayah ajari cara memikat perempuan?"

Sebuah botol kosong yang berada di meja dilemparkan Aguero pada sang Ayah, "Berisik! Pergi memancing sana!" bentaknya cukup keras.

Mendapat bentakan dari Aguero, Eduan justru tertawa kencang, "Anakku satu ini bisa malu juga ternyata," ucapnya dengan seringai lebar.

Aguero mendengus kasar. Tidak suka digoda Ayahnya. Pemuda berambut biru ini beranjak mendekat lalu mendorong paksa sang Ayah untuk keluar dari kamar.

𝐒𝐄𝐐𝐔𝐎𝐈𝐀 ✦ ᴋʜᴜɴ ᴀɢᴜᴇʀᴏ ᴀɢɴɪs ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang