Kupu-kupu | 03

8 2 0
                                    

Aku mencari segenggam remah cinta di tengah gundukan pasir dosa,
Mungkinkah?

  (Rianda quotes)

   ***

Malam ini tempat Mami Sonya ramai seperti biasa, kebetulan aku sedang datang bulan jadi tidak menerima tamu, tapi aku tetap datang untuk sekedar mencari tip dari menemani para bangsat di sini mabuk!...

Apa semua lelaki memang begini?

Menjadikan wanita hanya sebagai objek pemuas nafsu? bertahun-tahun aku bekerja di sini tidak pernah aku temui pria yang tangannya tidak nakal, mereka sibuk menggerayangi setiap jengkal tubuhku.
Apa karena mereka pikir aku dan para kaum penjual diri bisa dibeli jadi mereka memperlakukanku seenak jidatnya?

Aku tidak akan bicara soal sopan santun di tempat pelacuran karena itu tidak ada gunanya, orang yang paham akan norma- norma tidak akan datang kemari bukan?
Lihat saja tangan mereka terus saja menyentuh, pikiran lelaki memang selalu kotor, kan?
Kurasa semua lelaki memang begitu,
Atau hanya aku yang berpikir begitu? karena tak pernah bertemu orang yang baik, setiap hari aku berkumpul dengan orang -orang brengsek.
Tak jauh beda denganku sebenarnya,
Hanya saja para lelaki itu sangat bodoh menurutku.
Hanya dengan sedikit diperlihatkan lekuk tubuh saja mereka bisa tunduk,
Bahkan berani bayar mahal untuk sebuah kepuasan, lalu untuk apa mereka memiliki pasangan? apa hanya sebagai kedok? Atau wujud formalitas?
Kadang aku kasihan pada para istri yang di sakiti di luar sana.
Pasangan mereka lebih senang menghabiskan uang mereka bersama orang- orang sepertiku dibanding quality time bersama anak/istrinya.
Bersyukur aku bukan seorang istri dan tak perlu pula menjadi istri.
Bagiku pribadi berharap ada yang mencintaiku, itu bagai punguk merindukan bulan! Itu terlalu berlebihan.

Aku sudah mulai pening setelah hampir seperempat malam menghabiskan waktu dengan minum, aku tidak tahu sudah berapa banyak minuman yang ku tenggak.
Kepalaku terasa berat.

Jujur saja aku bukan wanita yang kuat dalam hal ini, mabuk adalah kelemahanku.
Di tengah upayaku melawan alkohol yang ingin menguasai kesadaranku, Mami Sonya memanggilku dan memberitahu bahwa ada yang mem-Booking-ku untuk date di luar.

Dengan tawaran harga tinggi tentu saja, Mami mata duitan itu setuju dan aku mau tidak mau harus menurut, budak sepertiku bisa apa?
Mami Sonya mungkin tidak akan peduli jika saat kencan di luar aku bisa saja mati dibunuh, baginya uang adalah segalanya.

Aku segera menuju mobil yang Mami beritahu, sekalian aku juga penasaran pada si bodoh mana yang mau membayar mahal untuk bisa jalan-jalan denganku, tentu saja hanya jalan-jalan bukankah sudah kukatakan aku sedang datang bulan? Jadi tidak mungkin kami melakukanya kan, awas saja kalau pria siapa pun itu memaksaku untuk melakukan anal, aku akan lebih dulu membunuhnya!
Aku tidak akan pernah sudi melakukan anal, walau pelanggan memberikan nyawanya padaku sekalipun.

Tanpa melihat wajah orang yang menyewaku, aku langsung masuk dan duduk tenang saja di sampingnya.

"Hi nona cantik. Kamu terlihat cantik seperti biasanya."
Suara bariton yang baru saja menyapaku itu terdengar seperti....

astaga, dia!

Aku tak bisa menyembunyikan keterkejutanku, kurasa mataku mau keluar dari tempatnya.

"Kondisikan wajahmu nona cantik, jangan membuatku gemas dengan paras imutmu itu," pujinya padaku

Entahlah kenapa dia suka sekali memuji dan kenapa dia selalu memanggilku nona cantik! aku tidak suka.

Tapi aku tak menyangka dia begitu serius dengan ucapan yang dia kirim kemarin malam.

KuPu kUpU (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang