27. - Rahasia

68 13 1
                                    

Ini sudah satu Minggu setelah kejadian hilangnya Alesha dan keluarga. Awalnya mereka masih memiliki Papah, tapi setelah izin ke toilet Papah tak juga kembali dan ikut menghilang bersama keluarganya.

Lexi pun sama tidak pulang ke rumah selama satu Minggu. Malah Tante dan Om nya mengatakan pada Raja kalau sehari sebelum kejadian itu Lexi pamit kembali ke London, dengan alasan menemani Kakek.

Keberadaan Luna pun semakin sulit ketahui setelah kejadian itu. Keluarga mereka ikut pindah, dan rumah keluarga Yudhistira-rumah milik keluarga Alesha, sudah kosong tak berpenghuni.

Jelas mereka semakin bingung dengan semuanya. Tiga bintang berjajar, tiga ratu Orionis sekarang tidak ada satupun yang diketahui keberadaannya, seakan ditelan bumi.

Raja, Haje, Aji, dan Zaidan jelas frustasi memikirkan ketiga gadis itu. Ke kota mana mereka pergi, atau mungkin lebih tepatnya ke negara mana mereka pergi. Karena tidak mungkin mereka masih berada di wilayah Jakarta atau sekitarnya, terlalu mudah diketahui.

Ke London pun sepertinya tidak mungkin. London terlalu mudah di jangkau oleh mereka, lantas kemana mereka pergi membawa tiga ratu Orionis?!

Bayuaji memukul samsak didepannya brutal. Selama satu Minggu ini amarah Aji jadi sulit di kontrol. Aji yang biasanya diam dan tenang sekarang mudah marah dan main tangan.

Ruangan olahraga dipenuhi anak-anak Orionis. Mereka ikut menemani Aji yang belakangan mudah marah. Lagi-lagi mereka mewajarkan, dan semua ini juga bukan keinginan Aji.

Luna datang dan pergi seenaknya. Apalagi pesan terakhir Luna itu enam hari yang lalu sebelum akhirnya nomornya tidak aktif. Isi pesannya hanya menyuruh Aji dan Jovan menunggu kedatangan Luna dan Lexi tanpa memberitahu sampai kapan mereka harus menunggu.

Iya, belakangan Lexi dan Jovan memang memiliki kedekatan. Hanya saja Lexi dan Jovan bersepakat untuk tidak menunjukkan kedekatan mereka dihadapan banyak orang.

"Tante juga enggak tau dimana Lexi. Atau lebih tepatnya enggak mau ngasih tau keberadaan Lexi. Dan lagi-lagi kita cuma disuruh nunggu," Kata Raja yang baru saja tiba di ruangan itu setelah mati-matian membujuk Tante agar memberitahu tentang tiga orang yang hilang.

Haje hanya melirik Raja tak minat. Tubuhnya bersandar pada dinding, matanya terpejam. Bantal leher berwarna hitam itu sekarang menjadi ciri khas seorang Hadrian Jerico.

Semenjak divonis terkena gegar otak ringan Satria menyuruh Haje agar selalu memakai bantal leher. Alasannya sih biar gak asal nyenderin kepala kalau lagi ngantuk. Entahlah Haje cuma ngikutin kata-kata Satria, lebih tepatnya malas berdebat.

Raja sendiri merasa hidupnya hampa. Tidak ada Lexi yang merecoki paginya, tidak ada candaan absurd Haikal dan Aji, tidak ada kesongongan Zaidan, tidak ada pesan dari kakek yang minta diberitahu kabar Alesha, tidak ada Raksi, Haje, Handika yang mudah marah dan tidak ada sosok Cleovansa yang bergantung padanya.

Semuanya mulai berubah. Raja sudah harus keluar dari zona nyaman, masa depannya harus ditentukan dari sekarang. Menunggu Alesha dan bersaing dengan Haje, atau kembali pada Cleovansa. Yang jelas Raja akan mempertimbangkan banyak hal sebelum menentukan ke arah mana hatinya berlabuh.

Kali ini bukan hanya soal persahabatan yang perlu dipertimbangkan, tetapi juga tentang perasaan Raja dan orang-orang sekitarnya yang perlu dipertimbangkan sebelum ia mengambil satu keputusan. Tidak boleh ada lagi perpecahan ataupun kebencian diantara mereka. Cukup dulu, tidak nanti.

Raja mendudukkan dirinya disamping Haje. Ia sadar betul kalau setelah kejadian itu perilaku Haje mulai berubah. Sahabat yang pernah jadi musuhnya itu menjadi lebih pendiam dan suka mengasingkan diri dari kerumunan.

RAJA | Na Jaemin [Selesai]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang