It's Not Right

190 31 10
                                    

  Cara Mason - Credit to the artist (not mine)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cara Mason - Credit to the artist (not mine)

a/n : Terima kasih banyak buat teman-teman yang sudah menyempatkan diri untuk mereview dan memvote cerita ini.

Sekali lagi fanfic ini DARK. Banyak unsur kekerasan dan seksual di sini. Karena itulah, dianjurkan hanya pembaca berusia 17+ yang boleh membacanya.

Chapter 8

Cara Mason bukan orang yang penakut. Tentu saja bukan. Hampir seumur hidupnya ia digembleng keras agar tidak pernah mengenal sesuatu yang disebut sebagai rasa takut, kecuali takut kepada Tuannya-Lord Carleseus. Cara tidak takut mati. Dia juga tidak takut terluka. Tak takut berada di garis depan dalam sebuah peperangan. Dia tak pernah merasakan takut terhadap apapun di dunia ini sampai dengan hari ini.

Hari ini, tepatnya pagi ini, Cara merasakan sesuatu yang ganjil. Dingin dan tak nyaman. Cemas. Semuanya bercampur-aduk, bergolak, menyalur masuk ke setiap inti selnya. Jantungnya berdegup kencang. Ia berkeringat dingin. Untuk pertama kalinya bulu-bulu halus di tengkuk Cara berdiri tegak. Dia ketakutan.

Seperti yang diketahui banyak orang, satu-satunya yang membuat Cara begitu pongah dan percaya diri adalah kekuatannya. Kekuatan yang mampu menggetarkan hati dan melemaskan lutut siapapun lawan yang ia hadapi. Kekuatan yang sangat ia banggakan. Kekuatan yang entah kenapa kini mulai memudar. Ya. Cara tidak lagi sekuat dulu, dan ia baru menyadarinya.

Cara tahu ada yang salah dalam dirinya ketika ia gagal menghancurkan Golem yang ia lawan di Kamar Kebutuhan. Jika biasanya Golem itu akan seketika hancur lebur menjadi debu begitu Cara menodongkan telapak tangannya, kali ini tidak. Golem itu masih utuh, seolah tak terpengaruh sama sekali. Cara yang shock cuma berdiri terpana, mengamati kedua telapak tangannya. Ia bahkan sampai lupa kalau sedang menghadapi tiga Golem dan harus membayar cukup mahal atas kelengahannya ini.

Salah satu Golem menendang wajahnya keras-keras hingga pipi kanannya lebam, menyebabkan rasa sakit kepala yang bukan main. Di saat pandangannya sedang tidak fokus, Golem lainnya menghantam perut Cara, menyebabkan satu atau dua tulang rusuknya patah. Belum cukup itu, dua Golem berbarengan menghajarnya bertubi-tubi hingga Cara jatuh berguling-guling di lantai. Untunglah, di saat salah satu Golem hendak mencekiknya, Cara masih sempat meraih pedangnya untuk menebas tangan Golem itu dan menusuk jantungnya.

Berdiri dengan sisa-sisa tenaganya, Cara berusaha memusatkan konsentrasinya. Mengumpulkan semua kemarahan dan kebencian dalam dirinya, dan menyalurkannya ke kedua telapak tangannya. Energi panas yang pada awalnya berpusat di rongga dada Cara menjalar ke seluruh tubuhnya, sebelum kemudian berbondong-bondong bergerak ke arah kedua telapak tangannya. Golem-golem yang tersisa pun hancur menjadi debu begitu Cara menodongkan telapak tangannya satu persatu.

"Apa ini? Apa yang terjadi padaku?" ujar Cara, bibirnya bergetar hebat. Tubuhnya pun gemetar. Seandainya ia boleh berharap, tolong jadikan ini mimpi buruk saja. Namun sayangnya. Ini adalah kenyataan. Kekuatan Cara memudar. "Tidak. Ini tidak boleh terjadi. Jangan sekarang..."

The Dark Lady and The BookwormTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang