Hari Kedua

5.8K 281 20
                                    

Di perjalanan Dira hanya diam memperhatikan pemandangan jalan raya yang sangat ramai sore ini. Sementara algi cowok itu hanya fokus menyetir mobil sesekali melirik wanita di bangku sampingnya yang hanya diam.

Dira, wanita itu ingin bertanya pada algi menyangkut sepedanya tapi rasa takut dan gugup yang di alami dira sekarang, tapi jika dirinya tidak bertanya bagai mana jika bunda nya bertanya tentang sepedanya, hanya itu yang ada di pikiran Dira sekarang. Dengan keberanian dira memutuskan untuk bertanya

"Sepeda dira gimana?" tanya dira dengan sedikit gugup

''Di bengkel"

"K-kok di bengkel kenapa gak di anter pulang aja" Balas Dira yang masih sangat gugup

"Gue tanggung jawab"

"Ah, maksudnya?"

"Sepeda lo gue benerin" Ucap algi dengan malas. Mengapa gadis di sampingnya ini sangat Lola

Sementara Dira hanya ber oh ria

"Turun'' Ucap algi dingin

Dira langsung menoleh pada algi apa maksud dari cowok di sebelahnya ini. Algi yang tau maksud Dira pun langsung memutar matanya malas. Kan sudah algi bilang wanita di sampingnya ini Lola

"Udah nyampek" lanjut algi memecahkan kebingungan Dira

"Oh" balas Dira yang juga tersedar sudah sampai di lingkungan rumahnya meskipun bukan di depan rumahnya.

Jangan bilang algi cowok pengecut karena menurunkan wanita di depan Gg, sebenarnya algi juga mau mengantarkan Dira sampai depan rumah atau bahkan mampir, tapi melihat Gg Dira yang kecil dan sempit sudah pasti mobil algi tidak dapat masuk, jadi lebih baik algi menurunkan Dira di depan Gg saja dari pada mobil kesayangan ini lecet kan bisa berabe urusannya.

"Kak makasih udah mau nganterin Dira pulang" ucap Dira dengan sopan

"Ehm" hanya di balas deheman oleh algi

Dira yang ingin keluar pun tiba-tiba saja algi mencengkram tangan Dira. Dira yang mendapat perlakukan seperti itu pun merasa gugup dengan perlakuan algi yang tiba-tiba

"kapan mau jadi pacar gue?"

✨✨

Gadis cantik sedang duduk manis di depan meja belajarnya, bukan untuk belajar mengingat dira masih MOS atau Masa Orientasi Sekolah Dira masih memikirkan konsep yang di maksud kakak OSIS nya pagi tadi. Sebenarnya Dira bukan memikirkan itu melainkan pertanyaan algi tadi sore yang membuatnya bingung sampai sekarang, apa maksud dari kakak kelasnya. Pacar? Bahkan Dira belum pernah yang namanya menjalin berhubungan asmara meskipun di SMP Dira menjadi bahan rebutan teman laki-laki nya. Sibuk memikirkan hal yang tidak penting Dira sampai lupa tujuan utamanya di meja belajar ini.

''Maksud kak algi apa ya tadi sore, Dira jadi bingung" monolog Dira sambil tangannya mengetuk dagunya

"Apa Dira tanya bunda aja ya" lanjut Dira dengan monolognya

Mengingat bundanya. Setelah Dira sampai rumah bundanya langsung menanyakan sepedanya dan saat Alina menceritakan tentang sepedanya pada sang bunda. Bundanya sedikit khawatir bahwa hari pertama Dira sudah di bully oleh temen sekolahnya, tapi Dira menjelaskan pada bundanya bahwasanya itu kejadian yang tidak di sengaja.

Pagi cerah ini Dira sangat semangat untuk pergi ke sekolah barunya mengingat masih terhitung dua hari dia pergi kesekolahnya untuk menjadi siswa baru dan masih melaksanakan masa orientasi sekolah yang biasa di kenal dengan MOS. Dira yang sudah siap dengan seragam sekolahnya pun langsung pergi ke meja makan untuk sarapan bareng dengan keluarganya.

"Selamat pagi semuanya" sapa Dira dengan ceriah pada ayah, bunda dan kedua adik kembarnya

"Pagi" jawab mereka yang ada di meja makan

"Tumben bangun cepet kak" kata adik kembar dira yang kedua yang benar Gita

"Telat sala cepet juga salah" balas Dira malas

"Hehe, namanya doang apa salahnya sih kak" cengir Gita

"Sayang, kamu berangkat sekolahnya gimana kan sepeda kamu lagi di benerin temen kamu" ucap bunda pada Dira

Dira sempat berfikir sebentar, benar kata bundanya sepedanya lagi di bengkel dan kalau Dira menaiki angkutan umum harus jalan kepertigaan dulu untuk menaiki angkutan umum dan kalau Dira jalan itu sangat lama pasti dirinya bisa telat.

"Hufft, bener yang bunda bilang. Terus Dira harus gimana dong bun" kata dia lesu

"Nanti biar ayah aja yang anter kepertigaan" ucap ayah Dira tiba-tiba

"Terus Dita sama Gita gimana yah" tanya Dira pada ayahnya, mengingat Dita dan Dita juga di antar oleh sang ayah

"Tenang aja kak kita bisa jalan kok lagian sekolah kita juga deket" pertanyaan itu di jawab oleh Dita

"Yauda deh yah kita berangkat sekarang aja" kata Dira pada ayah

"Yauda kamu salim bunda dulu sana"

Mendengar perintah sang ayah Dira pun menyalami bundanya sambil mencium pipi sang bunda.

"Bun Dira berangkat dulua" ucap Dira

"Iya sayang, kamu hati-hati ya sayang belajar yang bener"

"Siap bunda" balas Dira dengan mengangkat tangan di keningnya membentuk tanda hormat

"Ayah yuk berangkat"

"Yuk"

Di perjalanan menuju pertigaan Dira dan ayahnya tidak pernah berhenti untuk berbicara dari hal penting sampai yang tidak penting hingga berakhir tertawa di perjalanan. Dari rumah Dira menuju pertigaan cukup jauh dan hanya di pertigaan itu yang hanya ada angkutan umum yang berlalu lalang tidak ada angkutan umum yang memasuki jalan menuju rumahnya

"Dira kamu di sekolah hati-hati ya. Ingat pesan bundamu pagi tadi" ucap ayah Dira

"Siap komanda" balas Dira mengacungkan jempol

"Yauda, ayah harus ke kebun lagi"

"Ayah hati-hati bawak motornya"

"Iya, yauda ayah pergi kamu hati-hati" Angguk Dira sambil menyalimi ayahnya

Saat sedang menunggu angkutan umum tiba-tiba saja ada mobil hitam yang berhenti tepat di hadapan Dira dan itu membuat Dira bertanya-tanya siapa pemilik mobil hitam di hadapannya ini. Saat pemilik mobil itu membuka kacanya alangkah terkejutnya Dira saat mengetahui siapa pengendara tersebut

"Masuk"











Heran banget yang baca ada yang vote gak ada:) jadi males mau up:)

Love Cold Boy? [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang