Broken

196 24 12
                                    

a/n : Pertama-tama saya ingin mengucapkan terima kasih banyak buat teman-teman yang sudah menyempatkan diri untuk mereview dan memvote cerita ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

a/n : Pertama-tama saya ingin mengucapkan terima kasih banyak buat teman-teman yang sudah menyempatkan diri untuk mereview dan memvote cerita ini.

WARNING : Sekali lagi fanfic ini DARK. Banyak unsur kekerasan dan seksual di sini. Karena itulah, dianjurkan hanya pembaca berusia 17+ yang boleh membacanya.
 
BAB 11

Satu hari setelah duel

Melangkahkan kakinya ke arah kantor kepala sekolah, Cara mengabaikan semua tatap mata yang menyorotinya. Ia sadar betul semua orang sedang memperhatikannya. Baik staf pengajar maupun murid-murid. Lautan manusia seketika terbelah saat Cara melewatinya dan semua orang mencermatinya dari atas ke bawah, seolah menanti sebuah atraksi. 

Cara sudah terbiasa menghadapi tatapan kebencian, namun baru kali ini ia menerima tatapan iba dan penasaran. Juga bisik-bisik yang menyertainya. Semua ini membuat Cara merasa tidak nyaman. Mungkin ini yang dirasakan pecundang, batinnya kecut.

Kekalahan dari Granger sudah membuat reputasinya hancur. Ia kehilangan respek di mata murid-muridnya dan juga sesama staf pengajar. Setidaknya itulah yang Cara rasakan. Ia tak tahu apa lagi yang sedang menunggunya di balik tembok Hogwarts. Mungkin lebih parah dari ini.  Entahlah.

Kalah atau menang, semua punya konsekuensi sendiri. Sebagai petarung, Cara paham itu. Ia kalah karena Hermione Granger lebih cerdik darinya. Meski pahit, mau tak mau Cara harus menerima akibat dari kekalahannya ini.

Patung Gargoyle di lantai tujuh seketika menyingkir ketika Cara menyebut password “Lemon Jelly”. Terdengar suara dengkur pelan dari lukisan-lukisan yang memenuhi dinding ruang kepala sekolah. Berbeda dengan murid dan staff yang menatapnya iba, sebagian besar dari sosok dalam lukisan ini terlihat sedang tertidur. Atau mungkin hanya pura-pura tidur.

“Profesor Mason,” sambut Dumbledore dari belakang mejanya, mata birunya bercahaya di balik kacamata bulan-separuhnya . “Ada yang bisa kubantu?”

Cara mendengus. “Aku yakin Hagrid sudah memberitahumu, Profesor. Sepertinya hari ini aku sudah meneror satwa-satwa gaib di Hutan Terlarang.”

Dumbledore mengangguk pelan. Beberapa saat yang lalu ia mendapat kabar dari Hagrid melalui jaringan floo kalau Profesor Cara Mason mengamuk di Hutan Terlarang. Wanita itu menghancurkan beberapa pohon dan membuat kegaduhan yang menyebabkan banyak satwa lari ketakutan.

Untung saja Hagrid datang sebelum wanita itu dikeroyok para Centaur. Dari apa yang diceritakan Hagrid, profesor Mason bahkan berani menantang Magorian dkk. Ia hampir saja dihadiahi anak panah.

“Ada kerusakan di Hutan Terlarang, tapi aku sudah minta bantuan Profesor Longbottom dan Hagrid untuk memperbaikinya. Sementara para Centaur ingin kau dihukum, Profesor Mason. Kusarankan beberapa bulan ke depan kau jangan ke Hutan Terlarang dulu untuk menghindari kemarahan mereka.”

The Dark Lady and The BookwormTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang