Aku membatalkan rencanaku untuk pergi ke perpustakaan untuk meminjam buku pelajaran Fisika yang akan aku butuhkan pada jam pelajaran selanjutnya.
Aku berbalik dan berjalan ke arah yang berlawanan dari perpustakaan.
Begitu tiba di toilet perempuan aku tidak mendapati siapapun disana. Toilet itu kosong, aku berjalan masuk dan menutup pintu.
Aku berjalan ke arah westafel, menyalakan kerannya dan mencuci kedua tanganku di sana. Aku menatap cermin dan aku tau Evander mengikutiku sejak tadi.
Setelah selesai membasuh kedua tanganku, aku mematikan keran air lalu berbalik dan menyandarkan tubuhku pada westafel.
Aku menatapnya dengan perasaan campur aduk. Aku menghela napasku panjang, tidak tau harus memulai dari mana. Tetapi dari raut wajah dan tatapan mataku saat ini seharusnya dia sudah bisa menyimpulkan dan mengerti bila aku benar-benar sedang kesal padanya saat ini.
"Kamu marah?"
"Huh?" Aku menatapnya dengan tatapan tidak percaya. "Aku bener-bener gak ngerti sama apa yang kamu pikirin."
"Kenapa kamu harus marah?"
"Kenapa aku harus marah?" Tanyaku tidak habis pikir.
"Iya kenapa kamu harus marah karena aku nyakitin dia, dia cuma orang asing Resha, kenapa kamu harus peduli sama dia?"
"Iya dia memang orang asing, tapi dia gak punya niat jahat apapun sama sekali, apa kita harus selalu menghukum orang asing sesuka kita gitu aja bahkan walaupun dia gak punya salah sama sekali ke kita?"
"Oh jadi gitu, jadi karena kamu gak bisa membaca pikiran dia sama kayak aku dulu, kamu mulai merasa mau menerima kehadiran dia sama kayak aku dulu? kamu mulai merasa nyaman dan suka sama dia?" Evander menatap ku dengan tatapan dingin. "Kamu pikir cuma karena kamu gak bisa baca pikiran dia, itu artinya dia sama sekali gak pernah punya niat buruk ke kamu? Gitu?"
"Kamu hampir aja nyelakain nyawa orang yang gak bersalah Vander." Aku menggeleng tidak habis pikir. "Kamu tau gak sih apa yang udah kamu lakuin? Itu tadi udah terlalu berlebihan. Kita gak punya masalah apapun sama dia, kenapa gak kita abaikan aja? Buat apa kamu harus ngotorin tangan kamu buat menghukum orang yang gak punya kesalahan apapun sama kita?" Aku menatapnya kesal. "Kamu mungkin gak akan kena dampak apapun dari apa yang baru aja kamu lakuin, tapi kamu tau kan kalau apa yang kamu lakuin itu bakalan berdampak ke aku? Sekarang mungkin bukan cuma siswa di sekolah ini yang bakalan mikir yang aneh-aneh tentang aku, tapi guru-guru juga akan ikut berpikiran buruk soal aku."
"Sejak kapan kamu mulai peduli tentang pikiran orang lain tentang kamu?"
"Aku mungkin memang gak peduli dengan apa yang mereka pikirkan, tapi aku juga pengen hidup tenang Vander." Aku menghela napas kesal. "Kalau kamu gak bisa ngasih kehidupan yang tenang untuk aku, seenggaknya berhenti mengacaukan semuanya."
"Aku? Mengacaukan semuanya?! Kamu udah bener-bener keterlaluan Resha!"
Raut wajahnya kini tampak kacau, ada kilatan amarah yang begitu besar yang tampak di kedua bola matanya.
"Kamu pernah gak sih sedikit aja mikirin aku sebelum kamu bertindak?"
"Aku? Mikirin kamu? Bukannya kamu yang gak pernah mikirin aku?!" Balasnya tampak tidak terima.
Aku mendengus. Aku tau selama ini dia memang selalu memperlakukan ku seperti seorang adik kecil yang berusaha ia lindungi, namun bukan berarti ia bisa bertindak melewati batasan begitu saja.
"Terus apa mau kamu sekarang? Kamu mau aku pergi? Biar aku gak mengacaukan hidup kamu lagi? Biar kamu bebas dan bisa dekat dengan siapa aja?" Evander mengangguk-anggukan kepalanya beberapa kali. "Oke, aku ngerti, selama ini kamu cuma menganggap aku penganggu yang sering mengacaukan hidup kamu kan?"
Aku merapatkan bibirku, enggan membalas ucapannya yang semakin terdengar tidak masuk akal itu.
"Oke fine! Kalau gitu aku pergi."
"Vander!" Ucapku berusaha menghentikannya, namun dia sama sekali tidak mau mendengarku, dia telah menghilang begitu saja.
***
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
She's ANNABELLA
Korku"Annabella... kamu tau kenapa Mama kamu ngasih nama itu buat kamu?" Gadis kecil yang dipanggil dengan nama Annabella itu menggelengkan kepalanya. "Karena..." Gadis itu menyeringai lebar dengan gigi-gigi kecilnya yang terlihat membusuk dan dilumuri o...