「1O.」

45 17 28
                                    

Jayna

"Jisung," panggilku pada Jisung yang berada di depanku, aku mendongakan kepalaku yang tadi tertunduk. 

"Gimana Yeji bisa kenal kamu?" tanyaku yang membuat dia sedikit membelalakan mata. 

"Kamu kenal?" tanyaku lagi, Jisung mengangguk kecil.

Aku menunduk, entah berpikir apa. "Aku ingat, kamu teman lamaku," kataku sambil mendongak.

"Bisa kamu jelas- ceritain, tentang amnesiaku?" mintaku, Jisung melihat-lihat sekitar dengan bola matanya.

Dia memejamkan matanya, menarik nafas, "Nggak bisa." lalu membuangnya dan membuka mata. 

Aku mengerutkan dahi, "Aku nggak bisa.." katanya lagi lalu menghela nafas.

"Kenapa?" tanyaku. 

"Kamu akan tau, Jay. Nanti ada saatnya kamu tau. Ada saatnya kamu harus tau, begitu juga sebaliknya."

Ada apa sebenarnya? Amnesiaku sungguh mengganggu.

Aku mengangguk kecil, "Hm. Aku ke dapur dulu, ya. Ambil minum," aku pun berjalan ke dapur untuk mengambil minum. 

Aku hendak meminum sampai seseorang memencet bel rumahku berulang kali, tanpa henti.

"Jisung, tolong buka, ya-!" Beomgyu meminta tolong untuk Jisung membuka nya. 

Di mana Beomgyu daritadi? Dia di ruang belajarku, sedang bekerja. Sebenarnya bukan ruang belajar, tapi aku sering belajar disana dan jadilah ruang belajarku.

Jisung membuka pintunya dan mendapati seorang laki-laki masuk dengan tergesa-gesa. 

"Kamu kenapa?" tanyaku pada laki-laki itu sambil berjalan kearahnya.

 "M-maaf. A-aku dikejar." jawabnya dengan gemetar.

"Oleh?" sekarang giliran Beomgyu yang bertanya.

"P-psikopat."

"Siapa namamu?" tanya Beomgyu lagi, 

"J-jeongin. Y-yang Jeongin."

"Kamu duduk aja, dulu. Aku ambilin minum dulu, ya." kataku pada laki-laki yang bernama Yang Jeongin tersebut, ia mengangguk dengan ekspresi ketakutan juga dengan badan gemetar.

Ting tong!

Ketika aku sedang berjalan menuju dapur, bel pintu rumahku berbunyi, lantas aku berjalan menuju pintu rumahku dan melihat lewat lubang kaca kecil.

Sial.

Aku gemetar.

"Jay, Jay? Kamu kenapa?" tanya Beomgyu sambil berjalan cepat padaku yang ada di ambang pintu tertutup. 

Aku hanya diam, dia pun melihat lewat lubang kaca kecil itu. Dia mengerti. Dia pun membawaku untuk duduk disebelah Jeongin.

"Dia kenapa, Gyu?" tanya Jisung sambil memegang bahuku.

"Liat aja. Kalau penasaran, aku saranin jangan tanya apa-apa dulu sama Jayna," jawab Beomgyu, Jisung nggak berjalan kearah pintu, tapi kearahku.

"Kamu tenang aja, ya. Aku ambilin air."

Jisung kembali dengan 2 gelas air ditangannya. Beomgyu sedang di dekat pintu, memantau pelaku yang memencet bel rumahku itu. "Nih, Jeong," kata Jisung sambil memberi gelas berisi air.

"Nih, Na," katanya sambil memberi untukku, tapi Jeongin menengok pada Jisung. 

"Kenapa?" tanya Jisung. 

Jeongin nggak jawab, dia malah makin gemetar.

 "Kenapa, Jeong?" tanya Beomgyu sambil menepuk pundak Jeongin.

Jeongin nggak jawab, Beomgyu menghela nafas. "Ya sudah, kalian berdua istirahat aja dulu. Nanti aku sama Beomgyu yang ngurusin si psikopat itu." kata Jisung.

"M-makasih, Cung." kataku tersenyum dengan gemeteran.

"Terima kasih..," Jeongin menggantungkan kalimatnya.

 "Jisung. Park Jisung." jelas Jisung seakan mengerti.

 "Terima kasih, Park Jisung."

˖◛⁺⑅♡

nggak banyak yang minta, but- nih, dabel :)

Beware | 99-02's ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang