Jayna
"Yejii, dari hari ini sampe seterusnya kayaknya aku nggak bisa bareng kamu, dehh."
"Yah, kenapa? Karena si Beomgyu-Beomgyu itu? Emang dia siapa, sih?"
"Maaf bangett, aku nggak bisa kasih tau kamu sekarang. Tapi kamu harus janji kalau kita tetep terus setia kawan, yaa?"
"Oke, tetap setia kawan."
***
"Aku udah ngikutin apa yang kamu mau. Tetep sama kamu."
"Bagus kalau gitu. "
Sejujurnya aku agak kesal sejak tau kalau aku harus tetep sama si Beomgyu ini. Tapi di sisi lain aku juga seneng karena akhirnya ada orang yang bener-bener jaga aku.
"Makannya di pojok aja, ya." mintaku.
Beomgyu mengangguk, "Yaudah. Kamu ambil tempatnya aku yang pesan. Kamu mau apa?" tanyanya.
"Hm, nasgor aja deh. Minumnya es teh," jawabku dan ia tersenyum. Lagi.
***
Pada saat pulang, aku menunggu Beomgyu. Aku juga bingung, kenapa aku ngikutin kata dia?
"Udah?" tanyaku.
Dia mengangguk, "Iya, udah. Sekarang kita langsung kerumah kamu, ya." responsnya.
Aku mengerutkan dahi, "Oke. Tapi baju kamu, gimana?"
Dia menaikan kedua alisnya lalu tersenyum santai, "Tenang aja. Nanti aku ambil, kok."
"Sekalian aja kerumah kamu dulu ambil bajunya." saranku, Beomgyu sedikit menyipitan matanya, "Yaudah. Tapi kamu nggak apa-apa, nggak langsung pulang?"
Aku menggeleng sambil tersenyum, "Nggak apa-apa, dong. Nggak ada yang tahan aku ini, kan."
Kita akhirnya ke rumah Beomgyu dulu untuk ambil baju dia. Aku juga sebenernya percaya aja sih sama anak ini. Nggak tau alesannya, aku punya feeling kalau dia beneran nggak akan apa-apain aku.
***
Kita berhenti digubuk. Deket pemakaman. Ini rumahnya?
"Ini rumah kamu?"
"Iya."
Hah? Beneran? Orang sebaik, selembut, seganteng dia? Aku nggak abis pikir.
"Terus, Ibumu dimana?"
"Panjang ceritanya. Nanti aja kamu liat sendiri."
Aku nggak nyangka kalau orang yang aku kira hidupnya lebih sempurna dari diriku, hidup seperti ini. "Ayo." ajaknya. Dia berjalan menuju ruangan, nggak tau itu kamar apa. Pas dibuka, ruangan itu isinya ada pemakaman 1 doang, ditengah. Pinggirnya cuma tanah.
"Bu, aku nginep dirumah dia untuk beberapa hari kedepan, ya.."
Apa sih maksudnya?
***
"Ibumu..?"
"Iya." jawabnya, kayak bisa baca pikiranku. "Aku turut berduka. Maaf, kalau aku salah ngomong."
Dia tersenum kearahku sambil membawa mobil, "Iya. Nggak apa-apa, kok!" jawabnya dengan antusias. Rasanya aku pengen ngumpet aja, deh.
"Aku tidur dimana?" tanyanya sesampainya kita dirumahku, "Kamu dikamar aku, aja." jawabku sambil menaruh tasku di sofa.
"Terus, kamu dimana?" tanya dia sambil menunjuk diriku, "Aku disini."
Beomgyu langsung menggeleng cepat, "Nggak usah kalau gitu." tolaknya, aku mengerutkan dahi, "Aku aja yang disini. Kamu dikamar," tambahnya.
"Nggak apa-apa, nih?" tanyaku memastikan.
"Iyaa, nggak apa-apa. Perempuan harus lebih diutamakan," katanya sambil jalan kearah sofa, aku menghela nafas. Senyumnya. Hidupnya yang kurang mampu, tapi dia masih bisa bertahan. Lebih mempedulikan yang lain.
"Makasih, ya."
"Untuk apa? Ini kan juga rumah kamu,"
"Makasih, udah peduli sama yang lain."
"Kembali kasih."
***
Aku terbangun tengah malam karena mendengar suara yang mengganggu. Aku berpikir kalau mungkin aja Beomgyu lapar. Aku berinisiatif untuk kebawah dan memasak untuknya.
"Beomgyu?"
Beomgyu sedikit melompat kaget, "Eh, Jayna. Ngangenin, aja."
Aku ketawa kecil, "Ngagetin, Gyu."
Beomgyu cuma menyengir, "Haha. Kamu lapar? Mau aku masakin?" tanyaku sambil mengikat rambutku.
Aku nggak sengaja lihat laptop yang layarnya terlihat sangat jelas di depan Beomgyu, dilaptopnya itu seperti ada email dari– ah Beomgyu mengambilnya.
"Eh, Ini kerjaan aku."
Aku melihatnya sedikit, dia dapat email dari seseorang yang belakangnya Woo. Aku nggak melihat jelas. Emailnya bertulis jangan jaga, kata-kata itu ada kelanjutannya, tetapi aku nggak sempat baca dan kau ada misi. Apakah kata-kata itu ada kelanjutannya?
Eh?
Biarkan.
"Kamu lapar?" tanyaku lagi.
"Iya, nih. Aku lagi cari makanan yang instan," jawabnya sambil menggaruk tengkuk.
"Kamu mau apa? Aku masakin." Beomgyu terlihat sedang memikir sambil memegang dagunya.
"Hm, bubur?"
Aku terkejut, itu memang gampang untuk dibuat, tapi– ahh yasudahlah.
"Mau pake apa, aja?" tanyaku, lagi.
"Yang ada, aja. Aku tunggu sambil kerja, ya." kata Beomgyu sambil berpindah tempat dan mulai mengetik sesuatu, aku mengangguk dan mulai memasak.
Setelah aku selesai memasak, aku menaruhnya di piring. Hanya untuk dia. Aku nggak lapar. "Gyu, makanannya udah jadi. Kamu makan dulu," kataku sambil berjalan ke wastafel.
"Iya–" ucapannya terhenti karena ponselnya berdering.
"Sebentar, ya." katanya lalu berjalan menjauh dariku. Aku samar-samar mendengar percakapan nya dengan orang yang disebrang.
"Iya, hoon." jawab dia kepada yang disebrang.
"Gue lagi sibuk. Misinya gue lakuin paling lama minggu depan."
Misi?
"Sampe temen gue, si Hyunjin sama rekannya dateng."
Jadi mereka berdua rekannya Hyunjin?
"Siapa? Dimana?" Tanya Beomgyu kepada yang disebrang. "Berapa untung yang gue dapet?" tambahnya.
Hm, untung apa?
Nggak lama kemudian dia datang, dengan senyumannya. Sebenarnya banyak sekali pertanyaan yang ingin kutanyakan padanya.
"G-gyu, i-itu dimakan dulu m-makanannya." kataku lalu segera berlari ke kamar, nggak ngehirauin Beomgyu, sama sekali. Beomgyu terlihat senyum, tidak manis. Tapi terlihat menyeramkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beware | 99-02's ✔
Fanfiction99-02's au. ❝ Kita ini.. psikopat.❞ ©aca-hira, 2020