Sahabatku-7

89 11 0
                                        


Hujan yang sedari siang turun belum berhenti. Jalanan sudah becek dan orang-orang yang bepergian tanpa menggunakan kendaraan sudah berkurang. Mereka lebih nyaman diam di rumah sambil meminum minuman hangat di dekat perapian dan menonton telenovela. Ya, telenovela yang tengah naik daun adalah Senorita, menceritakan seorang gadis dari keluarga bangsawan yang diasingkan sebab mencintai pangeran mahkota. Hubungan terlarang yang klasik, namun tetap saja diminati kaum wanita dewasa, mungkin juga termasuk gadis dua puluh lima tahun yang melirik televisi di tengah cafè sambil menyeruput kopinya.

"Hei, serius sekali nontonnya! Dari tadi di sini, ya?" tanya seorang gadis berpakaian serba putih, ada aksen rampel bagian rok pendek dan payet di dadanya.

"Enggak kok, baru saja. Telenovelanya udah main, kukira kau tak kemari," kata gadis berambut panjang sedikit ikal.

"Maaf, ya tadi aku ada urusan makanya lama. Bagi kopinya, Far!" seru gadis berambut lurus sebahu.

"Kupesenin kopi, ya. Masa minum bekasku," kata Farah. "Mas, kopinya satu lagi, ya!"

Pelayan cafè mengangguk sambil tersenyum, tentu saja dia masih ingat pesanan Farah karena di sini hanya ada satu pelanggan dan itu Farah. Farah menoleh ke televisi berlayar datar menempel di dinding seperti Spiderman dan menanggapi obrolan Gadis.

"Nanti ikut aku beli sepatu, ya?" tawar gadis berpakaian putih.

"Ke toko biasanya?"

"Iya. Beliin sepatu buat Dandy, kakinya udah besar aku lihat sepatunya kekecilan."

"Perhatian banget, sih, sama keponakan."

"Iya dong, mau kan?"

"Iya, ntar kalau udah reda ujannya." Farah menerima kopi pesanannya dan mengobrol kembali.

Pukul lima lebih sepuluh menit, Farah beranjak dari cafè dan pergi ke sebuah toko sepatu yang biasa mereka datangi. Pelayan yang berkerudung menggiringnya ke deretan sepatu anak-anak, mulai dari warna hitam sampai berwarrna dengan harga beragam sesuai bahan dan kualitas.

Gadis memilih tiga pasang sepatu berwarna untuk keponakannya, ukuran sama hanya coraknya berbeda dan bingung memilih. Farah mendekati sahabatnya yang tengah memilih, memberi saran dan memanggil pelayan toko untuk membungkus hadiah gadis. Toko sepatu berada di sebuah mall jadi, ketika keduanya keluar dari toko sepatu masih disambut dengan deretan toko-toko berbeda.

Gadis menarik tangan Farah untuk masuk ke sebuah butik, di depan toko dipajang manekin memakai pakaian setelan yang cantik dan Gadis mencobanya di ruang ganti. Gadis berputar memamerkan pakaian yang dicoba dan meminta Farah memotretnya sebagai kenang-kenangan. Gadis membeli pakaian itu, terlebih warnanya yang soft pink sangat disukainya.

Keduanya tak langsung pergi dari mall, melainkan mampir ke restoran daging dan makan malam berdua. Mereka mengobrol sangat seru sambil memanggang daging, rencananya besok sore akan kembali hang out tapi, tujuannya bukan di mall, melainkan sebuah tempat rekreasi keluarga. Mereka memang belum berkeluarga tapi, tak ada salahnya pergi ke sana bukan? Farah mengiyakannya sepulang bekerja, sebab esok hari Senin jelas setumpuk pekerjaan harus disesaikannya dan membuat pikirannya terasa berat. Maka, pergi ke Wonderland di sore hari tampaknya rencana yang bagus.

Lepas pukul tujuh, keduanya beranjak dengan perut kenyang turun lewat lift dari dinding kaca ke lantai utama. Kebetulan sebuah taksi menurunkan penumpang dan mereka menggantikannya. Keduanya mengobrol sepanjang jalan, memeriksa barang belanjaan dan mengatakan besok akan memakai pakaian yang dibelinya tadi ke Wonderland, Farah setuju!  Gadis melambaikan tangan dan mengucapkan selamat malam lalu pergi sedangkan Farah berjalan ke rumahnya dengan hati riang, malamnya menyenangkan bersama Gadis.

Farah masuk ke flat dan membersihkan dirinya, setelah mandi dan keramas ia memeriksa ponsel kemudian merebahkan diri, menyiapkan tenaga untuk besok akan pergi bersama Gadis ke Wonderland. Ia menyerahkan diri pada malam yang tenang, bahkan mimpi kali ini adalah di mana dirinya dulu saat satu sekolah dengan Gadis. Kenangan manis yang tak akan terulang kembali namun, terputus sebab suara bel mengganggu tidurnya.

"Siapa, sih, malam-malam dateng?" gerutu Farah sambil mengerjab, yang tampak di sekitar adalah ruangan terang benderang sebab tirai jendela lupa ditutup sepenuhnya. "Oh, sudah pagi, cepet banget!"

Farah bangkit perlahan mendekati pintu, dari lubang kecil bisa dilihat jika yang datang adalah Gadis. Keceriaan Gadis langsung terasa saat Farah membuka pintu.

"Hei, baru bangun jam segini? Begadang, ya?"

"Iya baru bangun, tapi enggak bergadang kok. Ceria banget, sih!"

"Iya dong! Kita mau pergi ke Wondeland jadi, aku sengaja bangun pagi dan bawain makanan buatmu, pasti belum masak kan?" tebak Gadis.

"Iya, tahu banget, sih, kamu?" tanya Farah.

"Iya dong! Cobain, aku sengaja masak sendiri makanan kesukaanmu," kata Gadis membuka rantang makanannya.

"Makasih, ya. Tapi, aku mau mandi dulu, deh." Farah memilih menunda sarapan karena makan setelah mandi akan terasa lebih segar.

Farah dan Gadis mengobrol selama Farah mandi, menceritakan soal semalam dan apa saja yang akan mereka lakukan di Wonderland. Gadis juga minta Farah membawa kamera polaroid agar bisa mengenang kebersamaan mereka. Gadis berkata jika nanti malam, dia akan pergi ke tempat lain dan kemungkinan besar tak akan bertemu lagi. Farah membuka pintu dan cemberut mendengar hal mengejutkan dari Gadis.

"Jadi, kau mau meninggalkanku, huh?" tanya Farah.

"Makanya aku mau kita berfoto bareng yang banyak trus ditempelin album, harus ada salinannya pokoknya, ya!"

"Kenapa enggak besok aja perginya? Kenapa harus malam-malam?" tanya Farah.

"Aku udah pesen travel sudah dari seminggu lalu, justru harusnya aku udah berangkat Minggu lalu loh! Eh, tadi aku dapat SMS kalau nanti malam berangkat, gitu."

"Jangan lupain aku, kasih kabar tiga kali sehari dan usahain pulaaang!"

"Ih, bawel banget, sih! Udah kayak bibi kosku!"

"Biarin!" seru Farah sambil melempar handuk basah pada Gadis.

Farah segera menyambar pakaian dan mulai bermake-up tipis-tipis, ia tak mau terlihat pucat di foto polaroidnya bersama Gadis. Ia mengambil uang cukup banyak agar bisa menaiki wahana permainan bersama, atau mentraktir Gadis makanan kesukaannya. Keduanya pergi lepas Farah sarapan dan kenyang kemudian menaiki bus ke Wonderland cukup hanya empat puluh lima menit. Saat sampai, Gadis menyeret Farah ke Wonderland menaiki semua wahana permainan sampai dua kali dan berfoto bersama . Farah merasa begitu pusing ketika menaiki roller coaster hingga tak sadarkan diri, ketika sadar dirinya sudah ada di rumah sakit.

"Suster, aku kenapa?" tanya Farah.

"Kau menaiki roller coaster dan pingsan sambil memeluk kamera polaroid."

"Di mana Gadis?"

"Gadis? Dari informasi dan kamera CCTV kau datang ke sana sendirian dan pingsan."

"Apa? Enggak mungkin! Gadis di mana?" Farah mengecek hasil kamera polaroidnya, di sana Farah hanya berfoto sendirian dan tak ada Gadis. Farah kemudian menelepon ponsel Gadis. "Gadis! Kau di mana? Kau baik-baik saja kan?"

"Halo, Farah. Ini aku, Lusi, kakak Gadis. Farah, kau berhalusinasi lagi, ya? Farah, relakan kepergian Gadis, kami sudah ikhlas. Gadis sudah tenang di surga, ini sudah hari ke 49."

"Enggak mungkin! Semalam aku dan dia pergi bersama, Kak!"

"Istirahatlah yang banyak, Farah."

End



Asterin ✓ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang