Kupu-Kupu|09

1 3 0
                                    

Aku tak seberuntung mawar yang memiliki duri hingga tak mudah dipetik.
Aku hanyalah rumput liar jambangan
yang telah layu dan tinggal menunggu mati.
Laksana daun kering yang telah tanggal dari dahannya.

-Diandra -

***

"Didii," sapa Taehyung saat tak sengaja bertemu Diandra di supermarket bagian sayur dan buah.

"Oh hai, Taehyung. Apa yang kau lakukan di sini?"

"Menemani seseorang belanja, kau hanya sendiri? Ririi mana? Harusnya dia membantumu,"cakap pria tampan itu.

"Yah, dia masih tidur. Aku tidak tega membangunkannya."

"Ahh si Pemalas itu," canda Taehyung

"Ririi bukan pemalas Tae, dia hanya kelelahan lagipula aku sudah biasa pergi sendiri."

"Kau memang saudara yang pengertian dan mandiri, aku bangga padamu." kata Taehyung seraya mengusap puncak kepala Diandra sambil menampilkan senyum kotaknya.

"Itulah gunanya saudara. Kapan kau mau main kerumah?" Diandra berusaha menyembunyikan semburat malunya.

Sebelum Taehyung sempat menjawab seorang wanita cantik muncul menghampiri mereka.

"Baby, aku belanjanya sudah selesai nih, ayo! Buruan mama udah nungguin, loh?" ujarnya.

Taehyung hanya mengangguk lalu pamit pada Diandra dan menghilang mengikuti wanita berwajah blasteran itu, ada sedikit rasa kecewa di hati Diandra. Belum sempat menenal Taehyung lebih jauh dan membuat pria itu tahu isi hatinya, ia justru harus lebih dulu patah hati.

Wanita cantik itu memanggil Taehyung dengan sebutan 'BABE' pasti dia adalah pacar atau malah istri dari lelaki itu.
Tentu saja!

Bagaimana bisa Diandra berpikir pria setampan Taehyung itu masih single dan akan tertarik dengan wanita cacat seperti dirinya?
Diandra segera mengambil yang ia butuhkan dan ingin segera pulang.

Sepanjang jalan Diandra hanya diam menatap luar jendela taxi yang ia naiki. Hatinya pedih, Diandra belum pernah jatuh cinta dan baru sekali merasakan tertarik pada lawan jenis.
Taehyung adalah pria yang Diandra pilih sabagai tambatan hati, selama ini jika chatting dengannya Taehyung sangat manis seperti menunjukan ketertarikan pada Diandra, ia tak menyangka jika ia hanya kegeeran saja, ia terlalu percaya diri dan berakhir patah hati.

Di rumah, Diandra juga jadi murung. Tentu hal itu membuat kembarannya khawatir.

Rianda pov.

'Sejak pulang belanja tadi pagi Diandra jadi murung, apa ada sesuatu yang terjadi, ya?'
batinku.

Aku hanya memintanya bersiap karena sebentar lagi kami ada janji ke tempat pijat tulang tradisional, Jane memberi informasi padaku jika saudaranya juga ada yang lumpuh seperti Diandra. Katanya bisa sembuh dan berjalan lagi setelah beberapa kali menjalani pijat tradisional di alamat yang Jane berikan, semoga Diandra diberi jalan kesembuhan di tempat itu juga dan bisa berjalan kembali. Berapa pun biaya yang harus ku keluarkan, asalkan Diandra bisa sembuh aku akan membayarnya.

"Apa ada yang mengganjal hatimu, Dii?" tanyaku pada Diandra yang masih terus saja diam tak seperti biasanya.

Dia menggeleng. Aku jadi khawatir, dia tidak biasanya begini.

"Atau kau merasakan sakit? jangan ditahan bagian mana coba ku periksa," bujukku padanya sambil memeriksa tiap jengkal tubuhnya siapa tahu ada yang luka.
Aku tidak menyangka jika Diandra akan mendorongku cukup kasar sampai kepalaku terbentur jendela taxi.
Wajahnya tampah merah kesal, tak ada keramahan seperti yang selama ini ia tunjukan.

KuPu kUpU (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang