Chapter 7

49 5 17
                                    

Pagi ini Bulan kembali berangkat sekolah dengan ojek online. Gadis tersebut masih kesal pada Bintang. Pesan dari pemuda tersebut juga tidak dia balas.

Bulan sudah ada di sekolah. Kelasnya masih sepi, hanya ada dia dan beberapa orang rajin lainnya. Merasa bosan, gadis itu memilih untuk tidur sebentar.

Tak lama kemudian ada sebuah tangan yang menyentuh kepalanya. Reflek Bulan mengangkat kepalanya, disana terlihat Bintang yang berdiri.

Bulan memutar bola matanya malas dan mengalihkan pandangannya dari Bintang. Pemuda itu duduk di sebelah Bulan. "Lo kenapa?" tanya Bintang.

Gadis yang ditanya hanya diam. Tak ingin menjawab apalagi menatap. Dia masih kesal pada Bintang. "Budek lo?" tanya Bintang lagi.

Tapi gadis didepannya itu hanya diam. Melihat Bulan seperti itu, Bintang hanya mengedikkan bahunya acuh. Melihat respon Bintang, Bulan semakin kesal.

"Lo kok ga bujuk gue?" Bulan akhirnya mengeluarkan suara.

"Buat apa? Buang tenaga doang," ceplos Bintang tanpa melihat perubahan raut wajah Bulan.

Pemuda itu fokus pada buku yang ada ditangannyan, sampai. "Eh iya, Rain cantik juga ya kalau dipikir-pikir," terang Bintang disamping Bulan.

Bulan yang mendengar itu melotot tak terima. "Lebih cantik gue!" ujarnya dengan nada sedikit ngegas.

"Ga. Lebih cantik Rain. Lo ga ada apa-apanya kalo disandingin sama dia," sarkas Bintang.

Mendengar itu, Bulan merasakan sesak yang luar biasa di dalam hatinya. Kenapa dengan Bintang?

Akhirnya mereka berdua diam. Bergelut dengan pikiran masing-masing sampai akhirnya guru mapel masuk ke dalam kelas mereka.

Bel istirahat berbunyi, Bulan sedari tadi tidak bisa fokus pada pelajaran. Dia memikirkan ada apa dengan Bintang sampai-sampai pemuda tersebut bersikap seperti itu padanya. Saat sedang memikirkan Bintang, suara gadis lain terdengar di kuping Bulan.

"Tang, kantin yuk," ajak Rain. Entah datang darimana gadis itu.

Bulan melihat reaksi Bintang, lagi-lagi gadis itu dibuat terkejut oleh kelakuan Bintang. Pasalnya Pemuda tersebut tersenyum sambil menganggukkan kepalanya.

Bulan langsung berdiri disamping Bintang. "Bintang sama gue. Lo sendiri aja sana," Bulan mengibaskan tangannya bermaksut mengusir Rain.

"Bintang aja ga keberatan, lagian lo siapa sih? Pacarnya juga bukan!" sarkas Rain.

Tangan Bulan sudah terangkat untuk menampar Rain, namun dicegah oleh Bintang.

"Ngapain lo marah? Lagian Rain bener. Lo tu bukan siapa-siapa gue," ujar Bintang setelah bungkam sedari tadi.

Mendengar itu dari mulut Bintang sendiri berhasil membuat Bulan terdiam. "L-lo kok berubah sih Tang?" tanya Bulan lirih.

"Berubah? Lo yang berubah. Kasar banget jadi cewe," jawab Bintang dingin.

Rain yang melihat pertengkaran didepannya ini hanya tersenyum sinis. "Biarin aja Tang. Mending kita ke kantin, gue uda lapar," gadis itu menarik tangan Bintang keluar kelas, meninggalkan Bulan yang mematung.

Tiba-tiba pusing menyerang kepalanya, darah keluar sangat banyak dari hidungnya. Tangan gadis tersebut langsung mencari obat didalam tas dan segera memasukkan ke dalam mulut. Rasa sakit di kepalanya mulai hilang.

Bulan duduk di kursinya kembali, menatap keluar jendela. Gadis tersebut melamun sambil memikirkan sikap Bintang. Mengapa dengan pemuda tersebut?

Flashback on

PELITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang