Chapter 1

71 15 14
                                    

Bulan sudah siap dengan seragam sekolahnya. Penampilannya sudah bisa dibilang baik-baik saja. Luka di ujung pelipisnya sudah dia obati sebelum tidur.

Saat menatap pantulan dirinya sendiri di cermin, handphone Bulan berbunyi. Sebuah notifikasi muncul.

Bintang Jelek.

Gue uda otw

Iya gue tunggu. Gausah ngebut.

Setelah membalas chat dari sahabatnya itu, Bulan langsung turun ke bawah untuk sarapan. Di meja makan sudah ada papa, adik, dan bundanya.

Keadaan hening, hanya suara dentingan sendok yang terdengar. 10 menit kemudian, Bulan telah menyelesaikan sarapannya.

"Aku berangkat," saat akan berjalan menuju pintu, langkahnya terhenti karena suara papanya.

"Jangan bikin ulah!" Tegas Winata.

Bulan hanya menganggukkan kepala. Terlalu pagi untuk berdebat dengan papanya itu, jadi lebih baik Bulan iyakan semua yang dikatakan oleh papanya.

Di depan pagar rumah Bulan, ada sebuah mobil yang sudah menunggunya. Dengan cepat, Bulan masuk ke dalam mobil tersebut.

"Pagi Tata," sapa Bintang. Tata adalah nama panggilan untuk Bulan, hanya Bintang yang boleh memanggil Bulan dengan sebutan itu.

"Pagi Bintang," Bulan menjawab sapaan Bintang dibarengi dengan senyum manis miliknya. Senyuman yang membuat Bintang tidak bisa mengalihkan pandangannya.

Bintang terus memperhatikan Bulan yang tersenyum, sampai akhirnya, "Bintang, ayo jalan. Malah bengong, kerasukan jin apa lo?" Tanya Bulan asal.

Mendengar suara Bulan, Bintang langsung tersadar. "Lo kali yang kerasukan. Gue mah engga," ujarnya.

"Yaudah makanya jalan tuyul!"

"Rambut gue ga botak. Lagian gue tinggi, ga kaya lo pendek."

"BINTANG!" Teriak Bulan di dalam mobil tersebut.

Mendengar teriakan Bulan, Bintang langsung menjalankan mobilnya. "Dasar toa masjid," lirih Bintang yang masih bisa di dengar Bulan.

"Ngomong apa lo?" Tanya Bulan dengan mata melotot.

"Engga engga, gue ngomong kalau lo cantik banget hari ini," ucapan Bintang berhasil membuat Bulan terdiam.

Akhirnya mereka sampai di SMA Venus. Bulan keluar terlebih dahulu dari dalam mobil lalu disusul Bintang. Tangan Bintang tiba-tiba merangkul pundak Bulan.

"Lepas dodol, ini sekolah," ucap Bulan.

"Ha? Dodol? Lo ngidam dodol? Entar pas pulang sekolah kita beli. Kasian anak gue entar ileran," jawab Bintang ngasal.

Bulan yang mendengar itu langsung menginjak kaki Bintang. "Sakit setan!" Maki Bintang.

"Mampus. Makanya yang bener kalau ngomong," setelah berucap seperti itu, Bulan berjalan mendahului Bintang.

"Tungguin woi!" Teriak Bintang.

Setelah berhasil mengejar Bulan, akhirnya mereka berdua sampai di kelas.

Bulan langsung menelungkupkan kepalanya di meja. Bintang yang melihat itu mengusap lembut rambut Bulan.

Bintang menyukai Bulan, tapi Bintang tidak punya keberanian untuk mengubah status mereka. Bintang takut kalau mereka berdua putus, maka Bintang harus kehilangan Bulan.

PELITATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang