Six

5.2K 791 31
                                    


Kelas sudah berakhir, bukannya diriku malah pulang, tapi malah menuju ke arah gym. Mendengar bunyi decitan sepatu mereka di dalam sana, membuatku ingin melihat mereka. Diam-diam aku mengintip mereka di balik jendela gym yang agak tinggi.

"One touch!"

"Suna!"

"Dapat!"

'Keren....' pikirku dengan mata yang berbinar. Pukulan mereka benar-benar sangat keras. Lompatan mereka sangat sempurna.

"Tsumu Nice Serve!"

'Apa-apaan itu, benar-benar sempurna' pikirku terkejut pada serve Atsumu.

"[surename]-san"

Aku terkejut tiba-tiba ada yang memanggilku namaku. Aku menoleh ke arah sumber suara tersebut. Ternyata Sensei berkacamata yang menawarkan aku untuk menjadi manajer voli.

"Ada keperluan apa kemari-"

"Maaf Sensei!" ucapku lantang sambil menundukkan kepala.

 "Tidak apa, kenapa tidak masuk saja?" tanyanya dengan ramah.

"Ah..Um.. saya agak canggung dengan mereka" jawabku sambil mengusap tengkuk leher.

"Canggung?"

"Waktu itu, aku pernah melampiaskan masalah pribadiku pada mereka" ucapku dengan nada bersalah.

"Begitu" ucapnya sambil menepuk pundakku. "[surename]-san, jangan sungkan untuk menceritakan masalahmu pada mereka, mereka semua orang yang baik, aku sangat yakin suatu saat nanti mereka akan membantumu"

Aku terdiam mendengar kalimat yang diutarakan Sensei.

"Dan aku yakin, kau masih menyukai voli bukan?" tanyanya sambil tersenyum.

"Eh..saya.."

"Jangan buat masa lalu mu itu semakin menguasaimu, itu akan membuatmu sulit untuk melupakannya"

Bola mataku membesar. sedikit ada genangan air mata didalamnya. Aku kagum pada ucapannya. Padahal itu kalimat yang cukup sederhana. Sensei tersenyum kearahku, lalu ia pamit untuk masuk kedalam gym. Aku menundukkan kepalaku, lalu berjalan meninggalkan gym.

-----

Sudah setengah jam, aku terus menatap bola voli yang berada di dalam keranjang sampah kertas. Aku berjalan mendekati bola tersebut, berusaha berani untuk mengambilnya. Kini bola voli itu sudah aku pegang dengan kedua tanganku, tentu saja ingatan itu seketika muncul lagi. Tapi kali ini aku berusaha menahannya sampai ingatan itu hilang. Setelah beberapa menit.

"Eh?" aku terkejut, ingatan itu hilang dengan sendirinya. senyumanku melebar. Aku benar-benar berhasil menahan rasa takutku.

Terdengar suara lemparan kerikil dari arah jendela kamarku.

'Pasti Atsumu' pikirku.

Tentu saja itu benar, Atsumu tersenyum lebar saat aku meladeninya. "[name]-chan..eh? lagi latian voli?" tanyanya dengan jarinya yang menunjuk ke arah bola voli yang kupegang.

"Ah tidak, aku hanya memegangnya saja" jawabku.

Pikiranku tiba-tiba terlintas dengan kata-kata Manajer Voli  yang di rekomendasikan oleh Sensei. 

'Apa kuterima saja ya' pikirku sambil melihat bola voli yang kupegang.

"[name]-chan?" panggil atsumu sambil melambaikan tangannya.

"Atsumu!" pekikku hingga membuatnya terkejut.

"Y-ya..?"

"Aku akan menerima tawaran Sensei" ucapku penuh dengan semangat. Sementara itu, Atsumu hanya bingung dengan apa yang aku ucapkan.

----

"Sensei! aku sudah memutuskan" pekikku sambil menyodorkan lembaran kertas klub ke arah wali kelasku.

"Ah.. baguslah kalau begitu"

Pintu ruang guru terbuka, tepat sekali yang membukanya Sensei laki-laki berkacamata yang ingin aku temui. Aku berlari kearahnya. "Mohon bantuannya pelatih!" pekikku membuat semua guru terkejut.

"Mohon bantuannya juga Manajer" sautnya dengan tersenyum.

"Oh iya, ngomong-ngomong namaku Norimune Kurosu, pilihanmu sangatlah tepat" ucapnya sambil membenarkan kacamatanya.

"Terima kasih banyak Norimune Sensei" jawabku sambil menundukkan kepala.


Something Worthwhile || InarizakiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang