「11.」

41 14 22
                                    

Jayna

Aku dikamar sendiri, aku baru aja terbangun. Aku butuh teman, aku ingin menelpon Yeji, tapi- sudahlah. Aku hendak memejamkan mataku, ingin mengakhiri hari yang melelahkan ini dengan istirahat- walau hanya sebentar.

Bukan. Bukan berniat bunuh diri. Aku cuma lelah.

Disebelah kiriku itu jendelaku, gorden jendelaku berwarna putih dan sedikit. Karena itu aku bisa melihat apapun dari dalam kamar.

Tadi aku melihat bayangan, bayangan seorang laki-laki. Terlihat tidak asing dimataku, aku pun terbangun, berniat keluar kamar. Tapi ternyata ada Jeongin yang tidur di kasur yang berada di ujung ruanganku.

Aku sedikit mengguncang badannya, "Jeong.." 

Jeongin membuka matanya perlahan, lalu duduk. "Kenapa?" tanyanya. 

Aku menghela nafas, "Aku ngeliat ada bayangan laki-laki, disana," jelasku sambil menunjuk jendela kamarku. 

"Halusinasi kamu doang, kali. Nggak mungkin kan ada yang nekad manjat kedepan jendela kamar kamu, terus berdiri disana?"

"Mungkin aja."

"Anggap aja itu halusinasi, Jay." Jeongin kembali tertidur.

Aku menghela nafas lalu kembali ke tempat tidurku, mencoba mengikuti saran Jeongin.

***

Sekarang kayaknya jam 7, aku pun bangun untuk memulai hari yang, ekhm- semoga cerah. Aku turun kebawah untuk menyapa yang lain. Tetapi, bukan Jeongin ataupun Beomgyu dan Jisung yang aku temui.

Melainkan, orang yang kemarin.

"Hai," sapanya.

Sial. Dia melihatku. Apa yang harus aku lakukan? Ayolah berpikir positif.

"Hai." sapaku balik.

"Kamu ngapain disini, Njin?" Tanyaku.

Hyunjin. Psiko yang mengejar Jeongin kemarin, sekarang ada didepanku.

"Nggak apa-apa, mampir aja. Kemarin aku didepan rumah, kok nggak dibuka pintunya?"

"Aku lagi diatas."

"Oh, kemarin ada orang yang masuk rumah kamu, nggak?"

Jadi, Hyunjin beneran ngejar Jeongin? Untuk apa?

"Siapa?" tanyaku balik sambil sedikit menggelengkan kepala.

"Yaa siapa gitu, orang yang kamu kenal?"

"Bentar deh, Njin. Kamu nggak akan apa-apain aku, kan?" tanyaku sambil mundur sedikit beberapa langkah.

"Pastilah. Tapi nanti. Nggak sekarang. Aku belum mau." jawabnya sambil menunjukan senyum psiko alanya.

Help me!

i'm on a hellevator~

Syukurlah, Beomgyu meneleponku.

Aku sedikit menghela nafas lega, "Halo, Jay?" panggilnya, "Ya?"

"Dirumah ada Hyunjin, ya?" tanya Beomgyu, "Kok kamu tau?" tanyaku sedikit bingung juga.. kaget.

"Sekarang aku lagi didepan rumah kamu. Aku liat lewat jendela. Maaf, ya aku sama Jisung ninggalin kamu. Kita abis anter si Jeongin ngambil baju. Katanya dia takut, pengen tinggal ditempat kamu aja. Nggak apa-apa, kan?"

"Oh. Nggak apa-apa, kok. Cepet, ya."

"Aku masuk aja? Nggak apa-apa? Terus si Jeongin, gimana?"

"Anter aja dulu kemana gitu. Nanti aku kesana. Oke?"

"Okedeh. Tapi aku nggak langsung masuk ya. Khawatir Hyunjin curiga."

"Okeeee. Dadahh~"

"Dah~"

Akupun mematikan panggilan itu. Aku sengaja nggak bilang cepet masuk. Cuma bilang 'cepet ya' supaya Hyunjin nggak curiga.

"Siapa?" tanya Hyunjin tiba-tiba.

"Hah– oh. Nggak. Itu temen aku,"

"Oh, kamu ada rencana pergi kah?"

Aku berpikir, apa yang harus aku jawab dan lakukan?

Cklek

Beomgyu memang terbaik. Selalu ada disaat aku butuh bantuan. Dia baru saja memasuki rumahku. Sendiri. Nggak ada Jisung, apalagi Jeongin.

"Eh, ada Hyunjin. Ngapain, Njin?" tanya Beomgyu sebagai sapaannya pada Hyunjin sambil memberi kode kepadaku untuk segera pergi.

Hyunjin membalik badannya kearah Beomgyu, "Mau nanya, ada orang yang dateng kesini gak kemarin?"

"Nggak, deh. Emang kenapa?"

Untung aja Beomgyu pandai berbohong.

"Nggak apa-apa."

Aku hendak berbicara, tapi ponsel yang kutaruh di kantungku bergetar kecil. Menandakan ada notifikasi masuk.

Pwak Ji: na

Aku pun membuka ruang obrolanku dengannya.

Pwak Ji

| na

ya cung? Kenapa? |

| aku share location dimana aku sama jeongin berada, ya?
| [Pwak Ji send live location]

oke, aku kesana ya |

| cepet ya, ini si jeongin ketakutan pas beomgyu bilang kalau psiko yang kemarin kejar dia ada dirumah

iya cung, bentar yaa. Aku cepet kok |

Aku pun segera bersiap-siap untuk pergi ketempat yang Jisung kirim.

"Gyu, Njin. Aku pergi dulu ya."

"Oke." respons Hyunjin, sedangkan Beomgyu hanya mengangguk tersenyum.

Aku mengambil kunci mobilnya beomgyu, berniat untuk meminjamnya. "Gyu, aku pinjam mobil ya." pinjamku.

Beomgyu menoleh kearahku, "Iya pake aja." jawabnya sambil tersenyum, "Makasih."

Aku berjalan keluar dan segera menaiki mobilnya, nggak perlu dipanasin lagi karena Beomgyu sudah memakainya tadi.

Beware | 99-02's ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang