21

640 124 14
                                    

•••••

Liburan kali ini berjalan lancar, banyak destinasi yang ditunjukkan oleh Jungkook. Jihyo ngikut saja, ia tidak terlalu mengenal daerah itu.

Sekarang keduanya dalam perjalanan pulang, liburan selama 4 hari itu membuat keadaan keduanya menjadi berbeda. Seakan ada sesuatu yang terbentuk. Jihyo dan Jungkook menjadi lebih terbiasa akan kehadiran satu sama lain, tidak canggung seperti awal.

"Kau ingin makan apa?" tanya Jungkook, saat ini mereka berada di jalan.

Bibir Jihyo masih saja maju, semalam ia ngidam, ingin makan buah nanas, tetapi Jungkook tidak membelikannya dikarenakan ia tahu Jihyo alergi pada nanas. Pernah suatu hari mereka makan sebuah dessert dengan bahan utama nanas, dan Jihyo gatal - gatal.

Alhasil, Jihyo mendiaminya sedari pagi. Hanya berbicara saat perlu saja. "Hyo, jangan diam seperti ini."

Jihyo menggedikan bahunya. "Pilih saja, aku ikut."

"Aku tidak mau memberikanmu nanas karena aku tahu kau alergi pada nanas." Jihyo ingin menangis mendengarnya, betul yang dikatakan Jungkook, tetapi kemauannya berkata lain.

Ia ingin nanas.

"Buah yang lain saja bagaimana?" Jungkook menengok kesamping dan melihat Jihyo dengan mata berkaca - kaca.

Dalam hati berucap sabar karena dirinya tahu jika berhadapan dengan orang yang sedang hamil, akan sedikit sulit. Mood mereka selalu berubah - ubah dalam hitungan detik.

"Tidak mau, aku mau nanas...." Jihyo menangis kejar. Astaga, padahal dalam hatinya ia mengutuk sendiri perbuatannya.

"Belikan nanas...." pintanya sembari sesegukan.

Jungkook menghela nafas. Saat lampu merah, ia mengambil ponsel dan menghubungi Namjoon.

"Hyung tolong suruh siapapun membelikan nanas, ba-,"

"Kau yang membelinya Kook, bukan orang lain." Jihyo menginterupsi, membuat Jungkook menurunkan ponselnya.

"Baiklah, nanti aku akan membelikannya, tetapi tidak sekarang. Kita masih dijalan."

Jihyo mengangguk. Ekspresinya berubah 180 derajat, senyum serta matanya menaik.

•••••

Jungkook memperhatikan Jihyo dengan heran, saat ini keduanya sudah berada di restoran. Setelah ia membelikan Jihyo buah nanas, wanita itu menolaknya dan mengatakan bahwa ia sudah tidak mau memakannya.

Rasanya Jungkook ingin memukul sesuatu saking sebalnya.

"Makan pelan - pelan Jihyo." Jungkook memegang tangan Jihyo yang sedaritadi sibuk menyuap.

"Perhatikan laju kunyahanmu."

"Pelan - pelan! Nanti tersedak," ujarnya gemas.

Jihyo mendelik sebal, Jungkook terlalu berisik. "Aku juga tahu Jungkook." ujarnya.

Jungkook menarik tangan Jihyo. Ia menggerakannya perlahan. "Seperti ini."

Jihyo memutar bola matanya. "Jangan membuatku sebal."

"Sedaritadi aku tahu kau sedang tidak mood Jihyo, apa sesuatu menganggumu?" alis Jungkook menaik.

Bukannya menjawab, air mata Jihyo malah menggenang dan itu membuat Jungkook panik kembali. "Hei kenapa? Apa aku salah bicara?"

Jihyo menutup wajahnya. "Aku takut kau marah,"

"Marah kenapa?"

"Aku takut kau marah jika aku meminta kau untuk berdandan seperti badut, aku setakut itu sehingga membuat moodku berantakan kembali." Jungkook tergelak.

Hell in HeavenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang