Twenty

3.7K 613 38
                                    

Sudah sedari tadi, aku gelisah menatap lama kalender yang berada di ruang tamu. Seketika, seseorang menepuk pundak ku pelan yang membuatku sedikit terkejut.

"Bibi?!" tanyaku sambil mengelus dada.

"Maaf mengagetkanmu, [Name]-chan sedang apa sedari tadi disini?" tanyanya.

"Aku.. hanya.. melamun hehe.."

"Tidak baik melamun malam-malam begini"

Aku hanya menggaruk pipiku pelan. Lalu bibi menyuruhku untuk duduk sebentar di sofa bersamanya. Ia pergi ke dapur sebentar lalu membawakan teh hangat untuk ku dan dirinya.

"Tidak bisa tidur?" tanyanya sambil menyeruput teh.

"Iya begitulah, bibi jangan terlalu minum banyak teh, tidak baik untuk kandungan" protesku padanya.

Bibi hanya tersenyum lembut padaku. Ia pasti sudah tahu.

"[Name]-chan merindukan mereka?"

"Uhuk- ahk.. itu" hampir saja aku tersedak.

"Iya kan?"

Aku hanya mengangguk pelan.

"Mereka sudah masuk semifinal" ucapku senang.

"Oh iya? Turnamen apa itu?"

"Interhigh National Turnament melawan sekolah Mujinazaka"

"Kau tidak ingin pergi?"

"A-apa? Aku kan sedang menjaga bibi"

"Yakin tidak ingin pergi?" tanyanya lagi.

"Hah... Sejujurnya aku ingin pergi, mendukung mereka secara langsung"

"Kalau begitu pergilah" jawabnya sambil tersenyum.

"Bi-bibi mengusirku?!"

Bibi hanya tertawa melihatku yang terlalu polos atau bego?

"Pergilah untuk mendukung mereka maksudnya, bibi tidak melarangmu kok"

"Bo-boleh?"

Bibi mengangguk pelan.

"Apa boleh pergi sekarang?"

"Kenapa tidak besok [Name]-chan?"

"Semifinalnya besok, setidaknya masih ada waktu sebentar untuk istirahat disana"

Sekali lagi bibi hanya mengangguk dan tersenyum lembut padaku. Artinya iya mengijinkan. Dengan reflek aku memeluk pelan dan mengucapkan terima kasih padanya, Lalu berlari menuju kamar untuk bersiap-siap.

Bibi menuju kamarnya, membangunkan suaminya untuk memberitahu bahwa aku akan pergi untuk datang ke turnamen. Awalnya paman terkejut, tapi ia tidak mau melarangku. Paman dan Bibiku tidak mau mengekangku, toh sebentar lagi aku akan dewasa.


"Dia teman paman?" ucapku bingung.

"Benar, kebetulan kan, paman khawatir padamu jika menaiki taksi lain, makanya paman percayakan pada teman paman" jawabnya sambil mengacungkan jempol pada temannya.

Dan temannya membalas mengacungkan jempol juga. Aku mengangguk senang, begitu khawatirnya mereka padaku.

"Begitu pertandingan selesai, aku akan langsung pulang"

"Memangnya tidak lelah? jangan dipaksakan [Name]"

"Tidak apa, aku akan naik kereta saja, sedikit lebih aman" jawabku santai.

Apa boleh buat, permintaanku terkadang aneh-aneh saja untuk mereka. Tapi mereka tidak sama sekali melarangku. Setelah aku mengucapkan sampai jumpa, akhirnya rencanaku untuk mendatangi turnamen mereka tercapai. Dan tentu saja, ini kejutan.

Something Worthwhile || InarizakiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang