22

547 112 20
                                    

•••••

Semenjak Jihyo memergoki pesan manis itu, dirinya sedikit menjauh dari Jungkook. Terlebih pria itu semakin sibuk.

Pernah suatu hari saat ia hendak mengambil pakaian kotor Jungkook, ia mual karena mencium bau yang berbeda. Parfum wanita yang sangat melekat pada pakaian Jungkook membuat dirinya pusing seketika.

Atau saat Jungkook memeluknya, tak disangka ia menemukan sebuah bercak merah di leher Jungkook. Bukan ia yang melakukannya, sungguh. Hal intim yang mereka lakukan sejauh ini hanya sekedar kontak fisik seperti pelukan.

Serta beberapa alasan yang selalu dilontarkan Jungkook untuk menghabiskan waktu diluar.

"Jihyo?" panggil Jungkook, ia menyeret sebuah koper kecil miliknya.

"Tak apa kan jika kau kutinggal selama seminggu ini?" ucapnya sekali lagi.

Jihyo mengangguk ragu, perlahan senyum tercetak demi terhindar dari pertanyaan yang lain.

"Jaga dirimu, aku akan mengabari jika sempat." lagi, Jihyo hanya mengangguk. Dirinya memetik salah satu bunga matahari, hal ini diperhatikan Jungkook.

Ia memberikannya pada Jungkook. "Buatku?" Jungkook mengambilnya. "Mengapa kau memberikannya?"

Jihyo berdeham untuk menjernihkan suaranya. "Bunga matahari selalu mengikuti ke mana arah cahaya matahari bergulir, sehingga mengandung arti kesetiaan serta kepatuhan. Itu jawabanku, aku akan menjaga diriku." Jungkook terpaku.

Seakan kalimat yang dilontarkan merupakan sindiran halus baginya. "Mengapa kau terdiam? Bukankah ada jadwal penerbangan yang harus kau kejar?" tanyanya membuat Jungkook kembali menarik koper.

"Jaga mereka juga," ujar Jungkook sembari mengelus pelan perut Jihyo. Saat dirinya hendak mencium dahi Jihyo, wanita itu langsung menghindar.

Ia menghindar dengan merapikan kemeja Jungkook yang sedikit kusut.

"Hm, tenang saja." ucap Jihyo pelan. Ia tersenyum kecil.

Dengan canggung Jungkook berjalan menuju pintu luar. Sesekali menoleh ke arah Jihyo yang sekarang tengah sibuk menyiram tanaman.

Ia sama sekali tidak mengantar Jungkook, membuat si kepala rumah tangga kebingungan.

•••••

Selama 2 hari, Jihyo menjadi agak kurusan. Ia tidak nafsu makan karena beban pikiran yang terus menghantuinya selalu menghilangkan nafsu.

Hal ini membuat seluruh pelayan di rumah cemas. Seharusnya mereka memberitahukan masalah ini pada Jungkook, tetapi tidak ada satupun orang yang berani, karena takut dimarahi oleh Jihyo.

Deringan telfon menyadarkan Jihyo. Jeongyeon menelfonnya. Ia mengatakan bahwa Nyonya Jung akan berkunjung ke butik sekitar 2 jam lagi.

Mendengarnya membuat Jihyo dengan gesit menuju kamar untuk bersiap - siap. Ia langsung menuju butik diantar oleh supir Jungkook.

Jihyo terengah saat masuk ke ruangan Jeongyeon. "Mengapa mendadak sekali?" tanyanya sembari mencuri nafas.

"Aku tidak tahu...." Jeongyeon menuntun Jihyo untuk duduk. "Kau tidak boleh terlalu lelah, kau sedang mengandung Jihyo." lanjut Jeongyeon.

Jihyo mengangguk lemah. "Lalu kenapa wajahmu pucat sekali? Kau belum makan ya? Aku akan memesankan sesuatu." belum sempat Jihyo protes. Jeongyeon langsung memesankannya sebuah healthy food.

"Sudah jangan ditolak, kalau kau tolak, aku marah." Jihyo memilih untuk menerimanya ketimbang Jeongyeon marah.

"Hm, bagaimana dengan design milik Nyonya Jung?" Jeongyeon bertanya mengenai progressnya karena permintaan klien yang satu ini benar - benar membuat keduanya kelimpungan.

Hell in HeavenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang