Prolog

93 16 11
                                    

"DIAM KAMU ANAK SIALAN!" teriakan seorang pria menggema di ruang keluarga. Sementara, di depan pria tersebut ada seorang gadis yang berusaha menahan air matanya.

"Saya sudah bilang, jika kamu ingin tinggal disini, jangan sampai kamu membuat masalah. Apa kuping kamu sudah tuli?!" Nada suaranya dingin, tatapannya tajam seakan ingin membunuh gadis yang ada di depannya.

"M-m-maaf pa, aku tidak sengaja membuat bunda marah," ujar gadis manis itu dengan gugup.

"Tidak sengaja ya," menggantung ucapannya sebentar dan menjambak rambut gadis di depannya itu. "Dasar pembawa sial!" Setelah mengucapkan kalimat tersebut, kepala gadis itu dibenturkan pada meja. Darah langsung mengalir di ujung pelipisnya.

"Itu pelajaran untuk kamu agar tidak berani membuat ulah lagi," pria tersebut langsung hilang dari pandangan Bulan.

Di ruang keluarga hanya terdengar isakan dari mulut Bulan, isakannya sangat memilukan. "Kenapa papa ga bunuh Bulan aja?" Lirihnya.

"Sampai kapan tuhan? Bulan lelah. Kalau Bulan boleh memilih, Bulan ingin menyerah. Bulan ingin bertemu tuhan."

Sampai kapan gulita mengelilingi hidupnya? Apakah pelita tidak ingin menemaninya walau sekejap? Bulan benar-benar lelah.

Spritenygrn__

PELITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang