13. Manusia Apel

4 1 0
                                    

Membaca buku adalah salah satu aktivitas paling mengasikan. Ketika kita membaca, banyak manfaat yang kemudian kita dapat. Mulai dari kesehatan sampai kecerdasan. Dan habit membaca itu sudah Dirga tunjukan sejak kecil hingga kini.

Setiap hari, Dirga selalu menyempatkan membaca buku. Seperti hari ini. Saat ini ia sudah berada di perpustakaan. Ia tengah memilih-milih buku mana yang akan dibaca. Pilihannya akhirnya jatuh pada buku karya JS. Khairen: 'Aku Bukan Sarjana Kertas.

Saat tangan Dirga meraih buku itu. Tiba-tiba buku itu lebih dulu diraih seseorang yang muncul dari belakang.

Dirga menoleh, mengernyit.

"Raya?"

"Hay Dirga."

"Ha-hay."

"Kamu mau baca buku ini?" tanya Raya.

"Iya. Kalau lo mau baca juga yaudah. Lo baca duluan," balas Dirga.

Raya menggeleng kuat membuat Dirga mengkerutkan dahi.

"Terus buat apa lo ambil?"

"Aku mau baca bareng kamu."

Dirga membulatkan mata lalu bergidik ngeri. Ada-ada saja Raya ini.

"Gak usah, Ray. Lo baca aja," elak Dirga lalu pergi meninggalkan Raya.

Raya langsung mengerucutkan bibir dan melipat tangan di bawah dada tanda kesal. Ia bahkan menghentak-hentakan kakinya seperti anak kecil yang permennya direbut. Tapi, Dirga tidak peduli sama sekali. Ia malah pergi tanpa menoleh.

Tujuan Dirga sekarang adalah gudang olahraga. Ia ingin menghibur diri dengan menendang bola. Kebetulan hari ini ia pakai baju olahraga walau mata pelajarannya sudah selesai.

Saat Dirga berjalan di koridor menuju gudang olahraga. Pandangannya teralih saat menilik ke arah gudang peralatan sekolah yang sudah usang. Ia melihat sosok yang begitu familiar di dalam gedung sedang berduaan.

"Zia?"

Zia memang sudah kembali sekolah hari ini. Kondisinya sudah sehat sempurna sekarang. Apalagi setelah dapat silverqueen dari Dirga waktu itu.

"Ngapain dia sama Bobi?" gumam Dirga pelan ketika melihat Zia yang di sandarkan ke tembok oleh Bobi.

Bobi adalah anak bandel lain di SMA Einstein. Di samping Alex, Bobi adalah berandalan yang sudah langganan masuk ruang BK. Meski begitu, Bobi dan Alex bukan orang yang damai. Mereka selalu berseteru satu sama lain. Perseteruan mereka juga berdampak pada Dirga, Septian dan Rama.

Mata Dirga menyelidik menatap Bobi dan Zia. Zia terlihat meronta ketika hendak digenggam Bobi. Saat itu kelas sedang sepi.

Emosi Dirga tersulut ketika melihat Bobi hendak mencium Zia tapi Zia berusaha melepas. Dirga langsung menghampiri Bobi dan memberikan bogem mentah tepat di belakang kepala Bobi. Bobi hampir rubuh, sempoyongan. Bobi menggeleng kuat agar tidak pusing. Sementara Zia langsung berlari ke arah Dirga dan bersembunyi di balik punggunya.

"Apa-apaan lo, Bob?" tanya Dirga emosi.

Bobi mengusap belakang kepalanya lalu tersenyum meremehkan.

"Dasar pengecut! Main dari belakang."

"Lo yang pengecut, beraninya sama perempuan."

Bobi tertawa, terdengar seperti tawa merendahkan.

"Emang lo siapanya Zia, hah!"

"Zia pacar gue," tukas Dirga seketika.

Zia langsung menoleh menatap Dirga lama. Pipinya memanas, seperti kupu-kupu yang berterbangan di perut. Dirga selalu sukses membuatnya baper.

Pernah SinggahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang