Harapan Semu

1.1K 34 14
                                    

"Kita akan bersama-sama selamanya... Resha."

"Ya." Ucapku lirih.

Jika kalian bertanya-tanya, mengapa Evander memanggilku dengan nama Resha, itu karena dia sudah tau tentang cerita tragis di balik nama Annabella yang merupakan nama depanku sekaligus nama panggilanku yang dikenal oleh orang-orang. Sedangkan Aresha merupakan nama tengahku yang diberikan oleh seorang wanita paruh baya yang pernah menemuiku ketika aku berusia lima tahun.

Wanita paruh baya dengan penampilan yang begitu sederhana itu mengaku sebagai kakak perempuan dari wanita yang dulu pernah melahirkanku—entahlah aku enggan menyebutnya 'ibuku' karena kenyataannya dia memang tidak pernah benar-benar menjadi 'ibuku'.

Wanita paruh baya dengan penampilan yang begitu sederhana itu memintaku untuk memanggilnya Bibi Hana, dan begitulah aku memanggilnya setiap kali ia menemuiku di panti.

Bibi Hana yang memberikan nama Aresha sebagai nama belakangku pada saat itu sebelum aku diangkat oleh keluarga Xavierre dan diberikan nama Xavierre sebagai nama belakangku. Kini, bagiku nama Aresha adalah nama tengahku. Walaupun nama itu tidak pernah ditulis secara resmi sebagai nama tengah dalam identitasku, namun sejak awal menemuiku, Bibi Hana selalu memanggilku dengan nama Aresha, begitu juga dengan Evander yang lebih memilih untuk memanggilku dengan nama pemberian Bibi Hana itu dibandingkan dengan nama Annabella.

Ketika aku bertanya mengapa Bibi Hana memberikanku nama Aresha, Bibi Hana bilang itu karena ia ingin aku menjadi seorang gadis yang kuat dan tangguh seperti arti dari nama Aresha itu sendiri.

Aku sama sekali tidak keberatan diberikan nama baru oleh Bibi Hana, aku justru senang ketika akhirnya mengetahui bahwa aku masih memiliki sanak saudara yang masih cukup peduli kepadaku disaat banyak anak-anak lain di panti sudah sama sekali tidak memiliki sanak saudara yang peduli kepada mereka atau sekadar menyempatkan waktu untuk mengunjungi mereka walau hanya sesekali saja.

Tapi saat aku berumur lima tahun, dan sejak Bibi Hana mengetahui keberadaanku di panti, Bibi Hana seringkali mengunjungi ku dan nembawakanku kue-kue rumahan hasil buatan tangannya sendiri. Oleh karena itu... aku sangat menyukai Bibi Hana.

Bibi Hana bilang, dia sangat ingin mengadopsiku dan mengajakku pulang ke rumah kecilnya yang berada di desa, tetapi dia bilang suaminya tidak akan suka, dia adalah laki-laki yang sangat tempramental. Oleh karena itu, Bibi Hana seringkali meminta maaf karena tidak bisa membawaku pergi meninggalkan panti.

Beberapa kali ketika mengunjungiku di panti, Bibi Hana sering menangis sembari memelukku. Dan Beberapa kali ketika mengunjungiku di panti, wajah atau tubuh Bibi Hana sering kali terlihat ternodai oleh luka lebam. Ketika aku bertanya, Bibi Hana bilang dia hanya terjatuh atau melakukan sesuatu yang ceroboh yang menyebabkan wajah atau tubuhnya terluka. Tapi aku tau, bila Bibi Hana berbohong.

Namun aku tidak pernah mengerti, mengapa Bibi Hana memilih untuk bertahan dengan suaminya yang tempramental itu. Tapi Chika bilang, itu karena Bibi Hana selalu percaya kalau suaminya pasti akan berubah suatu hari nanti. Karena itu, ia selalu sabar menunggu, walau sebenarnya suaminya itu sudah sering kasar dan sangat tempramental bahkan sebelum mereka memutuskan untuk menikah. Tapi entah mengapa Bibi Hana memutuskan untuk menikah dengannya karena dia sangat percaya bila laki-laki itu akan berubah suatu saat nanti setelah mereka menikah.

Setelah menikah selama bertahun-tahun, ternyata perangai suaminya tidak juga berubah. Banyak orang sudah memperingati Bibi Hana untuk segera menyelesaikan hubungannya dengan suaminya itu, namun Bibi Hana keras kepala dan memilih untuk bertahan dan mulai menanamkan harapan baru di dalam hatinya, bila suaminya mungkin akan berubah setelah mereka dikaruniai anak-anak yang lucu, mungkin suaminya akan lebih bisa mengelola emosinya dengan baik karena dia pasti ingin menjadi ayah yang baik untuk anak-anaknya.

She's ANNABELLATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang