Bulan berdiri dihadapan cermin untuk melihat pantulan dirinya. Matanya bengkak dan pipinya terdapat bekas tamparan yang diberikan oleh Dewi.
Luka di pergelangan tangannya sudah dia obati, gadis itu tidak mau Bintang tahu soal ini. Karena jika pemuda itu tahu, bisa-bisa Bulan dicermahin panjang lebar.
Setelah di rasa cukup, Bulan turun ke bawah untuk sarapan bersama keluarganya. Dari anak tangga, Bulan bisa melihat orang tuanya bercanda dengan Rain. Kehadirannya seperti tidak pernah dianggap. Jangankan bercanda, selama Bulan hidup tidak pernah dia mendengar Winata atau Dewi memanggilnya dengan sebutan 'nak.'
Mereka hanya berfokus pada Rain. Tidak ada Bulan didalam hidup orang tuanya dan itu tidak akan pernah.
Setelah lama melihat pemandangan yang membuatnya sesak, Bulan memutuskan untuk langsung berangkat tanpa sarapan. Tidak perduli jika Bintang belum menjemputnya.
Saat ini Bulan sudah ada di sekolah. Dia menaiki ojek online dan tidak menunggu Bintang. Pikirannya kembali mengingat bagaimana orang tuanya memperlakukan Bulan dan Rain.
Flashback on
Dua gadis kecil sedang berlari ke arah orang tua mereka. Yang satu berumur 8 tahun, dan yang satu lagi berumur 7 tahun.
Mereka berdua terlihat sangat bahagia. "Bunda, besok Rain mau ke dufan," ujar anak kecil berusia 7 tahun yang bernama Rain.
"Iya sayang. Besok kita ke dufan ya," ujar wanita paruh baya yang tak lain adalah Dewi.
"Aku ikut ya bun," mohon Bulan kecil. Gadis kecil itu memohon karena dia tidak pernah ikut saat keluarganya jalan-jalan. Bukan tidak mau, memang gadis itu tidak pernah diperbolehkan ikut.
"Kakak ga boleh ikut!" teriak Rain. "Aku mau sama bunda, ayah. Kak Bulan dirumah aja," lanjutnya.
"Itu benar. Lagi pula saya tidak sudi membawa kamu jalan-jalan bersama," ujar Dewi mengiyakan perkataan Rain.
"Kamu dirumah saja jaga rumah," putus Winata akhirnya.
Bulan yang saat itu tidak tahu apapun hanya mengangguk sambil tersenyum.
Flashback off
Dulu, Bulan adalah gadis kecil yang polos. Tapi semakin dewasa, gadis itu mengerti kenapa orang tuanya tidak pernah mengajaknya.
Lama melamun, tiba-tiba sebuah tangan menyentuh pipinya dan itu berhasil membuyarkan lamunan Bulan.
Gadis itu menoleh ke samping, disana sudah ada Bintang yang menatapnya.
"Lo gapapa?" tanya Bintang dengan nada lembut.
Bulan hanya menggelengkan kepalanya. "Maaf ya gue berangkat duluan," ujar Bulan.
"Iya gapapa. Lo yakin baik-baik aja?" tanya Bintang sekali lagi.
Lagi-lagi gadis itu hanya mengangguk. Tak lama kemudian, Bulan menyenderkan kepalanya pada bahu Bintang. Sementara pemuda itu mengelus lembut kepala Bulan.
"Tang, kalau lo dikasih kesempatan buat ngulang waktu, apa yang bakal lo ubah dari hidup lo?" tanya Bulan secara tiba-tiba.
Bintang terdiam sebentar. "Gue mau lebih cepat kenal lo," jawabnya.
Mendengar jawaban dari Bintang, gadis itu terkekeh geli. "Kenapa gitu?" tanya Bulan sekali lagi.
"Ya biar gue bisa ngelindungin lo dari lama."
"Aneh-aneh lo," ujar Bulan sambil mencubit lengan Bintang.
Kepala Bulan tiba-tiba sangat pusing. "Jangan sekarang tuhan," batin Bulan.
KAMU SEDANG MEMBACA
PELITA
Teen Fiction"Aku hanya seorang gadis biasa yang memiliki harap akan sebuah pelita bukan gulita,"-Bulan Pelita Ayyana