「O2.」

163 41 109
                                    

Jayna

Kebesokannya aku berniat untuk nanya sama dia. Apa maksud dari yang dia katakan kemarin. Tetapi hari ini ia tidak masuk. Aku justru mendapati seorang laki-laki yang sepertinya teman Hyunjin.

Aku sempat melihat laki-laki sebaya dengan Hyunjin dari jauh pada saat ia berbicara denganku, sejujurnya aku nggak tau kalau dia temannya atau bukan. Tapi mungkin dia temannya.

Ia berjalan kearahku, "Kamu yang kemarin ngobrol sama Hyunjin, ya?" tanyanya.

Aku mengangguk, "Iya. Kamu temannya, ya?" tanyaku balik padanya.

Yeji yang berada disampingku hanya bingung dengan apa yang sedang aku bicarakan. "Kamu ngobrol aja deh. Aku gabung sama mereka aja, ya." Kata Yeji sembari menunjuk empat perempuan yang bernama Ryunjin, Yuna, Lia dan Chaeryoung. 

"Oke." jawabku pada Yeji.

Aku kembali menatap laki-laki yang tadi dan mulai berbicara padanya, "Jadi, sebenernya kamu siapa?" tanyaku.

"Aku Hwall." jawabnya sambil tersenyum kecil. 

"Hwall, ya. Kemarin aku liat masih ada dua orang lagi. Mereka siapa namanya?" tanyaku.

"Beomgyu dan Felix." jawabnya. "Nama kamu siapa?" tambahnya sambil menaikan kedua alis.

"Oh iya. Aku Jayna. Kamu tau nggak kenapa Hyunjin nggak masuk?" tanyaku balik.

Dia menghela nafas lalu menggugam kecil, "Dia lagi ada urusan." jawabnya singkat.

"Urusan apa?" memang seharusnya aku nggak ikut campur urusannya, tapi rasa penasaranku sangat besar.

"Kamu pengen tau? Mau ikut aja, nggak? Kalau mau nanti aku minta izin sama guru kamu."

"Kamu nggak sekolah?" tanyaku sambil menaikan kedua alisku.

"Aku izin. Kamu pengen ikut, nggak?" tanyanya lagi. 

Aku mengerutkan dahiku, "Kemana?" 

Dia melihat sekeliling sebelum menjawab, "Tempat Hyunjin berada. Kalau kamu takut, nanti aku yang jaga kamu." 

"Hm, boleh."

Betul, seperti yang ia katakan. Ia meminta izin pada wali kelasku. Kita pun berjalan menuju mobilnya, diperjalanan kita hanya diam. Radio pun nggak dinyalain.

Nggak butuh waktu lama kita nyampe, aku nggak tau udah sampe beneran atau belum. Karena dia berhentiin mobilnya di semacam gang kecil yang sepi.

"Jangan jauh-jauh dari aku." katanya, kemudian mematikan mesin mobil dan keluar. Aku juga keluar, masih dalam keadaan diam.

Aku menyamakan langkahku dengannya, aku ingin memeluk lengannya- aku takut. Tapi aku khawatir dia keberatan.

"Nggak apa-apa," aku menoleh kearahnya dan dia mengangguk, aku pun memeluk lengannya.

Di ujung gang ada pintu, Hwall menempelkan ibu jarinya untuk mendeteksi sidik jarinya. Pintunya terbuka. Kita pun masuk. Aku sungguh takut ketika melihat didalamnya, aku melihat banyak laki-laki berotot juga bertato. 

Beware | 99-02's ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang