12 - Red Roses

542 59 68
                                    

Khun Aguero Agnis menatap pantulannya pada kaca dengan serius. Menatap dari ujung kepala hingga ujung kaki penuh kehati-hatian. Mata birunya baru berhenti memandangi setelah merasa puas dengan kerapiannya hari ini.

Dia beranjak duduk di tepi ranjang. Mengambil ponsel dan mengeraskan volume musik agar lagu yang diputar terdengar semakin keras. Kepala birunya lalu mengangguk-angguk mengikuti alunan lagu yang berputar. Tak terlalu semangat karena Aguero khawatir rambutnya yang telah rapi akan kembali acak-acakan jika dia menganggukkan kepala terlalu semangat.

"Wah! Wah! Ada apa ini? Anak Ayah yang satu ini tampan sekali seperti Ayahnya!"

Aguero memandang Eduan jijik. Merasa geli mendengar ucapan sang Ayah yang begitu percaya diri. Well, semua Khun memang sangat percaya diri. Tapi, khusus untuk Ayahnya, Aguero menganggap kepercayaan diri Eduan sudah berada di level yang berbeda. Dengan kata lain rasa percaya diri Ayahnya sudah mencapai tahap tidak tahu malu.

Dipandangnya Eduan sinis, "Mau apa? Pergi sana!"

"Galaknya! Padahal kan Ayah cuma mau lihat anak sendiri! Memangnya tidak boleh?" Eduan tak mau kalah. Pria paruh baya itu justru masuk ke kamar Aguero sambil bersedekap angkuh.

Sekarang Aguero merutuki dirinya sendiri yang tidak menutup pintu kamar.

"Keluar sana! Jangan sampai aku panggil Ibu!" ancam Aguero. Matanya masih menatap Eduan sinis.

Eduan shock hingga kedua pupilnya membuat, "Aguero tidak asik! Ayah tidak akan memberimu tips lagi!" ancamnya balik.

Aguero menyeringai, "Tips? Untuk apa? Aku tidak butuh lagi!" ucapnya.

Lagi, Eduan shock. Buru-buru dia mendekati Aguero dan ikut duduk di tepi ranjang. "Apa maksudmu, Aguero?! Jangan bilang kau menyerah? Kau tidak jantan sekali!!!"

Benar-benar heboh. Jika Eduan bukan Ayahnya, Aguero sudah menyumpal mulutnya sejak tadi dengan kaos kaki bau.

"Siapa bilang aku menyerah? Justru aku sudah mendapatkannya!" ujar sang anak kedua bangga. Di wajahnya terulas senyum penuh kemenangan yang juga menyiratkan kesombongan.

Eduan memekik keras namun Aguero segera menerjangnya dengan bantal untuk meredam suaranya. Dia tidak ingin seisi rumah datang ke kamarnya karena mendengar pekikan Eduan barusan.

"Jangan berisik!" tegurnya pada sang Ayah yang kini sudah tenang.

"Maaf maaf! Ayah terlalu senang! Akhirnya anak Ayah ada yang punya pacar juga!" ujar Eduan sambil memeluk Aguero erat-erat. Baju dan rambut yang telah rapi menjadi kusut karena pelukan erat itu.

"Menyingkir dariku Ayah sialan!" Aguero dengan segenap kekuatan berontak dari pelukan sang Ayah.

Kali ini Eduan tidak peduli dengan umpatan Aguero. Ayah tiga anak itu terlalu senang mendengar Aguero telah berhasil menaklukkan Cherise. Hati dan pikirannya kini sibuk memikirkan tentang menjadi seorang kakek.

Pemikirannya terlalu jauh? Kenapa heran? Tentu saja tidak aneh mengingat dia adalah seorang Khun Eduan.

"Aku kuliah dulu!" Aguero berlari kecil keluar kamar setelah mengambil tas. Ditinggalkannya sang Ayah yang masih terduduk di kasurnya dalam kondisi senyum-senyum bak orang gila.

"Aku harus memberi tahu, Hon!"

Eduan dengan cepat berlari keluar dari kamar Aguero. Menuju kamarnya sendiri dan mengambil ponsel. Dia lalu mengirim pesan pada Arie Hon.

Isinya? Tentu saja kabar gembira mengenai anak-anak mereka.

"Ah, sepertinya aku harus mengabari Thalia dan Mazino juga!"

𝐒𝐄𝐐𝐔𝐎𝐈𝐀 ✦ ᴋʜᴜɴ ᴀɢᴜᴇʀᴏ ᴀɢɴɪs ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang