Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***
Kedua mata itu terbuka dengan lemah. Keadaannya terlihat lebih baik dari sebelumnya. Sudah tidak ada lagi lingkaran hitam di bawah matanya, bibirnya tak lagi pucat dan matanya tampak lebih sehat.
Pria itu, Junhoe, memandang atap lalu melihat sekeliling ruangan yang sudah tak asing lagi di matanya. Ya, ini di kamar tidurnya.
Junhoe mengangkat tangannya dan melihat infus di tangannya. Ternyata itu semua bukan mimpi. Helaan napasnya terdengar berat, hatinya kembali sedih memikirkan bahwa inilah akhirnya. Yoojung sudah pergi meninggalkannya.
Jadi, kenapa dia hidup? Jika tidak ada seorangpun yang menjadi alasan untuk dirinya hidup. Ia tidak lagi memiliki tujuan. Ia adalah orang yang lemah dan sekarang ia benar-benar sendirian di dunia ini.
"Hai, udah bangun?"
Seorang wanita menyapanya dengan senyuman cerahnya sembari membawa nampan berisi mangkok dan gelas.
Junhoe terdiam tak membalas sapaan itu. Matanya hanya mengikuti setiap gerak-gerik wanita itu yang menyiapkan sendok dan garpu di atas nampan yang sudah ia letakkan di atas meja kecil yang sudah tersedia di sana.
"Udah dua hari kamu tidur. Kata dokter hari ini kamu bangun, makanya aku siapin bubur dan jus buat kesehatan badan kamu."
Wanita itu mendekati Junhoe lalu memperhatikan cairan infus yang masih ada setengahnya, kemudian ia mengaturnya.
"Kamu udah bisa duduk? Ayo makan dulu, " ujarnya pada Junhoe.
"Kenapa kamu di sini?"
Wanita itu terkejut melihat Junhoe yang tampak serius bertanya padanya.
"Mm..." Wanita itu bergumam memikirkan alasan dengan wajah kecewanya, "Yaudah, aku pergi..."
Tangan Junhoe menahan tangan wanita itu. Junhoe pun beranjak dari berbaringnya lalu duduk. Ia memandang sepasang mata wanita itu lalu ia tarik membuat wanita itu jatuh ke pelukan Junhoe.
"Jun,"
"Aku kira kamu pergi ninggalin aku, Jung."
Yoojung membalas pelukan Junhoe, "Gimana bisa aku ninggalin kamu? Udah bilang aku ga pernah berhenti cinta sama kamu."
Junhoe mengeratkan pelukannya pada Yoojung, "Aku takut, aku sendirian di dunia ini."
"Maafin aku bikin kamu takut,"
Junhoe menggeleng, perlahan Yoojung merasa bahu pria yang ada dalam pelukannya itu bergetar dan samar-samar ia mendengar isakan. Junhoe menangis.
"Aku di sini, aku selalu ada di samping kamu, " bisik Yoojung sembari menepuk pelan bahu lebar pria itu.
Junhoe tak bisa berkata-kata karena air matanya terus jatuh membelai pipinya. Dirinya sangat takut karena beberapa saat yang lalu ia sempat berpikir untuk ikut mamanya meninggalkan dunia yang sudah tidak ia punyai tujuan ini. Ternyata ia masih diberi kesempatan untuk bahagia bersama orang yang ia cintai.