27

644 124 14
                                    

•••••

Jihyo yang hendak masuk ke kamar miliknya pun kembali dihentikan Jungkook. Ia malah membawa Jihyo ke kamar miliknya dan mengunci kamar tersebut.

"Jungkook!" sentak Jihyo. Ia sangat muak dengan kelakuan Jungkook yang terlihat labil seperti ini.

Jungkook menatapnya dengan tatapan tidak bersalah. "Kembalikan kuncinya!" tangannya terulur tetapi Jungkook diami. Ia malah membuka pakainnya membuat Jihyo membalikkan tubuhnya.

"Jungkook!"

"Tidak mau," ujarnya singkat membuat gemertak gigi Jihyo terdengar.

"Mengapa kau melakukan ini?" ia terduduk di sisian ranjang dengan bahu merosot.

Jungkook mengambil kaus dan memakainya kemudian menghampiri Jihyo.

"Aku ingin min-,"

"Sudah kukatakan sebelumnya, kau tidak melakukan kesalahan apapun."

Jungkook menghela nafas. "Tapi aku melihat sorot kekecewaan di matamu pada hari itu."

Jihyo memejamkan matanya kemudian menatap Jungkook. "Bukankah kemarin kita sudah menegaskan hubungan kita? Hubungan yang kita jalin saat ini tak lain merupakan sebuah perjanjian di atas selembar kertas yang telah kita setujui Jungkook."

"Lagipula, persetan dengan tatapanku."

Jungkook pun meraih jemari Jihyo. "Ak-,"

"Jungkook, bisakah kau hentikan semuanya? Hentikan semua perhatian yang kau curahkan secara percuma padaku. Hentikan sandiwara konyol ini. Kau memiliki kekasih, kau memiliki kehidupanmu sendiri. Aku bukan siapa - siapa bagimu, hanya seorang wanita yang meminjamkan rahim secara cuma - cuma."

"Hentikan semuanya, anggaplah aku tidak ada."

Jungkook menatapnya tak percaya, saat ia hendak membalasnya Jihyo kembali memotong. "Lakukan sebelum aku semakin jatuh semakin dalam." pintanya dengan suara memelas.

Jungkook pun bangkit, ia mencari kunci pintu dan memberikannya pada Jihyo.

Wanita itu mengambilnya dengan tangan gemetar. Membuka kunci kemudian keluar dari kamar Jungkook.

Ia berusaha menahan air matanya sedaritadi.

•••••

Seperti yang Jihyo pinta. Jungkook menjauhinya, ia mengabaikan Jihyo. Hal ini dikarenakan kalimat terakhir Jihyo yang sekarang malah terngiang - ngiang di dalam otaknya.

Kalimat yang menggambarkan bahwa Jihyo takut jatuh cinta padanya.

Seketika Jungkook menyesal telah mengatakan hal tersebut di awalan.

Ia menyesal karena kalimat itu merupakan tembok tinggi yang tidak dapat keduanya jangkau.

Pintu ruangannya terbuka, menampilkan sosok Lisa yang ceria. Ia menghambur ke pelukan Jungkook. Duduk di atas pangkuannya sembari mengucap rindu.

Jungkook masih terdiam, ia tidak bereaksi sama sekali, kaku seperti manekin. Lisa memundurkan kepalanya. "Kenapa diam saja?" tanyanya heran.

Lisa mengelus pelan wajah Jungkook. Memeluknya kembali kemudian menghujaninya dengan kecupan di sisian wajah.

"Kau tidak merindukanku Kook?" lagi, Jungkook hanya diam.

Ia menyadari sesuatu, perasaan kosong yang membuat hatinya terasa hampa. Perasaan yang berbeda saat berhadapan dengan Lisa.

Jungkook mendorongnya pelan hingga Lisa kembali berdiri. "Ada apa denganmu? Mengapa kau terlihat sangat aneh."

Lisa bersandar di sisian meja. "Sebentar lagi aku akan ada pemotretan Kook, sehingga akan lumayan sibuk. Aku kesini untuk menghabiskan waktu denganmu sebentar saja, tetapi kau malah mendiamiku seperti ini." cemberutnya membuat Jungkook menghela nafas.

Hell in HeavenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang