Kupu-Kupu | 18

2 2 0
                                    

Kami hanya pendosa yang saling jatuh cinta.

(Rianda and Kim Taehyung quotes)

***

Author pov.

Kim Taerin mendadak keluar dari barisan pengiring pengantin dan berlari menghampiri Kakaknya yang telah menanti mempelai wanitanya dengan kelir muram, Taerin membisikan sesuatu ke telinga Kim Taehyung setelah mendengar Rianda menyebut nama Diandra kemudian berlari keluar gedung bak orang kesetanan.

Mata Taehyung nanar, ia sempat mendengar Kecemasan hati Rianda sesaat. Hatinya terasa ngilu seketika.

Selanjutnya suasana menjadi hening kala pendeta mulai menuntun kedua mempelai untuk mengucapkan sumpah pernikahan.

Sementara di tempat lain

Rianda pov.

Aku berlari sekuat yang ku bisa menuju lokasi Diandra di sekap. Empat bulan lebih dia menghilang dan kini tiba-tiba muncul dengan kabar tak mengenakan.

Semoga Iblis itu tak berbuat nekad pada kembaranku, jika dia sampai melukai Diandra sedikit saja aku tidak akan mengampuninya.

Tiap tetes air mata Didii harus si berengsek itu bayar dengan harga yang pantas, dasar kurang ajar! Pengecut, beraninya menggunakan cara licik untuk membalasku.

Sial, aku kecolongan! Harusnya kuhabisi saja dia waktu itu dan tak kubiarkannya begitu saja. Harusnya aku mengira hal ini akan terjadi. Bodohnya aku!

Urusannya denganku kenapa harus melibatkan Diandra ke dalam masalah ini, tahu dari mana dia tetang keberadaan kembaranku. Sialan!

Dan gaun serta sepatu hells sialan ini cukup menyulitkan langkahku, gerakanku jadi terbatas karenanya.

Didi,,kumohon bertahanlah, sabar sebentar lagi aku datang!

Ku naiki tangga demi tangga menuju gedung tak terpakai yang di maksudkan seraya melaungkan nama Diandra berulang-ulang. Sayup-sayup ku dengar suara erangan. Ku percepat langkah ini ke arah sumber suara dan menendang pintu itu sekuat tenaga.

Mataku membola, aku terkesiap mendapati saudariku terikat di sebuah kursi usang dengan mulut terbungkam, wajah penuh lebam dan sudut bibir serta pelipis berdarah. Demi apapun aku tak terima!

"Engrrrrrhhhhh......." erangnya.

Kondisinya memprihatinkan sekali.

"Didii..." gumamku sambil berlari ke arahnya.

(Bughhhhhh)

Tubuhku tumbang dengan rasa nyeri di punggung yang luar biasa, rupanya si pengecut itu cuma bisa main curang. Dia memukulku dari belakang menggunakan balok yang cukup besar. Tapi aku tidak boleh kehilangan kesadaran, aku harus kuat demi Diandra. Kalaupun harus ada yang mati biar aku saja, Diandra harus bebas.

Si Bangsat itu menjambak rambutku, memaksaku bangkit dengan  menyeret dan mengikat diriku pada sebuah tiang dengan posisi berdiri tanpa membungkam mulutku, sesekali ku dengar gelak tawa mencemooh dan berbagai umpatan kotor mencelos indah dari mulut sialnya itu.

Tapi tubuh ini terlalu lemas untuk melawan, hingga dengan kasar dia menyiramkan seember air es agar aku sadar sepenuhnya, dan mungkin terkena hypotermia.

"Hahahhah...bagaimana rasanya kalah nona sok suci? Ayo tunjukan keangkuhanmu seperti biasanya!" Oloknya.

"Lauren," panggilku pada si bangsat yang bisanya hanya main belakang.

"Lepaskan kembaranku! Masalahmu adalah denganku, tidak ada sangkut pautnya dengannya." tukasku tersengal..

Astaga tubuh ini terlalu lemah dan sakit bahkan hanya untuk sekedar bicara, perasaanku makin sakit melihat Diandra berlinang air mata sambil menggeram, mengerang dengan peluh membasahi baju dan meronta ingin bebas di seberangku.

KuPu kUpU (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang