Nostalgia

2.6K 60 18
                                    

Aku yakin, dia pasti sedang bercanda.

Dia memang senang sekali bercanda.

Tapi percayalah, ini sama sekali tidak lucu.

"Berhenti ngelakuin hal ini!"

"Berhenti ngelakuin apa?" Ucap sosok anak laki-laki di hadapanku itu tersenyum semakin lebar dengan gigi-gigi kecilnya yang berlumuran cairan yang berwarna merah pekat.

"Harus berapa kali aku bilang? Ini sama sekali gak lucu."

Sosok anak laki-laki  itu terkekeh kecil dengan suara khas anak kecil miliknya. "Ayolah... apa kamu gak kangen untuk bernostalgia sesekali saja?"

Aku berdecak. "Tapi ini sama sekali gak lucu!" ketusku sembari bergerak bangkit dan menghentakkan kaki kananku hingga cengkraman tangannya pada kakiku terlepas, aku lalu berbalik dan berjalan menuju ranjangku.

"Aku memang gak sedang bercanda, aku cuma sedang ingin bernostalgia."

Aku mendudukkan tubuhku di tepi ranjang dan melipat kedua tanganku di depan dada lalu menatapnya tajam—hanya sampai beberapa detik, karena tidak tahan, aku akhirnya membuang wajahku ke sembarang arah.

Terdengar suara cekikikan dari anak laki-laki itu selama beberapa saat.

"Oke, oke, aku minta maaf, aku gak akan ngelakuin itu lagi." Ucapnya dengan suara yang kini telah terdengar berbeda.

Aku mendengus, lalu kembali menatapnya. Saat ini, wujudnya sudah berubah menjadi lebih normal. Tubuhnya yang sebelumnya begitu kecil dan ringkih itu kini telah berubah menjadi sosok pemuda remaja yang terlihat seumuran denganku. Wajahnya yang sebelumnya dipenuhi luka dan cairan darah kini juga terlihat bersih dan normal tanpa adanya luka apapun.

"Percuma, kamu udah ngomong itu berkali-kali, dan pada akhirnya kamu tetap ngelakuin hal itu lagi."

Sosok itu terkekeh. "Aku cuma pengen bernostalgia sesekali." Dia mengangkat kedua bahunya. "Biar kamu gak lupa tentang cerita masa kecil kita."

Mataku yang sebelumnya menatapnya tajam perlahan mulai melemah. "Aku gak akan pernah lupa," aku menunduk dan menatap lantai yang dingin di bawah kakiku. "aku gak akan pernah lupa tentang cerita masa kecil kita," aku lalu mendongak dan kambali menatap wajahnya. "aku juga gak akan pernah lupa... tentang dari mana kita berasal... Evander."

Sosok yang aku panggil dengan nama Evander itu tersenyum, ia kemudian berjalan mendekat.

***

To be continued..

Jangan lupa vote dan komen..

She's ANNABELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang