Kupu-kupu| 19 (Ending)

5 4 10
                                    

Terima kasih untuk semua yang kau beri wahai cinta, sekarang aku telah bahagia meski bukan dalam kebersamaan.

( Kim Taehyung & Rianda qoutes)

***

Rianda pov.

Aku mulai mengerjapkan mata setelah delapan jam tak sadarkan diri (katanya) mungkin termasuk efek obat bius saat luka-lukaku dijahit. Semuanya divisum sebagai bukti penganiayan yang Diandra lakukan. Itu yang kudengar sayup-sayup saat tiba di rumah sakit dan kembali tak sadarkan diri.

Aku menggisik mata beberapa kali, menyesuaikan netra dengan cahaya sekitar. Aku melihat Mega dan Taerin setia menemani.

"Kak Riri sudah sadar? Sebentar aku cari Dokter dulu," ucap Taerin yang kemudian keluar ruangan.

Mega masih menggenggam erat tanganku seraya mengusap pipi bengkak dan mata sembabku ini yang sudah dianggapnya kakak sendiri katanya.

"Semua sudah berakhir kak. Kak Rianda selamat," cuitnya.

"Apa yang terjadi? Dimana Diandra?" kicauku, mengingat sakit yang kurasakan sepertinya ini bukan mimpi.

Belum sempat Mega menjawab, dua orang masuk ke kamar rawatku. Taehyung dan Derma? Mereka saling kenal? Aku mengernyit bingung.

"Hai beautifull," sapa Taehyung.

"Bagaimana keadaanmu, Rianda? Syukurlah kau sudah sadar," timpal Derma.

"Dimana Diandra?"

Kedua orang itu mengehela napas berat atas pertanyaanku, saling lempar tatapan seolah bertanya siapa yang akan menjelaskan. Taehyung menatapku seksama.

"Dia sedang menjalani proses penyidikan, dia menjadi tersangka utama pembunuhan dua orang dan penganiayaan atas dirimu."

Tentu saja aku terkejut dengan kabar itu, aku berharap yang terjadi kemarin hanyalah halusinasi. Semuanya tak nyata. Diandra membunuh dua orang? Itu artinya Utami juga tewas dan Diandra akan dipenjara? Tidak mungkin, dia sedang hamil. Bagaimana nasibnya nanti.

Air mataku meluncur tanpa peringatan, terus mengalir tanpa bisa kucegah. Kali ini aku tak bisa menyembunyikan kelemahanku lagi.

"Aku turut prihatin, sayang. Tapi Diandra tetap harus mempertanggung jawabkan perbuatannya. Lauren dan Utami--ibu tirimu--tewas di tangannya," lanjut Taehyung sambil mendekapku, mengelus suraiku yang terbalut perban dengan sayang, menguatkanku dengan kelembutan seperti biasanya.

Tentu saja dia mendengar tangis batinku, berapa lama aku merindukan dekapan ini?

Derma berdeham. "Rianda, ibu sudah tiada. Sudikah kirannya kau-"

"Derma," potongku, aku jelas tahu apa yang akan dia katakan.

"Kita tidak harus membahas ini lagi. Aku sudah melupakan segalanya, jika pertanyaamu adalah apakah aku memaafkan kalian, tentu saja iya. Bagaimana pun ibu meninggal karena menyelamatkan aku, kalian sudah merasakan hidup menderita sama sepertiku dan itu sudah cukup. Kita lupakan saja masalalu, buka lembaran baru. Silahkan lanjutkan hidupmu tanpa terbebani dosa atas diriku, aku turut berduka soal ibu, maaf juga aku tak bisa ikut acara pemakaman. Percayalah aku tak pernah menginginkan semuanya berakhir begini. Kuharap kau lebih tabah, Derma." Tukasku dengan tulus, jujur saja aku sudah tak lagi memiliki dendam dengan mereka.

Semua kebencianku sudah musnah kala Ibu tiriku itu merelakan nyawanya melayang demi aku, benar mereka pernah melakukan kesalahan di masalalu begitu pun aku. Bagiku semua itu telah ditebus, sombong jika dengan yang mereka korbankan aku masih tak mau memaafkan. Bahkan Tuhan saja mengampuni dosa-dosa umatnya haruskah aku yang manusia biasa berlaku angkuh? Toh yang terjadi padaku merupakan suratan takdir yang memang telah digariskan padaku.

KuPu kUpU (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang